BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai wacana sangat menarik untuk dilakukan terutama mengenai analisis wacana. Analisis wacana dapat berupa kajian untuk membahas dan menginterpretasi makna yang dimaksud penutur dan mitra tutur (Palupi, 2014: 2). Pengkajian analisis wacana memberikan pengertian yang lengkap dan utuh karena pembahasannya tidak hanya berkaitan dengan makna kata-kata melainkan juga melibatkan kondisi sosial budaya bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang memakai bahasa tersebut. Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulis wacana yang kohesif dan koheren (Djajasudarma, 2012: 4). Penggunaan bahasa yang tepat, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit dapat memberikan daya tarik sendiri kepada pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Soimah (2013: 19-20) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual Dalam Novel Prawan Ngisor Kreteg Karya Soetarno dijelaskan bahwa suatu wacana dapat menarik para pembaca apabila penggunaan bahasanya mudah dimengerti dan dipahami oleh pembacanya karena diksi yang digunakan dalam isi wacana dapat menarik dan mempengaruhi pembaca untuk memahami isinya. Hal ini yang menjadikan sebuah wacana menjadi komunikatif. Sebuah wacana dikatakan baik apabila antarkalimatnya berkesinambungan. Dari pengertian tersebut, terlihat bahwa kajian mengenai analisis wacana sangat luas dan menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian analisis wacana tekstual dan kontekstual ini diharapkan bisa mengkaji wacana lebih mendalam sehingga dapat dipahami secara menyeluruh. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis wacana pada sebuah teks sastra. Hal ini dikarenakan sastra memiliki kajian unik dengan commit makna-makna to user yang tersirat di dalamnya. 1
2 Sastra sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan yang dapat disumbangkan untuk renungan dan penilaian serta mempunyai beberapa fungsi. Di samping melatih keterampilan berbahasa, sastra dapat menambah pengalaman hidup manusia, membantu mengembangkan pribadi, pembentukan watak, memberi kepuasan, kenyamanan, dan meluaskan dimensi kehidupan (Ismawati, 2013: 115). Sastra juga sebagai alat untuk menyampaikan pengajaran yang berguna dan menyenangkan. Sastra sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan dapat berfungsi sebagai bahan renungan dan refleksi kehidupan karena sastra bersifat koekstensif dengan kehidupan, artinya sastra berdiri sendiri sejajar dengan hidup (Ismawati, 2013: 3). Karya sastra selalu memberi pesan atau amanat kepada pembaca untuk berbuat baik. Pembaca diajak untuk menjunjung tinggi norma-norma moral (Tuloli, 2002: 234). Salah satu kunci pembuka nilainilai dan pengetahuan dalam karya sastra adalah pendidikan. Melalui pendidikan, sastra menjadi sumber pengetahuan yang diajarkan di sekolah dan bukan sekadar dinikmati sebagai hiburan (Tuloli, 2002: 238). Pendidikan harus mampu membentuk karakter setiap siswa. Guru dapat merealisasikan nilai-nilai pendidikan di dalam pengajaran sastra karena siswa berhadapan langsung dengan bermacam-macam nilai kehidupan dan siswa dapat berkomunikasi dengan berbagai tokoh dalam sastra yang dikemas menjadi bahan ajar yang menarik untuk dipelajari (Ismawati, 2013: 116). Salah satu jenis karya sastra yang berkembang dengan pesat dalam dunia sastra Indonesia saat ini adalah cerpen. Cerpen menarik untuk dikaji dan sekaligus merupakan tantangan karena komunikasi yang dibangun oleh cerpen masih abstrak (Saddhono, 2009: 68). Artinya, sesuatu atau amanat yang disampaikan oleh pengarang melalui karyanya, belum tentu sama dengan pemahaman pembaca. Cerpen merupakan rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu kesatuan (Sutardi, 2012: 59). Peristiwa di dalam
3 cerpen dideskripsikan dengan kata-kata sebagai perasaan imajinasi pengarang terhadap suatu peristiwa yang dibayangkannya. Cerpen merupakan bentuk komunikasi bahasa antara pengarang dengan pembaca yang direalisasikan melalui tulisan. Menurut Sugono (2002: 202) komunikasi dengan bahasa itu bisa dilakukan secara lisan dan dapat juga dilakukan secara tertulis. Bahasa memiliki peran yang penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa sudah menjadi satu kesatuan dan sangat dekat dengan kehidupan manusia. Chaer (2009: 33) menjelaskan bahwa bahasa itu adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Bahasa digunakan di dalam segala tindakan manusia yang beragam dan luas sehingga fungsi bahasa menjadi banyak sesuai dengan banyaknya keperluan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa untuk melakukan komunikasi dan sebagai salah satu alat primer dalam pembentukan masyarakat. Tanpa adanya bahasa, masyarakat tidak akan terwujud. Bahasa bukan sekadar alat untuk membentuk masyarakat, melainkan juga merupakan alat dan cara berpikir. Manusia hanya mampu berpikir dengan bahasa. Bahasa diperlukan juga untuk menjalankan segala aktivitas manusia dan mampu mengkomunikasikan segala hal. Berbagai unsur kelengkapan hidup manusia, seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan kelengkapan kehidupan manusia yang dibudidayakan dengan menggunakan bahasa. Purwo (2002: 194) mengatakan bahwa bahasa tidak diajarkan dalam wujud keping-keping, melainkan dalam wujud yang utuh sehingga siswa memperoleh pengalaman pribadi berhadapan dengan teks yang autentik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian analisis wacana berupa beberapa cerpen yang terdapat di dalam kumpulan cerpen Sampah Bulan Desember karya Hamsad Rangkuti yang berjudul Perbuatan Sadis, Di Atas Kereta Rel Listrik, Sampah Bulan Desember, dan Cerita Awal Tahun karena keempat cerpen yang diteliti tersebut dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah terutama untuk siswa Sekolah Menengah
4 Pertama kelas VII. Pemilihan cerpen sebagai bahan pengajaran didasarkan pada kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu: KD (3.1) memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan, dan KD (3.4) mengidentifikasi kekurangan teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui lisan maupun tulisan. Selain itu, pemilihan teks cerpen didasarkan pada teori mengenai prinsip bahan ajar dan keempat teks cerpen yang diteliti oleh penulis merupakan kategori karya sastra yang baik karena terdapat tiga norma atau nilai yaitu: norma estetika, norma sastra, dan norma moral. Analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui adanya kepaduan wacana di dalam cerpen baik tekstual maupun kontekstual dan mengetahui secara mendalam isi keseluruhan cerpen tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai studi bahasa khususnya mengenai analisis wacana. Maka dari itu penelitian ini diberi judul Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual Kumpulan Cerpen Sampah Bulan Desember Karya Hamsad Rangkuti Serta Relevansinya Sebagai Bahan Ajar di Sekolah Menengah Pertama. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah deskripsi analisis tekstual pada kumpulan cerpen Sampah Bulan Desember karya Hamsad Rangkuti? 2. Bagaimanakah deskripsi analisis kontekstual pada kumpulan cerpen Sampah Bulan Desember karya Hamsad Rangkuti? 3. Bagaimanakah relevansi kumpulan cerpen Sampah Bulan Desember karya Hamsad Rangkuti sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di Sekolah Menengah Pertama?
5 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan analisis tekstual kumpulan cerpen Sampah Bulan Desember karya Hamsad Rangkuti. 2. Mendeskripsikan analisis kontekstual kumpulan cerpen Sampah Bulan Desember karya Hamsad Rangkuti. 3. Mendeskripsikan relevansi kumpulan cerpen sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di Sekolah Menengah Pertama? D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu bahasa, khususnya dalam bidang wacana. Hasil penelitian ini akan memperkuat tanggapan bahwa dalam suatu wacana dibutuhkan adanya aspek gramatikal dan leksikal agar terdapat kepaduan dalam wacana tersebut. Selain itu, penelitian mengenai konteks dalam analisis wacana penting untuk dilakukan agar mendapatkan gambaran tentang peristiwa yang melatari sebuah wacana. 2. Manfaat Praktis Ada beberapa manfaat praktis terkait dengan penelitian ini. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut. a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memperkaya khazanah teori atau keilmuwan penulis yang terkait dengan analisis wacana secara tekstual dan kontekstual. b. Bagi Guru Bahasa Indonesia Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, panduan, dan masukan serta penjelasan kepada guru bahasa Indonesia untuk
6 memperhatikan aspek gramatikal, leksikal, dan kontekstual yang dapat digunakan sebagai materi ajar pembelajaran sastra sehingga dapat menunjang pembelajaran bahasa Indonesia. c. Bagi Praktisi Peneliti dan Pengamat Bahasa Dapat memberi masukan guna memperkaya pemahaman akan wawasan keilmuwan mengenai analisis wacana dalam melakukan penelitian lebih lanjut khususnya penelitian untuk cerita pendek.