PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

PENDAHULUAN. pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

Oleh : Irianto Budi Santosa, SP POPT KABUPATEN JOMBANG

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

Bedanya Serangan Kwangwung atau Ulah Manusia pada Tanaman Kelapa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR

setelah peletakan dan menetas pada umur hari. Dalam penelitian yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEPADATAN POPULASI KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PTPN VI UNIT USAHA OPHIR PASAMAN BARAT.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma.

II. TINJAUAN PUSTAKA. batang dan daun sedangkan generatif yang merupakan alat perkembangbiakan

PENDAHULUAN. ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mengapa O. rhinoceros menjadi Hama padatanaman Kelapa Sawit?

ANALISIS KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN Oleh: Muklasin dan Syahnen

Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Ulat Api Setothosea asigna Eecke (Lepidoptera: Limacodidae)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, dan HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

HASIL DAN PEMBAHASAN

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Amalan pengurusan seperti ini adalah penting dari segi kos dan isu alam sekitar.

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak

Berburu Kwangwung Di Sarangnya

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

Menghindari kesalahan berbahasa contoh

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

KEPADATAN POPULASI KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI KANAGARIAN SIALANGGAUNG KABUPATEN DHARMASRAYA E JURNAL

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

UJI TINGKAT KETINGGIAN PERANGKAP FEROMON UNTUK MENGENDALIKAN KUMBANG TANDUK

POTENSI DAN PENGENDALIAN SERANGGA HAMA KELAPA SAWIT DI LAMPUNG

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2014 di. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Bahan-bahan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

POKOK BAHASAN : PENERAPAN PENGENDALIAN HAYATI

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) berat dan tanaman dapat mati. Apabila hama ini dapat bertahan dalam areal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

PERKEMBANGAN SERANGAN BRONTISPA LONGISSIMA

Keywords: Oryctes rhinoceros L., Oil palm plant, Population

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit. Deskripsi Tumbuhan

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

Oleh Syahnen dan Ida Roma Tio Uli Siahaan. Gambar 1. Ulat api Setothosea asigna Sumber : Purba, dkk. (2005)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Kelapa Sawit Botani Tanaman Kelapa sawit Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika selatan yaitu Brazil kerena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil jika dibandingkan dengan di Afrika. Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerahnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi perhektar yang lebih tinggi (Fauji dkk, 2005). Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawah dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911 (Fauzi dkk,2005). Berbagai faktor dapat menyebabkan produksi kalapa sawit menurun salah satu faktor tersebut adalah serangan hama tanaman. Serangan hama ini di areal kelapa sawit dapat menimbulkan kerugian apabila tidak dikelolah dengan baik (Girsang dan Daswir dalam Noprida,2009). Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan tidak selalu sama dengan yang ada di tanaman belum menghasilkan (TBM) dan di tanaman menghasilkan (TM). Di wilayah pengembangan terutama di TBM sering mendapat serangan hama jenis ulat api (Limacodidae), ulat kantong (Psychidae), kumbang penggerek (Oryctes sp) yang bersifat permanen dan jenis mamalia yang bersifat sementara (Risza, 1995).

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dikenal sebagai hama yang menyerang hampir di seluruh pertanaman kelapa di Indonesia dan merupakan salah satu hama yang paling merusak (Mahmud, 1990). Di Indonesia kerugian yang ditimbulkan akibat serangan kumbang Oryctes sp. cukup tinggi. Di Jawa saja diduga kehilangan produksi per tahun berkisar 10-20 milyar rupiah (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Areal TBM menjadi sasaran utama hama O. rhinoceros dengan pelepah-pelepah muda yang mengering diantara daun-daun tua yang masih hijau (PPKS, 2004). Imago menggerek terutama bagian sisi batang pada pangkal pelepah yang lebih rendah, mencapai langsung titik tumbuh. Imago ini juga menyerang pelepah pertama pada mahkota dengan memakan jaringan tanaman yang masih muda sehingga pertumbuhan pelepah baru akan terganggu bentuknya dan mengganggu proses fotosintesis (PPKS, 1996). Setiap hama mempunyai musuh alami yang dapat berupa parasit, predator (pemangsa) atau penyakit. Kalau musuh-musuh alami ini tidak cukup banyak, maka hama akan mudah berkembang biak (Mahmud, 1990). O. Rhinoceros dapat dikendalikan dengan cara fisik, pengutipan langsung, kimia yaitu dengan penggunaan pestisida atau dengan biologi yaitu penggunaan Metharizium anisophilae dan Baculovirus oryctes (PPKS, 2004). Pengendalian O. rhinoceros dengan insektisida granular mempunyai kelemahan antara lain mahal dan mencemari lingkungan, sedangkan cara pengutipan dengan tangan membutuhkan tenaga yang relatif banyak (Susanto, 2006). Pencegahan perkembangan O. rhinoceros dapat dilakukan dengan menanam tanaman penutup tanah misalnya Mucuna

sp. sehingga hal ini akan mempersulit O. rhinoceros untuk meletakkan telur (Prawirosukarto dkk, 2003). Tanaman sistem peremajaan tanpa bakar (zero burning) dengan kondisi tanaman tua yang banyak terserang Ganoderma boninse mengakibatkan tingginya serangan hama O. rhinoceros pada tanaman sawit muda yang mengakibatkan kematian dan kerugian secara materi. Metode pengendalian dengan menggunakan feromon sintetik dan dikombinasikan dengan penggunaan senyawa kimia sebagai pelindung telah terbukti meminimalkan kerusakan dan serangan hama O. rhinoceros pada tanaman sawit muda (Chenon dan Pasaribu, 2005). Feromon berperan dalam monitoring populasi hama sebagai bagian penting dalam pengendalian hama secara terpadu serta dapat digunakan dalam pengendalian hama yang berwawasan lingkungan. Penggunaan feromon dalam pengendalian hama O. rhinoceros sudah dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa feromon agregasi sintetik dapat menangkap kumbang O. rhinoceros betina lebih banyak dibanding kumbang jantan (Alouw, 2007). Feromon adalah bahan yang disekresikan oleh organisme dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesamanya dalam sepesies yang sama. Berdasarkan fungsinya ada dua kelompok feromon yaitu: Feromon releaser yang memberikan pengaruh langsung pada sistem saraf pusat individu penerima untuk menghasilkan respon tingkah laku dengan segera. Feromon ini terdiri dari tiga jenis, yaitu feromon sex, feromon jejak, dan feromon alarm.feromon primer yang berpengaruh pada sistem syaraf endokrim dan reproduksi individu penerima sehingga menyebabkan perubahanperubahan fisiologis (Anonimus, 2010).

Kumbang O. rhinoceros jantan dan betina yang menggerek selalu berpindahpindah dari pohon yang satu ke pohon sekitarnya sehingga menyebabkan serangan semakin meluas (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Biasanya serangan kumbang O. rhinoceros akan diikuti oleh kumbang R. ferrugineus atau bakteri ataupun cendawan, sehingga terjadi pembusukan yang berkelanjutan. Keadaan seperti ini tanaman mungkin menjadi mati atau terus hidup dengan gejala pertumbuhan yang tidak normal (PPKS, 2004). Kumbang terbang dari tempat persembunyiannya menjelang senja sampai agak malam (sampai dengan pukul 21.00 wib), dan jarang dijumpai pada waktu larut malam. Dari pengalaman diketahui, bahwa kumbang banyak menyerang kelapa pada malam sebelum turun hujan. Keadaan tersebut ternyata merangsang kumbang untuk keluar dari persembunyiannya (PPKS, 2004). Pada kelapa sawit yang ditanam pada tahun-tahun pertama, seekor kumbang tanduk meyerang sebatang pohon selama 4-6 hari sebelum ia pindah menyerang pohon lain. Akibatnya walaupun populasi yang kecil saja, tetapi populasi itu dapat menyebabkan kerusakan besar pada kelapa sawit (PPKS, 1996). Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kemampuan Oryctes rhinoceros untuk menyebar berdasarkan arah mata angin dari timurbarat pada tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kemampuan Oryctes rhinoceros menyebar pada areal tanaman kelapa sawit pada musim hujan. Hipotesis Penelitian 1. Diduga adanya pengaruh suhu, kelembaban,curah hujan dan angin terhadap penyebaran Oryctes rhinoceros di lapangan. 2. Diduga adanya perbedaan kumbang O. rhinoceros yang betina dan jantan yang tertangkap. 3. Diduga adanya hubungan antara penyebaran kumbang tanduk O.rhinoceros dengan keadaan areal pertanaman kelapa sawit. Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.