BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

Sriono ISSN Nomor TELAAH TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA (AL IJARAH) DALAM PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Dealin Mahaputri Leonika

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengertian Akad Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang menjadi. kekurangan dana. Karena itu industri perbankan mempunyai peranan yang

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Pekalongan, Telpon (0285)381011, dengan kepala cabang Bapak

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan

ANALISIS KOMPARASI SAK 30 SEWA DENGAN SAK SYARIAH 107 IJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

PEMBIAYAAN IJARAH MUNTAHIYA BITAMLIK

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. uang, sehingga masyarakat mengenal bank sebagai tempat menukaran uang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BABI PENDAHULUAN. Sistem perbankan syariah merupakan bagian dari konsep ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan prinsip-prinsip dalam agama Islam. Masyarakat sudah mulai. kepastian dan sistem yang jelas pada sistem syariah.

PENERAPAN AKAD IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK (IMBT) PADA PEMBIAYAAN DI BMT BISMILLAH CABANG NGADIREJO TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

PENGARUH PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL TERHADAP MINAT NASABAH BERINVESTASI ( Survey Pada Bank Syari ah di Kabupaten Klaten)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA

BAB I PENDAHULUAN. membedakan pengelolaan lembaga keuangan Islam (syariah) dengan

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Disamping bank syariah, terdapat jenis lembaga keuangan mikro lain yang memiliki misi yang sejenis dan beroperasi berdasarkan syari ah. Dalam konteks islam lembaga keuangan mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tanwil (BMT). Lembaga ini secara empiris telah menunjukkan fungsi dan peran penting dalam memerangi kemiskinan, menghilangkan ketimpangan social- ekonomi serta menciptakan ruang perekonomian yang adil. 1 BMT sebagai lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada batasan ekonomi, sosial, bahkan agama. Semua komponen masyarakat dapat berperan aktif dalam membangun sebuah system keuangan yang lebih adil dan yang lebih penting mampu menjangkau lapisan pengusaha yang terkecil sekalipun. Peran BMT dalam menumbuhkembangkan usaha mikro dan kecil dilingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan nasional. Bank yang diharapkan mampu menjadi perantara keuangan ternyata hanya mampu bermain pada level menengah keatas. Sementara lembaga keuangan non formal yang notabene mampu menjangkau pengusaha mikro, tidak mampu meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Maka 1 Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syari ah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 28.

BMT diharapkan tidak terjebak pada dua kutub ekonomi yang berlawanan tersebut. BMT tidak digerakkan dengan motif laba semata, tetapi juga motif social. Karena beroprasi dengan pola syariah, sudah tentu mekanisme kontrolnya tidak saja dari aspek ekonomi saja atau control dari luar tetapi agama atau aqidah menjadi faktor pengontrol dari dalam yang lebih dominan. 2 Selain mengembangkan produk bagi hasil, dan jual beli, lembaga keuangan syari ah juga mengembangkan produk sewa atau operational lease. Sebagai lembaga keuangan pada umumnya tidak akan menyimpan barang dengan tujuan semata-mata untuk menyewakan secara terus menerus, melainkan sekedar mencarikan barang sesuai dengan kebutuhan nasabahnya. Bank tidak akan berhajat akan barang yang disewakan, tetapi lebih berhajat pada perputaran dananya. Oleh karenanya, akad ijarah dikembangkan kedalam bentuk akad ijarah muntahiyya bittamlik (IMBT). 3 BMT Bismillah Ngadirejo termasuk salah satu LKS di indonesia yang juga menerapkan pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik. Letak BMT Bismillah Ngadirejo sangat strategis, sehingga dijadikan sebagai solusi pendanaan untuk masyarakat setempat. Sebagian besar penduduk yang berada di Lereng Gunung Sindoro yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang, banyak yang membutuhkan dana untuk kebutuhan produksi dan usaha, karena didaerah ini masih banyak praktikpraktik rentenir. Adapun akad yang dilakukan dalam bank syariah ataupun lembaga keuangan syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad 2 Ridwan Muhammad, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka SM, 2007), hlm. 24. 3 Ibid, hlm. 84.

yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Nasabah sering kali berani melanggar kesepakatan atau perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tetapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad. 4 Al Ijarah disebut akad pemindahan hak guna atau (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. 5 Ijarah dalam perbankan dikenal dengan operational lease, yaitu kontrak sewa antara pihak yang menyewakan dan pihak penyewa, dimana pihak penyewa harus membayar sewa sesuai dengan perjanjian, dan pada saat jatuh tempo, asset yang disewa harus dikembalikan kepada pihak yang menyewakan. Biaya pemeliharaan atas asset yang menjadi objek sewa menjadi tanggungan pihak yang menyewakan. Pemilik asset tetap (objek sewa) adalah lembaga keuangan yang bertanggung jawab atas biaya pemeliharaan asset tetap yang disewakan selama masa sewa. Asset yang disewakan tetap menjadi milik lembaga keuangan. Pada saat perjanjian sewa berakhir, maka pihak yang menyewakan asset tetap akan mengambil kembali objek sewa dan dapat menyewakan kembali kepada pihak lain atau memperpanjang sewa lagi dengan perjanjian baru. 6 4 Rukmana, Mahmud Amir, Bank Syariah Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, (Yogyakarta: Erlangga, 2010), hlm. 11. 5 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 140. 6 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 160.

Berdasarkan terminology, ijarah adalah pemindahan kepemilikan fasilitas dengan imbalan. Penyewaan dalam sudut pandang islam meliputi dua hal, yaitu: a. Penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia, b. Penyewaan terhadap suatu fasilitas. Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al- iwadhu (ganti). 7 ijarah secara bahasa berarti upah, sewa, jasa atau imbalan. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Selanjutnya kata at-tamlik berarti menjadikan orang lain memiliki sesuatu. Dari segi istilah at-tamlik adalah kepemilikan seseorang terhadap suatu benda, kepemilikan terhadap manfaat baik yang diperoleh dengan adanya pergantian atau tidak. Berdasarkan penjelasan diatas definisi ijarah muntahiya bittamlik 8 (persewaan yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan) adalah kepemilikan suatu manfaat (jasa) berupa barang yang jelas dalam tempoh waktu yang jelas. Maka ini yang disebut persewaan yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan. Di beberapa negara dan juga dalam bank Syariah ijarah muntahiya bittamlik juga dikenal dengan sebutan ijarah wa iqtina atau al-ijarah thumma al-bai (AITAB) yang artinya sama dengan ijarah muntahiya bittamlik yaitu pengalihan/ perpindahan hak kepemilikan dengan pilihan menjual atau menghibahkan pada akhir tempoh masa sewa. 9 7 Dalam Perbankan Konvensional istilah ijarah dikenal dengan istilah leasing. 8 Dalam dunia Financial ijarah muntahiya bittamlik sering dikenal dengan istilah hire- purchase yaitu suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan. Dalam kontrak ini pembayaran sewa telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian padanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsuran. 9 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2005), hlm. 71.

Berdasarkan fatwa DSN No. 27 tahun 2002, disebutkan bahwa pihak yang melakukan transaksi IMBT harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Dengan demikian, pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan syarat transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian IMBT harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Selanjutnya pelaksanaan akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai. 10 Dalam konteks ini konsep ijarah sudah mengalami perkembangan dalam bentuk Ijarah muntahiya bittamlik atau sewa yang diakhiri dengan hak pemilikan atas barang. Begitu juga produk ijarah yang ada pada BMT Bismillah cabang Ngadirejo Temanggung. Ijarah muntahiya bittamlik ini merupakan perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan pemilikan barang dari penyewa, sifat pemindahan pemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa. berdasarkan uraian di atas itulah mendorong peneliti mengangkat tema ini dengan judul "PENERAPAN AKAD IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK PADA PEMBIAYAAN DI BMT BISMILLAH CABANG NGADIREJO TEMANGGUNG. B. Rumusan Masalah Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus. Ini dimaksudkan agar dalam karya tulis ini, tidak melebar dari apa yang 10 Muthaher Osmad, Akuntansi Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 125.

dikehendaki. Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas, ada rumusan masalah yang bisa diambil: 1. Bagaimana penerapan akad ijarah muntahiya bittamlik pada pembiayaan di BMT Bismillah Ngadirejo? 2. Bagaimana kendala dalam pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik yang diterapkan oleh BMT Bismillah Ngadirejo? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana penerapan akad Ijarah Muntahiya Bittamlik pada pembiayaan di BMT Bismillah. 2. Mengetahui bagaimana kendala yang ada dalam pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik yang diterapkan oleh BMT Bismillah Ngadirejo. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teori terhadap perkembangan ilmu perbankan syariah serta memperkaya khazanah pada bidang akad dalam perbankan syariah. 2. Dan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan bagi BMT yang belum menerapkan pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik dan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam rangka pengembangan pengelolaan bagi BMT yang sudah menerapkan. 3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. E. Metode Penelitian a. Sumber data Adapun sumber data yang digunakan,

(a) Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti, dengan melakukan dan pencatatan secara sistematis terhadap masalah yang dihadapi. 11 Dengan data ini penulis mendapatkan gambaran umum tentang BMT Bismillah Ngadirejo dan data mengenai penerapan akad Ijarah Muntahiya Bittamlik di BMT Bismillah Ngadirejo. (b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang mendukung pembahasan dan diperoleh dari orang lain baik berupa laporan-laporan, buku-buku, maupun surat kabar. 12 Dengan metode ini penulis mendapatkan data lampiran slip angsuran, lembar akad Ijarah Muntahiya Bittamlik BMT Bismillah Ngadirejo, serta brochure-brochere nya. b. Teknik pengumpulan data Dalam mengumpulkan data digunakan dua teknik: (a) Wawancara atau interview Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung dari yang diwawancarai. Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara langsung dengan pegawai atau karyawan dan nasabah BMT Bismillah cabang Ngadirejo Temanggung untuk mendapatkan informasi yang dilakukan guna melengkapi penulisan tugas akhir ini. 11 Mardalis, Metode Penelitian suatu pendekatan proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) hlm. 28 12 Ibid.

(b) Observasi Observasi atau sering disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek. Disini peneliti dalam melakukan pengamatan tidak menggunakan variable yang terlalu banyak, hanya mengamati situasi nasabah dalam melakukan transaksi di BMT Bismillah cabang Ngadirejo Temanggung, c. Analisis data Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif, dengan cara mencari metode dengan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul berdasarkan apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. F. Sistematika Penulisan Agar penulisan tugas akhir ini mudah dipahami, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan tugas akhir. BAB II : Gambaran Umum BMT Bismillah Ngadirejo Bab ini berisi tinjauan umum tentang BMT Bismillah yang meliputi sejarah berdirinya BMT Bismillah, Struktur Organisasi BMT Bismillah, produk-produk BMT Bismillah dan permasalahan yang dihadapi. BAB III : Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang landasan teori, hasil dan pembahasan mengenai Ijarah Muntahiya Bittamlik serta Penerapan Ijarah Muntahiya Bittamlik pada pembiayaan di BMT Bismillah cabang Ngadirejo Temanggung. BAB IV : Penutup Bab ke-empat, peneliti bertitik tolak pada uraian bab pertama, kedua, dan analisis pada bab ketiga maka sampai pada kesimpulan, saran-saran dan penutup. Dengan demikian keseluruhan isi tugas akhir tergambar secara jelas.