PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan otomatis. Maka dari itu minyak pelumas yang di gunakan pun berbeda.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN. INDONESIA Cilandak - Jakarta dengan menggunakan mesin Viscosity Kinematic Bath,

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN JENIS MINYAK LUMAS DASAR (BASE OIL) TERHADAP MUTU PELUMAS MESIN

Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL REKAYASA PROSES. Analisis Pengaruh Bahan Dasar terhadap Indeks Viskositas Pelumas Berbagai Kekentalan

ANALISIS KOMPATIBILITAS CAMPURAN PELUMAS INDUSTRI (MESIN DAN HIDROLIK) DARI BAHAN DASAR MINERAL DAN SINTETIK.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemakaian Pelumas. Rekomendasi penggunaan pelumas hingga kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga

PERTAMINA ATF MINYAK TRANSMISI OTOMATIS

MENGENAL PELUMAS PADA MESIN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS. Daniel Parenden Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Musamus

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN

EVALUASI HASIL ROAD TEST 40 ribu Km KENDARAAN BERBAHAN BAKAR B0 & B20. Jakarta, 17 Februari 2015 Oleh: Rizqon Fajar

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR

TUGAS AKHIR. Akurasi Pengujian Oli Metode Cepat Dengan Laboratorium Oli. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil pengujian Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap Viskositas Oli

I. PENDAHULUAN. masih awam akan mesin sepeda motor, sehingga apabila mengalami masalah atau

ANALISA PENGARUH BAHAN DASAR PELUMAS TERHADAP VISKOSITAS PELUMAS DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF PADA OLI SCOOTER MATIC TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR DALAM PEMANASAN MESIN

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ADITIF EKSTRAK DAUN KAPUK TERHADAP PENGOLAHAN OLI BEKAS MENJADI OLI STANDAR LAYAK PAKAI

ANALISA SISTEM PELUMASAN MESIN SUZUKI SATRIA F 150 cc 4 VALVE PADA DINDING SILINDER

BAB I PENDAHULUAN. membuka peluang bagi pihak lain diluar Pertamina untuk mendistribusikan

ANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GANDAR 800 PELUMAS ASPOT GERBONG KERETA API

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM)

PENGARUH SUHU TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS (OLI) Parmin Lumbantoruan 1, Erislah Yulianti 2

Analisis Penurunan Kualitas Minyak Pelumas Pada Kendaraan Bermotor Berdasarkan Nilai Viskositas, Warna dan Banyaknya Bahan Pengotor

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PELUMASAN SILINDER UNTUK MENGETAHUI OSF (OIL STRESS FACTOR) PADA MOTOR DIESEL 2-STROKE

Dosen Pembimbing: Ir. Arino Anzip, MEng.Sc

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

Momentum, Vol. 12, No. 2, Oktober 2016, Hal ISSN

TUGAS AKHIR PEMANTAUAN KONDISI MESIN DIESEL HINO R235 RK8JSKA-MHJ MELALUI ANALISA PELUMAS. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Temperatur ( C )

Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Diala B Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa

BERITA ACARA ADDENDUM Nomor : 03/PELUMAS DP4-LU4/ULP K.SMI/2012

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTAMAX DAN PERTAMAX PLUS TERHADAP PERFORMA SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN DINAMOMETER CHASSIS

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dibawah ini adalah diagram alir metodologi penetilian :

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP PELUMAS MESIN PADA MESIN DIESEL ISUZU PANTHER 2300 CC TIPE C-223

BAB I PENDAHULUAN. dengan data penjualan mobil di Indonesia tahun 2015 mencapai 1,2 juta unit

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

Passenger Car Motor Oils

ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS

Pembuatan Alat Uji untuk Mengikat Partikel Logam yang Terkandung dalam Pelumas Akibat Gesekan Mesin

PENENTUAN KUALITAS PELUMASAN MESIN

PEMILIHAN MINYAK PELUMAS/OLI KENDARAAN BERMOTOR RINGKASAN

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Created by Training Department Edition : April 2007

Momentum, Vol. 11, No. 1, April 2015, Hal ISSN , e-issn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

ANALISIS KARAKTERISTIK PENGARUH SUHU DAN KONTAMINAN TERHADAP VISKOSITAS OLI MENGGUNAKAN ROTARY VISCOMETER

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian penelitian terdahulu berhubungan dengan pelumas M. Syafwansyah Effendi dan Rabiatul Adawiyah (2014).

TUGAS SARJANA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI KUALITAS MINYAK PELUMAS DENGAN METODE GESESKAN

ENDURO 4T PREMIUM SAE 10W-30 AIR COOLED MOTORCYCLE/SMALL ENGINE OILS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

TUGAS SARJANA. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan Limbah Plastiksebagai Campuran Bahan Bakar Premium terhadap Prestasi Mesin Sepeda Motor Merk-X

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN KECEPATAN, POSISI GIGI, DAN JENIS BAHAN BAKAR DENGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR SEPEDA MOTOR

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

MEDITRAN SX SAE 15W-40 SERVICE API CI-4 PELUMAS MESIN DIESEL TUGAS BERAT TEKNOLOGI TINGGI

BERITA ACARA ADDENDUM Nomor : 04/PELUMAS DP4-LU/ULP K.SMI/2012

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

BAB 6 CAIRAN PENDINGIN UNTUK PROSES PEMESINAN

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH JARAK TEMPUH, PERIODE SERVIS DAN UMUR MESIN TERHADAP KONSENTRASI CO, HC,

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

FORMULASI GEMUK LUMAS RAMAH LINGKUNGAN (BIODEGRADABLE GREASE) Ratu Ulfiati, M. Rizkia Malik, Pandu Asmoro Bangun

KAJIAN PENAMBAHAN ADITIF NABATI PADA MESIN GENERATOR SET BENSIN TYPE EC 2900L

KEGIATAN BELAJAR 1 PENGENALAN SISTEM HIDROLIK

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMELIHARAAN SISTEM HYDRAULIK

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN PERBANDINGAN PELUMAS MINERAL DAN SINTETIS

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

Transkripsi:

PERBANDINGAN KINERJA PELUMAS MOTOR SKUTIK MINERAL DAN SINTETIK PADA UJI JALAN SAMPAI 6000 KM Rini Siskayanti Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat, 10510 rininovar@yahoo.co.id ABSTRAK Pelumas atau yang biasa disebut dengan oli adalah zat kimia, yang umumnya cairan yang diberikan diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gesekan. Kebutuhan akan pelumas di Indonesia saat ini terus meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi kendaraan bermotor terutama motor skutik. Pelumas berkualitas rendah apabila digunakan didalam mesin akan mudah rusak atau terdekomposisi, sehingga akan berkurang daya lumasnya. Oleh karena itu perlu dibuktikan kinerja pelumas baik mineral maupun sintetik dengan uji jalan. Pada penelitian ini dilakukan uji coba (road test) terhadap dua sampel pelumas motor matic SAE 10W-30, API SL JASO MA dengan perbedaan bahan dasar mineral dan sintetik dan additive yang sama. Road test dilakukan sampai 6000 km selama 15 hari perjalanan Jakarta-Bandung. Dari hasil road test menunjukkan penurunan viscositas dan nilai TBN yang cukup stabil. Kandungan wear metal sangat baik, tidak ada kerusakan komponen dan konsumsi pelumas sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pelumas mineral sebanding dengan pelumas sintetik apabila ditambahkan dengan additive yang berkualitas dan pemakaian pelumas sesuai rekomendasi pembuat motor. Kata kunci: Pelumas mineral, Pelumas sintetik, Motor skutik, uji jalan. ABSTRACT Lubricant or oil is a chemical substance, which is generally given fluid between the two moving objects to reduce friction. The need for lubricants in Indonesia continues to increase along with the development of technology of motor vehicles, especially motor scooter. Low quality lubricants when used in the engine will be easily damaged or decomposes. Therefore, it is necessary to prove the performance of both mineral and synthetic lubricants with a road test. In this research, test (road test) against two samples matic lubricant SAE 10W-30 API SL JASO MA with distinction mineral and synthetic base materials and additives are the same. Road tests conducted up to 6000 km during a 15-day trip from Jakarta to Bandung. From the road test results showed a decrease in viscosity and TBN values were fairly stable. The content of metal wear is very good, no damage of components and lubricant consumption slightly. This indicates that the performance is comparable with mineral lubricants synthetic lubricant additive which when added to the quality and appropriate use of lubricating the motor manufacturer's recommendations. Keywords : Mineral lubricants, synthetic lubricants, motor scooter, road test PENDAHULUAN Pelumas atau yang biasa disebut dengan oli adalah zat kimia, yang umumnya cairan yang diberikan diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gesekan. Pelumas merupakan salah satu bagian terpenting yang tak terpisahkan dari suatu mesin atau kendaraan. Secara umum fungsi pelumas adalah untuk mencegah atau mengurangi keausan dan gesekan. Sedangkan fungsi lainnya adalah untuk melindungi mesin dari karat, sebagai pembersih, pendingin juga seal pada mesin kendaraan dan mengangkut kotoran pada motor bakar. Tanpa pelumas yang baik, mesin 1

secanggih apapun dipastikan tidak akan bisa bekerja. Kebutuhan akan pelumas di Indonesia saat ini terus meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi kendaraan bermotor serta mesin-mesin industri. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional dan Gabungan dari Industri Kendaraan Bermotor, konsumsi pelumas di Indonesia meningkat sekitar 10.1% per tahun. Dalam lima tahun ke depan konsumsi pelumas diproyeksikan akan meningkat dari 703,5 juta liter pada 2012 menjadi 855,1 juta liter pada 2017. Perkembangan kendaraan roda dua saat ini ada sekitar hampir 80 juta populasi sepeda motor dengan berbagai tipe dan merk yang beredar di Indonesia. Namun sepeda motor skutik menjadi jenis yang paling diminati. Berdasarkan data AISI, pertumbuhan Motor Skutik di Indonesia sejak tahun 2011 mendominasi pasar dan diprediksi akan menggantikan motor bebek. Teknologi motor skutik membutuhkan pelumas yang mampu memberikan perlindungan maksimal agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Karakter mesin motor skutik berbeda dengan motor bebek biasa dimana, skuter matik biasanya menggunakan sistem dry clutch alias kopling kering. Kopling kering merupakan mekanisme mesin dengan gearbox terpisah dengan mesin. Sehingga pelumas pada skutik hanya dibutuhkan untuk pelumasan transmisi saja. Karena itu, mesin skutik membutuhkan pelumas dengan gesekan rendah. Apalagi ruang dalam mesin matik cukup sempit. Dengan begitu, mesin skutik membutuhkan pelumas yang lebih encer. Dengan tingkat keenceran yang lebih tinggi, gesekan dalam ruang mesin pun berkurang. Selanjutnya, kerja mesin pun jadi lebih ringan. Pelumas dasar mesin saat ini telah diisi dengan berbagai merek dengan menawarkan kualitas dan harga Untuk memenuhi hal tersebut dibutuhkan pelumas dengan kualitas tinggi. Pelumas berkualitas rendah apabila digunakan disalam mesin akan mudah rusak atau terdekomposisi, sehingga akan berkurang daya lumasnya. Oleh karena itu perlu dibuktikan kinerja pelumas baik mineral maupun sintetik dengan uji jalan. Macam-macam pelumas Terdapat berbagai jenis pelumas yang dapat dibedakan penggolongannya berdasarkan Bahan Dasar (Base Oil), bentuk fisik, dan tujuan penggunaanya. Dilihat dari bentuk fisiknya pelumas terdiri dari : a. Liquid (Pelumas cair) b. Semi Liquid c. Solid (Pelumas padat) Dilihat dari bahan dasarnya, pelumas terdiri dari : a. Pelumas mineral b. Pelumas semi sintetik. c. Pelumas sintetik Pelumas Mineral Pelumas mineral adalah pelumas yang dibuat dari bahan dasar (base oil) mineral dicampur dengan additive.teknologi pelumas mineral juga terus berkembang, terutama proses pembuatannya bahan dasarnya. Alhasil, kualitasnya juga makin baik. Beberapa keunggulan pelumas mineral adalah : a. Memiliki kekentalan yang sangat stabil pada temperature rendah dan tinggi b. Tidak menyebabkan slip pada kopling c. Tidak mudah teroksidasi dan terdegradasi oleh radiasi panas dari mesin d. Menjaga kebersihan mesin, serta mencegah terbentuknya deposit pada piston e. Melindungi secara optimal mesin dari korosi dan menjaga komponen mesin dari keausan. f. Mampu meningkatkan akselerasi g. Komponen vital motor utamanya kopling dan rangkaian gear pada transmisi lebih awet dan tahan lama. h. Pelumas Semi Sintetik Saat ini tidak ada kesepakatan yang jelas tentang definisi pelumas semi sintetik Ada yang berpendapat pelumas semi sintetik adalah pelumas yang dibuat dengan campuran antara bahan dasar sintetik ditambah dengan mineral. Definisi lain menyebutkan pelumas sintetik adalah pelumas mineral yang telah diperbaiki sifat-sifatnya mendekati unjuk kerja pelumas sintetik. Pelumas semi sintetik dibuat sebagai salah satu cara untuk mengatasi kelemahan pelumas sintetik yang harganya jauh lebih tinggi dari pelumas mineral. 2

Pelumas Sintetik Pelumas sintetis dibuat dari hidrokarbon yang telah mengalami proses khusus. Khusus yang dimaksud adalah bahwa pelumas ini dibuat tidak hanya sama dengan pelumas mineral akan tetapi melebihi kemampuan pelumas mineral. Melalui proses kimia dihasilkan molekul baru yang memiliki stabilitas termal, oksidasi dan kinerja yang optimal. Sehingga harga pelumas sintetis lebih mahal daripada pelumas mineral Beberapa campuran kimia yang biasanya digunakan untuk pelumas sintetik antara lain Polyalphaolefin (PAO), dan Esther. Keuntungan Pelumas Sintetis adalah : a. Umur pemakaiannya lebih lama karena meningkatkan stabilitas thermal (VI tinggi) dan tahan oksidasi. b. Oli yang digunakan lebih sedikit, pemakaian filter awet, mengurangi pengeluaran. c. Mengurangi konsumsi oli karena volatilitasnya lebih rendah dan densitas lebih tinggi. d. Mempunyai spesifikasi yang dibutuhkan pemakai. e. Pengoperasiannya lebih aman karena flash pointnya lebih tinggi. Sehingga ongkos perawatan lebih rendah, penggantian spare part lebih sedikit. f. Sifat-sifatnya dapat diprediksi karena karakteristik produknya uniform. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan uji jalan (road test) terhadap dua sepeda motor skutik baru dengan type dan merk yang sama. Pelumas motor yang digunakan adalah pelumas motor skutik SAE 10W-30, API SL JASO MB sesuai dengan rekomendasi pembuat kendaraan. Pelumas uji dibuat dari formula dengan campuran additive yang sama tetapi bahan dasar (base oil) yang berbeda yaitu Mineral (Group 1) dan Sintetik (group III). Sebelum uji coba dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengecekan dan pendataan Motor kemudian dilakukan penggantian pelumas sebanyak @800 cc sesuai dengan kapasitas tangki motor. Penggantian pelumas dilakukan dengan proses flushing untuk memastikan pelumas yang lama sudah benarbenar bersih dari tangki motor sehingga mencegah adanya kontaminasi pada penggunaan pelumas yang akan diuji coba. Road test dilakukan dengan jarak tempuh sampai 6000 KM selama 15 hari dengan rute perjalanan Jakarta Bandung. Motor dioperasikan oleh riders profesional secara bergantian. Selama pengujian diambil sampel pada pemakaian 0 km, 2000 km, 4000 km dan 6000 km sebanyak @75 ml untuk dilakukan analisa di Laboratorium. Pada saat pengambilan sampel, dilakukan penggantian pelumas sebanyak sampel yang diambil yaitu @75 ml. Evaluasi kinerja pelumas motor dilakukan setelah selesai uji jalan dengan analisa perubahan sifat fisika dan kimia pelumas (Viskositas, TBN), keausan dan deposit (FTIR), dan konsumsi pelumas Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini. 3

Mulai Menyiapkan 2 unit motor uji baru (Pemeriksaan & Pendataan Menyiapkan sampel oli Mineral & Sintettik Penggantian pelumas baru pada motor uji Pengukuran awal sifat fisika & kimia pelumas Uji jalan Jakarta Bandung sampai 6000 km (15 Hari) Pengambilan sampel pada pemakaian 0 km, 2000 km, 4000 km & 6000 km Pengujian sampel di Laboratorium Analisa Data Selesai Gambar 1. Diagram alir penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian dapat dihasilkan data hasil pengujian fisika/kimia pelumas mineral dan data hasil pengujian fisika/kimia pelumas sintetik yang secara lengkap pada Tabel 1 dan 2. No Parameter Tabel 1. Data Hasil Pengujian Fisika/Kimia Pelumas Mineral Unit Methode Hasil pengujian pada 0 km Hasil pengujian pada 2000 km Hasil pengujian pada 4000 km Hasil pengujian pada 6000 km Physical Test 1 Visc at 40 C cst ASTM D 445-10 - - - - 2 Visc at 100 C cst ASTM D 445-10 10.4 7.40 7.20 6.91 3 TBN mg KOH/g ASTM D 2896-07a 6.46 5.44 4.99 4.52 Contaminant 4 Silicon (Si) Ppm ASTM D 5185-09 5.00 14.0 15.0 19.0 Wear Metal 5 Iron (Fe) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 23.0 23.0 28.0 6 Alumunium (Al) Ppm ASTM D 5185-09 2.00 3.00 2.00 5.00 7 Chromium (Cr) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 0.00 0.00 0.00 8 Nickel (Ni) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 0.00 0.00 0.00 9 Tin (Sn) Ppm ASTM D 5185-09 1.00 0.00 2.00 0.00 10 Lead (Pb) Ppm ASTM D 5185-09 1.00 0.00 0.00 0.00 FTIR 11 Soot Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.00 0.00 12 Oxidation Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.02 0.05 0.00 13 Nitration Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.00 0.00 14 Sulfation Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.04 0.00 15 Fuel Dillution % ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.00 0.00 Tabel 2. Data Hasil Pengujian Fisika/Kimia Pelumas Sintetik No Parameter Unit Methode 0 km 2000 km 4000 km 6000 km Physical Test 1 Visc at 40 C cst ASTM D 445-10 - - - - 2 Visc at 100 C cst ASTM D 445-10 10.8 7.86 7.86 7.51 3 TBN mg KOH/g ASTM D 2896-07a 6.79 6.33 6.01 5.37 Contaminant 4 Silicon (Si) Ppm ASTM D 5185-09 5.00 9.00 8.00 10.0 Wear Metal 5 Iron (Fe) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 8.00 11.0 16.0 6 Alumunium (Al) Ppm ASTM D 5185-09 1.00 4.00 2.00 3.00 7 Chromium (Cr) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 0.00 0.00 0.00 8 Nickel (Ni) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 0.00 0.00 0.00 5

No Parameter Unit Methode 0 km 2000 km 4000 km 6000 km 9 Tin (Sn) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 0.00 0.00 0.00 10 Lead (Pb) Ppm ASTM D 5185-09 0.00 0.00 0.00 0.00 FTIR 11 Soot Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.00 0.00 12 Oxidation Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.05 0.00 13 Nitration Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.00 0.02 14 Sulfation Abs/0.1 mm ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.03 0.00 15 Fuel Dillution % ASTM E2412-04 0.00 0.00 0.00 0.00 PEMBAHASAN Dari analisa Viskositas dan TBN, kedua sampel pelumas bisa digunakan sampai dengan pemakaian 6000 Km. Hal ini dikarenakan karena kekentalan & TBN awal pelumas hampir sama dengan kondisi aktual dijalanan pada saat uji coba juga sama sehingga kedua pelumas dapat bekerja maksimal dengan dukungan additive yang ditambahkan adalah merupakan additive yang berkualitas. Gambar 2. Pengaruh Jarak terhadap Hasil Pengujian Fisik Viskositas merupakan ukuran seberapa besar hambatan suatu pelumas untuk dapat mengalir. Viskositas pelumas yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh pembuat mesin. Dari hasil road test yang dilakukan, pada pengukuran viskositas 40 ºC dan 100 ºC terjadi penurunan yang cukup stabil baik pada pelumas mineral maupun pelumas sintetik. Dari Gambar 2 menunjukkan persentase penurunan viskositas pada pelumas mineral (33%) tidak terlalu jauh berbeda jika dibandingkan dengan pelumas sintetik (30%). Total Base Number (TBN) TBN cukup stabil dan tidak mengalami penurunan yang signifikan. Nilai TBN pada pelumas baru mineral dan sintetik mendekati sama. Bahan bakar yang digunakan juga sama sehingga beban kerja TBN untuk menetralisir asam dalam jangka waktu 6000 KM adalah sama. Gambar 3. Grafik Contaminant Silica Kontaminasi Silika bisa berasal dari kotoran (debu) selama uji coba dilakukan. Grafik 3 menunjukkan kandungan Si pada sampel pelumas mineral mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan pada sampel pelumas sintetik. Tetapi perbedaannya tidak terlalu jauh. Batas maksimal Silika pada oli pakai adalah 15 ppm. Karena pemakaian pelumas pada uji coba ini dilakukan sampai 6000 km tanpa penggantian filter oli, maka hal ini masih dianggap dalam batas normal. Hal ini berarti bahwa kinerja additive detergen dan dispersan berjalan optimal. 6

Nilai Uji Gambar 4. Grafik Wear Metal Analisa Wear metal pada kedua sampel pelumas ditunjukkan pada gambar 4. Pengujian wear metal ini menggunakan alat FTIR. Dari hasil pengujian sampai 6000 km tidak ditemukan terjadinya kerusakan komponen. Semua komponen motor dalam kondisi normal dan tidak ada penggatian sparepart selama uji coba dilakukan. Keausan dan Deposit yang terjadi di dalam mesin masih normal, meski pelumas dipergunakan hingga 6000 km. Dan tidak ditemukan pembentukan sludge dan varnish. Hal ini menunjukkan ketahanan oksidasi pada kedua sampel pelumas baik meski dioperasikan sampai dengan 6000 km. 900 800 700 600 500 400 300 200 100 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0-2 0 23.0 8.00 Wear Metal 5.00 1.00 4.00 3.00 0.00 3.00 2.00 2.00 2.00 0.00 0 2000 4000 6000 Km Pakai Konsumsi Pelumas Vol Awal (cc) Vol Akhir (cc) Konsumsi (cc) Kons (%) Gambar 5. Konsumsi Pelumas Mineral Sintetik Pengukuran konsumsi pelumas dilakukan dengan cara mengukur volume awal pelumas dibandingkan dengan volume akhir saat uji coba selesai. Dari grafik 5 menunjukkan bahwa konsumsi pelumas dari kedua sampel menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu pelumas mineral 10% sedangkan pelumas sintetik 11%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi panas yang berlebihan (viskositas pelumas 11.0 23.0 28.0 16.0 Fe Mineral Fe sintetik Al Mineral Al Sintetik Cr Mineral Cr Sintetik Ni Mineral Ni Sintetik Sn Mineral Sn Sintetik Pb Mineral Pb Sintetik stabil) dan pelumas tidak teroksidasi. Kinerja additive sangat berpengaruh terhadap kualitas pelumas dan konsumsi pelumas. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji coba (road test) pada dua motor skutik yang menggunakan pelumas SAE 10W-30, API SL JASO MB dengan perbedaaan bahan dasar mineral dan sintetik adalah sebagai berikut : 1. Secara umum Pelumas mineral dan sintetik yang di uji coba pada road test bisa digunakan sampai dengan pemakaian 6000 km. 2. Dari hasil analisa Viscositas pelumas 100 diperoleh persentase penurunan yang cukup stabil sebesar 33% pada pelumas mineral dan 30% pada pelumas sintetik masih dalam batas toleransi pada pemakaian sampai 6000 km 3. Nilai TBN pada kedua pelumas sangat stabil dengan penurunan yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pelumas dapat menetralisir asam dengan baik. 4. Kandungan Silika dalam batas normal pada kedua sampel pelumas. 5. Hasil analisa pengujian wear metal semua dalam batas normal dan tidak ditemukan kerusakan komponen serta tidak ada penggantian sparepart selama uji coba dilakukan. 6. Selama pemakaian 6000 km, pelumas tidak berkurang banyak. Hal ini menunjukkan tidak terjadi panas berlebihan saat motor dioperasikan yang berarti bahwa additive pelumas dapat bekerja dengan maksimal. 7. Kinerja Pelumas motor mineral sebanding dengan kinerja motor sintetik apabila didukung oleh penambahan additive yang berkualitas tinggi dan pemakaian oli sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat motor. SARAN Dikarenakan keterbatasan pengambilan sampel yang hanya @75 ml sehingga semua parameter uji pelumas yang lain seperti Flash point, fire point, Viscositas Index tidak dapat dilakukan, maka Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan merubah variabel formula yaitu dengan menambahkan 7

additive yang berbeda pada sampel pelumas agar didapatkan pembanding kinerja pelumas ini. UCAPAN TERIMAKASIH Dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Arisandi., Darmanto & Priangkoso, T. 2012. Analisa Pengaruh Bahan Dasar Pelumas Terhadap Viskositas Pelumas dan Konsumsi Bahan Bakar, Jurnal Momentum, vol.8 No.1, hal 56-61. Semarang : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim,. Arismunandar, Wiranto. 2005. Penggerak Mula : Motor Bakar Torak. Bandung : Penerbit ITB Fitch, J., Troyer, Drew 2010. Oil Analysis Basics, second edition, Noria Corporation, Oklahoma : USA Maimuzar, Oong. 2010. Pengaruh pencampuran Oil Treatment dengan Minyak Pelumas terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin. Padang : Jurusan Teknik Mesin Unand Ojinnaka, 2008. High Temperature Oxidation Stability of automotive Crancase Oils and Their Base Oils, Jurnal Tribology International, Vol 23 Supraptono. 2004. Bahan Bakar dan Pelumas. Semarang : Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Yubaidah. 2008. Moitoring Kualitas Mesin Otomotif. Jakarta : Jurnal Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Petra. 8