BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan proses Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) di kelas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk

I. PENDAHULUAN. dan alam sekitar. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Rita Juliani dan Saima Putrini R. Harahap Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktif yaitu ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

I. PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Guru juga harus ikhlas dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih berkesan dan bermakna. Sejak beberapa tahun terakhir pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan motivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN I.I

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Astuti Alawiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan memiliki peran penting dalam memperbaiki mutu sumber daya manusia (SDM). Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena pendidikan sebagai akar pembangunan bangsa. Berhasilnya pembangunan di bidang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan di bidang yang lainnya. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa oleh sebab itu pembangunan sektor pendidikan selalu menjadi prioritas dan semakin giat dilaksanakan. Berbagai carapun ditempuh untuk memperoleh pendidikan baik pendidikan secara formal maupun pendidikan secara nonformal. Berkembangnya pendidikan sudah pasti berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini dapat terlihat dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini tidak dapat terlepas dari kemajuan ilmu fisika yang banyak menghasilkan temuan baru dalam bidang sains dan teknologi. Oleh karena itu, fisika ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang penting karena salah satu syarat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika salah satu cabang IPA yang merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksi di dalamnya. Pelajaran fisika lebih menekankan pada pemberian langsung untuk meningkatkan kompetensi agar siswa mampu berpikir kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang fisika. Pemahaman

2 yang benar akan pelajaran fisika akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses pembelajaran di dalam kelas menentukan tingkat keberhasilan siswa. Disini guru harus merencanakan dan menetapkan strategi yang digunakan agar siswa lebih termotivasi dalam belajar, dengan tujuan agar memiliki pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap untuk mempersiapkan siswa menghadapi studi yang lebih tinggi. Dengan harapan, makin tinggi proses makin tinggi pula hasil yang dicapai. Proses disini di maksud sebagai proses pencapaian materi pelajaran kepada siswa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan menyebarkan angket kepada 38 orang siswa, 66,6 % menyatakan tidak menyukai palajaran fisika dengan alasan bahwa pelajaran fisika itu sulit dan kurang menarik, 23,7 % menyatakan pelajaran fisika itu biasa saja, dan hanya 9,7 % siswa yang menyatakan pelajaran fisika itu mudah dan menyenangkan. Rendahnya hasil belajar fisika yang diperoleh siswa disebabkan karena pelajaran fisika menurut pandangan siswa kurang menarik dan terkesan sulit, sehingga siswa lebih dahulu merasa bosan sebelum mempelajarinya. Pada kenyataannya, siswa menginginkan pembelajaran dengan metode yang lebih bervariasi sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan mengasyikkan. Siswa juga mengharapkan suasana kelas yang lebih rileks dan tidak kaku. Sering kali pelajaran fisika disajikan dengan menonjolkan persamaan matematik dari pada konsep fiskanya, sehingga konsep pelajaran fisika tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan siswa di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang khususnya kelas XI IPA terhadap bidang studi fisika yang menurut mereka kurang menarik dan membosankan membuat guru sulit untuk menerapkan berbagai metode belajar lainnya selian mencatat dan mengerjakan soal. Siswa kurang tertarik untuk turut berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa hanya menerima pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang kurang interaktif dan

3 kurang bervariasi seperti yang tersebut di atas, mengakibatkan kebosanan pada diri siswa dan mengurangi minat dalam mempelajari pelajaran fisika. Hal ini langsung berdampak pada nilai yang diperoleh siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah nilai rata-rata ujian pertengahan semester untuk bidang studi fisika yaitu masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dimana nilai KKM untuk mata pelajaran fisika adalah 75. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa pelajaran fisika dianggap pelajaran yang sulit, sehingga hal ini mengakibatkan hasil belajar para siswa menjadi rendah. Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu diupayakan pemecahannya, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif, yang dapat meningkatkan minat, semangat, kemampuan untuk dapat bekerja bersama teman dalam menemukan suatu permasalahan, dan kegembiraan siswa serta dengan sendirinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang perlu dikembangkan yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan bekerja sama memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya dan saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman-temannya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Seperti yang dikatakan Ibrahim (2000:16) dalam bukunya bahwa Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). Di mana model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah dan memahami materi dengan bermain dan bertanding. Alasan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini adalah pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa dilatih keterampilanketerampilan membantu sesama temannya untuk bekerja sama dengan baik, adanya penghargaan yang harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik,

4 keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu sehingga setiap kelompok tidak bisa bergantung pada anggota lain, dengan adanya suatu permainan dalam kelompok kecil diharapkan siswa aktif dan memperoleh tambahan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep materi yang diajarkan khususnya konsep pada materi fisika. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya diharapkan mampu memberikan sumbangan pada peningkatan motivasi siswa agar lebih bersemangat dan berminat dalam belajar fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pernah diteliti oleh Justitia (2010) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada pokok bahasan Suhu dan Kalor dan memperoleh hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata 73,8 dan pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar dengan rata-rata 82,3. Kelemahan dalam penelitian ini adalah hanya beberapa orang siswa yang aktif dalam kelompok, tempat duduk sulit atau kurang mendukung untuk diatur dalam kegiatan kelompok dan memerlukan banyak waktu. Giri (2008) juga menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada materi pokok Gaya dan Percepatan dan

5 memperoleh peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 5,11, dan peningkatan hasil belajar dari siklus II ke siklus III sebesar 5,88. Kelemahan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu sehingga penerapan pembelajaran kooperatif ini tidak maksimal hal ini disebabkan karena kurangnya perencanaan yang efektif. Oleh sebab itu, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di dalam RPP dijelaskan tahapan-tahapan utama pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga pada pelaksanaan penelitian kegiatan-kegiatan yang dilakukan lebih dapat terarah sesuai dengan fase-fase pembelajaran kooperatif, dengan terarahnya kegiatan yang dilakukan dapat membimbing dan memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan agar sesuai dan relevan dengan KBM pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga dapat mengefisienkan waktu pembelajaran yang selalu jadi kendala pada penelitian sebelumnya. Membuat petunjuk-petunjuk tertulis tentang kegiatan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan diberikan kepada siswa di mana tujuannya adalah agar siswa siap dan mengetahui peran mereka dalam model pembelajaran ini dan melakukan persiapan yang matang dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI Pada Materi Persamaan Keadaan Gas Ideal Di SMA N 1 Percut Sei Tuan T.P. 2012/2013 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian antara lain: 1. Metode pembelajaran kurang bervariasi. 2. Minat belajar fisika siswa yang masih kurang. 3. Pandangan siswa yang menganggap fisika itu sulit. 4. Siswa kurang tertarik mempelajari fisika. 5. Nilai fisika siswa yang masih kurang dari kkm.

6 1.3. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. 3. Hasil belajar siswa pada materi pokok persamaan gas ideal. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Bagaimanakah hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe TGT pada materi persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. T.P. 2012/2013. 2. Bagaimanakah hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran konvensional pada materi persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. T.P. 2012/2013. 3. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe TGT pada materi persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. T.P. 2012/2013. 4. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada materi persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. T.P. 2012/2013.

7 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada materi pokok persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan.T.P. 2012/2013. 2. Untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa dengan model pembelajaran konvensional pada materi persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan.T.P. 2012/2013. 3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe TGT pada materi persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. T.P. 2012/2013. 4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada materi persamaan gas ideal di kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. T.P. 2012/2013. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai informasi mengenai penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada materi pokok persamaan gas ideal. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru bidang studi untuk mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk dapat diterapkan dimasa yang akan datang.

8 1.7. Defenisi Operasional 1. Model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desainunit pembelajaran dan pengajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, bantuan belajar melalui program computer. (Joyce dan Weil dalam Sagala (2008 : 45)) 2. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. (Slavin dalam Isjoni (2009:15)) 3. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) adalah merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah dan memahami materi dengan bermain dan bertanding. 4. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana (2005:22))