BAB IV GAMBARAN UMUM INSPEKTORAT JENDERAL DEPDIKNAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. inspeksi-inspeksi di pusat yang tugasnya melakukan pembinaan dan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG

KATA PENGANTAR. Inspektorat Kabupaten Berau Inspektur, Drs. H. Suriansyah, MM Pembina Utama Muda NIP

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS INSPEKTORAT KABUPATEN WONOSOBO

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPMEN NO. 23 TH 2002

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tugas Pokok dan Fungsi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 916 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN BULANAN PERIODE JANUARI 2016 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

BAB I P E N D A H U L U A N

RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP BIRO KESRA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 79 TAHUN 2009 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 78,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

ABSTRAK PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS FUNGSI PERSONALIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 34/Menhut-II/2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA INSPEKTORAT KOTA SALATIGA TAHUN 2017

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 1999 TENTANG BADAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

KATA PENGANTAR. Pasuruan, Januari 2015 INSPEKTUR KABUPATEN PASURUAN. Ir. DWITONO MINAHANTO Pembina Utama Muda NIP

Gubernur Jawa Barat. Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) , , Fax BANDUNG

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA SURABAYA,

LAPORAN BULANAN PERIODE MEI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

Transkripsi:

48 BAB IV GAMBARAN UMUM INSPEKTORAT JENDERAL DEPDIKNAS IV.1. Struktur Organisasi Pengawasan pendidikan mulai dirintis sejak tahun 1948 dalam bentuk inspeksi-inspeksi di pusat yang tugasnya melakukan pembinaan dan pengawasan teknis pendidikan dan kebudayaan, selanjutnya pada tahun 1949 mulai dibentuk inspeksi daerah. Tahun 1957 dibentuk inspeksi Taman Kanak-Kanak (TK), dan Sekolah Rakyat (SR) di kabupaten, Inspeksi Wilayah TK/SD di Kecamatan, sementara di tingkat pusat dan propinsi dibentuk inspeksi SMP, SMA, pendidikan kejuruan, pendidikan jasmani dan inspeksi kebudayaan. Kemudian tahun 1966 Inspeksi Pusat Berubah Menjadi Direktorat dan di Propinsi dibentuk Kantor Daerah. Memasuki tahun 1968 perintisan menggunakan nama pengawasan dan pemeriksaan mulai dilakukan, pada saat itu bernama Bagian Pengawasan dan Pemeriksaan yang kemudian ditingkatkan menjadi Biro Pengawasan dan Pemeriksaan Administrasi (BPPA), yang berada di bawah Sekretariat Jenderal. Akhirnya nama Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) dikukuhkan berdasarkan keputusan Mendikbud Nomor 037/1969

49 tanggal 27 Mei 1969 yang terdiri dari 4, yaitu: (1) Organisasi dan Metode (2) Personalia (3) Material dan Keuangan (4) Proyek Pembangunan Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan dinamika pembangunan nasional, struktur organisasi Itjen mengalami beberapa kali perubahan. Jenderal mengalami pengembangan organisasi hingga memiliki 12 Inspektur (eselon II). Perubahan-perubahan tersebut tertuang dalam Keppres Nomor 44 dan 45 Tahun 1974, Keppres Nomor 27 Tahun 1978, dan Keppres Nomor 15 Tahun 1984. Seiring bergulirnya era reformasi dan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, paradigma pengelolaan pendidikan berubah dari semula cenderung sentralistik menjadi desentralistis. Konsekwensinya, kewenangan Itjen Depdiknas mengalami perubahan. Berdasarkan Kepmendiknas Nomor 030/0/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Itjen Depdiknas jumlah Inspektur dirampingkan dari 12 menjadi 10, kemudian 8, dan selanjutnya menjadi 6 Inspektur. Selanjutnya, berdasarkan surat Menteri Pendidikan Nasional Nomor 61/MPN/OT/2004 tentang Penataan Organisasi Itjen serta penataan tugas dalam rangka efisiensi dan efektivitas serta mempersempit rentang kendali pelaksanaan tugas pengawasan fungsional organisasi Itjen Depdiknas mengalami perubahan. I s.d. VI yang semula pola bidang beralih menjadi pola wilayah.

50 Perampingan berikutnya berdasarkan Permendiknas Nomor 12 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Itjen Depdiknas hanya mempunyai 4 Inspektur (eselon II). Diberlakukannya Permendiknas Nomor 5 Tahun 2009 Jenderal Depdiknas akhirnya menambah satu lagi yakni Investigasi. Gambar IV.1 Struktur Organisasi Itjen Depdiknas Inspektur Jenderal Sekretaris Itjen Bagian Perencanaan Bagian Talak & Kepegawaian Bagian PLP Bagian Umum I II III IV Investigasi Sub.Bag Jabatan Fungsional Auditor

51 IV.2. Visi dan Misi Organisasi Jenderal Depdiknas mempunyai visi mewujudkan sistem pengawasan pendidikan yang efektif, efisien, dan berkualitas serta pelaksana pendidikan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk mewujudkan visi pengawasan tersebut, Jenderal Depdiknas mempunyai tujuh misi di bidang pengawasan pendidikan, yaitu : 1. Meningkatkan efektivitas pengawasan yang berorientasi akuntabilitas 2. Mencegah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme 3. Mendorong terwujudnya akuntabilitas unit kerja 4. Meningkatkan profesionalisme aparat pengawasan 5. Mengembangkan sistem pengawasan yang lebih mandiri dan obyekrif 6. Melakukan pelembagaan koordinasi fungsi pengawasan yang dilakukan lintas dan multi instansi 7. Menegakkan etika dan moral penyelenggara, pengelola, dan pelaksana pendidikan. IV.3. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, Jenderal Depdiknas mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Depdiknas. Dalam operasionalisasi tugas tersebut Jenderal Depdiknas melaksanakan

52 pemeriksaan, pengujian, penilaian, pengusutan terhadap kinerja, keuangan, dan pengawasan lainnya. Jumlah unit kerja atau sasaran pemeriksaan Itjen Depdiknas cukup besar meliputi Unit Utama, Unit Pelaksana Teknis di daerah, Perguruan Tinggi Negeri, dan Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Jumlah sasaran obyek pemeriksaan Itjen Depdiknas dapat dilihat pada tabel IV.3.1. Tabel IV.1 Jumlah sasaran pemeriksaan Itjen Depdiknas No Sasaran Pemeriksaan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Unit Utama Pusat-Pusat Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Balai Penyiaran Media Radio Balai Penyiaran Media TV Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru Balai/Kantor Bahasa Perguruan Tinggi Negeri Kopertis Pusat Pendidikan Non Formal dan Informal BPT Grafika Sumber Data Laporan Kegiatan Tahun 2008 Itjen Depdiknas 7 7 30 2 1 12 17 82 12 5 2 177 IV.4. Jenis Audit di Itjen Depdiknas Terdapat empat jenis audit yang dilakukan oleh Itjen Depdiknas, yaitu; Audit Kinerja Perguruan Tinggi, Audit Komprehensif, Audit Khusus, dan Audit Operasional Dana Dekonsentrasi. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas audit tersebut, telah dikeluarkan Putusan Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Nomor : Kep.315/B/U.KP.2007 tanggal 5 Nopember 2007 tentang Petunjuk Teknis Audit Kinerja Perguruan Tinggi, Audit Komprehensif, Audit Khusus, Audit Operasional Dana Dekonsentrasi dan Petunjuk Teknis Pelayanan

53 Pengaduan Masyarakat. Dalam petunjuk teknis tersebut disebutkan definisi dan pengertian masing-masing audit, yaitu : 1. Audit Kinerja Audit kinerja merupakan kegiatan evaluasi atau kegiatan mengukur dan menilai tingkat efisiensi serta efektivitas suatu organisasi. Istilah kinerja dipadankan dengan unjuk kerja atau prestasi kerja yang sepadan dengan performance yang bermakna prestasi, pertunjukan, dan pelaksanaan tugas. Sementara penilaian kinerja diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan personelnya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, atau hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan standar, target/sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. 2. Audit Komprehensif Audit komprehensif merupakan audit untuk menilai keterlaksanaan program/kegiatan dan sumberdaya yang digunakan secara komprehensif yang meliputi, Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan, sarana prasarana dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya (substansi) 3. Audit Khusus Audit khusus merupakan kegiatan pemeriksaan/audit sebagai tindak lanjut dari laporan pemeriksaan komprehensif, kinerja, laporan masyarakat, inspeksi mendadak, pengawasan tematik, dan hasil desk audit, dengan maksud untuk membuktikan apakah masalah yang ditemukan atau dilaporkan terbukti melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada aspek keuangan audit

54 khusus ditujukan untuk membuktikan masalah yang diadukan atau ditemukan mengandung unsur tindak pidana umum atau tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara. 4. Audit Operasional Dana Dekonsentrasi Audit operasional dana dekonsentrasi merupakan kegiatan menguji dan menilai pertanggungjawaban penyelenggaraan dana dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. IV.5. Sumber Daya Manusia Untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Jenderal Depdiknas didukung dengan sumberdaya manusia sebanyak 454 orang. Dengan rincian sebagai tenaga fungsional (auditor) sebanyak 320 orang dan struktural (sekretariat) sebanyak 134 orang IV.6. Sumber Daya Keuangan Untuk mendukung pencapaian sasaran program tahun anggaran 2008 Jenderal Depdiknas memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp.122.400.601.000,00 (Seratus dua puluh dua milyar empat ratus juta enam ratus satu ribu rupiah) yang terdiri dari rupiah murni sebesar Rp109.659.601.000,00 dan pinjaman luar negeri (PLN) sebesar Rp12.741.000.000,00.

55 Sampai dengan 31 Desember 2008 secara kumulatif telah terserap sebesar Rp.115.817.439.000,-(94,62%), sehingga terjadi sisa anggaran sebesar Rp6.583.162(5,38%). Daya serap anggaran dalam tahun 2008 tertera pada tabel IV.2 berikut : SUMBER DANA Tabel IV.2 Daya serap anggaran Itjen Depdiknas Tahun 2008 ALOKASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN (Dalam ribuan rupiah) SISA ANGGARAN (%) ( 3-4 ) (%) 2 3 4 8 7 8 1 Belanja Pegawai 19,561,453 18,275,179 93.42% 1,286,274 6.58% 2 Belanja Barang 84,885,836 80,921,935 95.33% 3,963,901 4.67% 3 Belanja Modal 5,594,799 4,878,040 87.19% 716,759 12.81% 4 Belanja Bantuan Sosial 12,358,513 11,742,285 95.01% 616,228 4.99% TOTAL BELANJA 122,400,601 115,817,439 94.62% 6,583,162 5.38% Sumber Data Laporan Kegiatan Tahun 2008 Itjen Depdiknas