SUMBERDAYA ALAM, LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR. Sukaji Sarbi *) ABSTRACT. Kata Kunci: Sumberdata Alam, Lingkungan, Pembangunan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Luas wilayah Provinsi Banten adalah 9.662,92 Km2, dengan pertumbuhan

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB. IV VISI DAN MISI. pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapainya. langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Kehidupan organisasi

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

UPAYA MEMBERI PAYUNG HUKUM YANG KOMPREHENSIF DI BIDANG KONSERVASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 29 April 2016; disetujui: 10 Mei 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 11 TAHUN 2009 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

KESIMPULAN DAN SARAN

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

RANGKUMAN HASIL KONFERENSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bab II Perencanaan Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB III Visi dan Misi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.38/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 21 SUMBERDAYA ALAM, LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR Sukaji Sarbi *) ABSTRACT While is now various party progressively realise that sumberdaya's management nature and environmentally needs to mark sense a prevention of damage and sacrilege sort, to performed development on an ongoing basis. In this implementation effort a lot of experiences interference. One of amongst those to the fore has to be gotten things square an investment climate precisely, not only aims for economy behalf in common, but most importantly is how economic growth and social, society, and protection to natural resources damage nature and to prevent environment sacrilege Kata Kunci: Sumberdata Alam, Lingkungan, Pembangunan. PENDAHULUAN Sesuai dengan posisi geografisnya Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2013 terletak antara 2 0. 40. 3 0 32 LS dan 118 0. 40-119 0. 32 BT mempunyai luas wilayah 202.230 km 2 terdiri atas 16 Kecamatan, terdiri 132Desa serta 26 Kelurahan serta batas-batas wilayah sebagai berikut:(a). Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar, (b). Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa, (c). Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang dan, (d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene. Daerah ini memiliki potensi sumberdaya alam yang beranekaragam baik sumberdaya alam dari kelompok renewable, non-renewable, dan sumberdaya golongan continuous flow. Pengetahuan kita terhadap seluruh sumberdaya alam yang kita miliki ini sangat terbatas, namun dilain pihak pemanfaatannya sudah sangat intensif. Sumberdaya alam yang ada di daerah ini saat ini belum terinventarisir secara keseluruhan dan juga kegiatan penelitian yang dilakukan di daerah ini untuk mengungkapkan manfaatnya juga sangat terbatas, termasuk teknologi yang dimiliki. Dalam upaya pemanfaatannya banyak menghadapi kendala, karena keterbatasan data yang akurat baik tentang potensi, sifat-sifat dan kegunaan, maupun teknologinya. Sumberdaya alam memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber sumber pendapatan asli daerah atau sumbersumber keuangan daerah. Sumber-sumber keuangan daerah ini yang berasal dari sumberdaya alam wajib diamankan dari berbagai kerusakan maupun pencemaran, *) Staf Pengajar FKIP Universitas Al Asyariah Mandar.

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 22 agar pembangunan didaerah ini dapat terus berlangsung. Praktek pengelolaan sumberdaya alam pada masa lampau yang berakibat rusaknya sumberdaya alam dan lingkungan harus segera ditinggalkan dan diganti dengan pola-pola pengelolaan yang arif dan bijaksana yaitu khususnya bagi sumberdaya kelompok renewable. Sedangkan untuk pemanfaatannya didasarkan pada kemampuan pulih ataupun daya dukung lingkungannya. Akibat pemanfaatannya yang kurang bijaksana, maka akibatnya sangat dirasakan dampak negatifnya yakni pencemaran air dan udara serta menurunya hasil tangkapan ikan baik disungai, danau, maupun laut dan hilangnya ekosistem khas seperti hutan mangrove, terumbu karang dan lain-lain. Selain hal tersebut juga menurunnya populasi berbagai spesies flora dan fauna khas atau langka, munculnya lahan-lahan rusak seperti padang alang-alang, padang pasir termasuk deforestasi, terjadinya banjir dan tanah longsor pada musim penghujan, sulit mendapatkan air bersih pada saat musim kemarau, dan mendangkalnya sungai, danau, maupun lainnya. Kerusakan-kerusakan tersebut akan berakibat fatal khususnya terhadap pendapatan asli di daerah ini dan secara keseluruhan akan mengganggu pembangunan yang ada di daerah ini secara berkesinambungan. Untuk itu dalam konteks pemanfaatannya adalah perlu dilakukan secara bijaksana atas dasar prinsip-prinsip kelestarian, terutama bertujuan agar seluruh sumberdaya alam yang dimiliki di daerah ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan baik untuk generasi saat kini maupun generasi yang akan datang. Dalam rangka mengembangkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara benar sangat terkait dengan berbagai institusi yang ada di daerah ini, seperti kebijakan tentang aturan, termasuk norma dan etika, institusi, dan tentunya sebagai inti pokoknya adalah sumberdaya manusia yang mampu menjalankan semua institusi, aturan, norma, ataupun penegakan hukum yang berlaku dalam konteks pembangunan di daerah ini yang berkelanjutan. Komponen-komponen institusi yang ada di daerah ini secara komprehensip sangat perlu untuk terus ditingkatkan kemampuannya. Semua ini diperlukan untuk mengejar berbagai ketinggalan ataupun kegagalan dan untuk mewujudkan visi pembangunan daerah ini yang Sustainable Deverlopment. PEMBAHASAN PAD dan pembangunan berwawasan lingkungan.sekitar tahun 2001 daerah ini menjalankan otonomi daerah, maka sangatlah wajar jika yang terpikirkan adalah seberapakah kemampuan dari segi finansial untuk mengurus daerah ini, sehingga persoalannya tertuju pada perolehan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara maksimal. Oleh karena itu, yang menjadi tumpuan utama untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah apa yang dimiliki daerah ini agar bisa menghasilkan uang untuk memenuhi

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 23 kebutuhan pembangunan daerah ini, sehingga melakukan berbagai persiapan, tentunya yang diperlukan adalah persiapan yang secara komprehensip untuk mampu menjawab berbagai tantangan, dengan cara meninggalkan pola-pola lama ataupun pengalaman masa lampau yang kurang terpuji dan terbukti menimbulkan berbagai kerusakan, pencemaran terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. Pada saat ini telah berkembang di daerah ini yakni prisip-prinsip lama tentang sistem pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang harus segera ditinggalkan, karena sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan pembangunan yang menghendaki perubahan-perubahan kearah perbaikan untuk menjamin tercapainya pembangunan daerah yang berkelanjutkan. Prinsipprinsip yang dimaksud harus segera dirombak yakni : (1) Bekerja pada kondisi dengan keterbatasan data dan informasi sumberdaya alam dan lingkungan (2) Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang dicirikan dengan praktek-praktek kurang terpuji, (3) Mengutamakan kepentingan ekonomi ketimbang kepentingan ekologi. Misalnya menarik investor dengan mengabaikan kendala-kendala ataupun aturan yang telah ada dibidang lingkungan hidup, termasuk tidak profesionalnya dalam penanganan lingkungan, (4) Pendekatan pembangunan yang bertumpu pada batas-batas administratif, dengan mengabaikan batasan/unit ekologi yang sangat penting artinya bagi perencanaan dan implementasi pembangunan, (5) Pembangunan yang kurang terkoordinasi dan tidak terintegrasi dengan tujuan pengelolaan SDA dan lingkungan (6) Kurang diperhatikannya fungsi-fungsi ekologi yang mendukung pembangunan, misalnya fungsi hutan mangrove yang ada di daerah ini, fungsi area resapan, fungsi terumbu karang, dan sebagainya. Pola-pola pembangunan yang dilaksanakan di daerah ini seperti yang telah di uraikan tersebut secara total sangat mempengaruhi terhadap keberlanjutan pembangunan di daerah ini, karena banyak terjadi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang jika dihitung secara ekonomi adalah sangat mahal, dan ujung-unjungnya adalah akan menurunkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, integrasi lingkungan dalam pengembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi mutlak dan sangat strategis untuk menjamin keberlangsungan ekonomi dan pembangunan daerah. Dalam rangka mewujudkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berkelanjutkan, maka perlu dilakukan perubahan-perubahan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Perubahan-perubahan yang dimaksud untuk mewujudkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berkelanjutkan adalah : (1) Bekerja dengan data dan informasi yang cukup dan akurat, (2) Tidak melakukan kebijakan kurang terpuji, (3) Melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan ekologi yang berimbang, (4) Melakukan koordiniasi yang efektif dan tidak ada lagi egosektor atau egoinstitusi, ataupun egodaerah, (5) Secara efektif mengintegrasikan

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 24 kepentingan lingkungan dalam pembangunan dan (6) Pembangunan ditujukan untuk perbaikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, dan melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan. Dalam rangka implementasikan kebijakan tersebut ada berbagai faktor penentu yang berperang, yaitu : kemampuan sumberdaya manusia dan organisasi, perangkat aturan pelaksanaan termasuk norma dan batasanbatasannya, serta kemampuannya untuk melaksanakan segala peraturan. Faktor-faktor penentu ini yang seharusnya segera diperbaiki untuk dapat menjalankan mandat otonomi yang saat ini sedang berjalan sehingga menjadi profesional. Terkadang faktor-faktor penentu ini terabaikan karena memang membutuhkan konsentrasi dan biaya yang cukup mahal. Jika hal ini terjadi, maka sangat sulit bagi daerah ini dimasa yang datang keluar dari akar permasalahan untuk membangun daerah ini. Atas dasar berbagai alasan seperti telah diuraikan tersebut dan dalam rangka mempersiapkan faktor-faktor penentu bagi terlaksananya pembangunan didaerah ini yang berkelanjutkan, maka diperlukan program-program prioritas yang secara nyata dapat melakukan perubahan seperti : (1) Inventarisasi sumberdaya alam dan melakukan penelitian terhadap potensi serta manfaat sumberdaya alam yang ada, (2) Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, (3) Penyiapan dan pengembangan sumberdaya manusia dan organisasi yang profesional melalui berbagai training yang terencana dan (4) Menyusun berbagai aturan atau petunjuk sesuai dengan kondisi dan permalasahan daerah ini seperti : tata ruang, konservasi hutan, tanah dan air, pengelolaan kawasan konservasi alam, pengelolaan kawasan lindung seperti hutan mangrove, hutan lindung, pengelolaan daerah resapan air, pengelolaan Daerah Aliran Sungai terpadu, pengelolaan terumbu karang, pengelolaan padang alang-alang, konservasi sumberdaya alam, non renewable, termasuk perlindungan atmosfer melalui, program langit biru dalam kaitannya dengan pencermaran udara, kebakaran hutan, dan efek rumah kaca dan lain sebagainya. Dalam tahap pertama, diperlukan kebulatan tekad daerah ini bersama berbagai stakeholders termasuk para investor untuk memobilisir seluruh kemampuan yang dimiliki dan menetapkan visi dan misi pembangunan daerah ini. Selanjutnya menjadi kewajiban Bupati untuk menggerakkan seluruh stakeholder untuk mewujudkan visi dan misi daerah ini melalui kebijakan, strategi dan program-programnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peran DPRD di daerah ini sebagai wakil rakyat, menjadi sangat penting dalam mencapai target pembangunan yang berkelanjutan. Koordinasi dengan Provinsi dan Pemerintah Pusat akan tetap diperlukan, disamping untuk meningkatkan kemampuan institusi daerah ini dalam mengatasi masalah yang sifatnya lintas batas antar kabupaten, juga meningkatkan kemungkinan kerjasama dengan berbagai negara ataupun berbagai Lembagai Internasional.

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 25 Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang benar sangat tergantung dengan kapasitas pengelolaan baik kemampuan sumberdaya manusia, organisasi, institusi, maupun aturannya. Praktek-praktek pengelolaan yang mengakibatkan rusaknya sumberdaya alam dan tercemarnya lingkungan harus segera dihentikan diganti dengan cara-cara pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang arif dan bijaksana dari sudut pandang lingkungan. Semua ini diperlukan untuk mengejar berbagai ketinggalan ataupun kegagalan karena yang selama ini telah dilaksanakannya praktek-praktek pengelolaan yang tidak sesuai dengan norma-norma atau etika lingkungan. Kondisi transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektivitas, efisiensi, dan keadilan merupakan faktor kelemahan. Oleh karena itu, maka konsep good govermance harus menjadi dasar dalam implementasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Govermance berada dalam keadaan yang baik apabila terdapat sinergi diantara pemerintah dan sektor swasta serta masyarakat sipil dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sosial, serta ekonomi. Harapannya adalah berkembangnya persepsi dan pola berpikir serta moral untuk membangun daerah ini tanpa merusak. Berarti pilar-pilar pembangunan daerah ini harus disesuaikan atas dasar keterpaduan kepentingan sosial-ekonomi dengan kepentingan mengedepankan batas-batas administrasi seharusnya disempurnakan serta memperhatikan batas-batas ekosistem. Untuk kedepan, kemampuan pembangunan di daerah ini secara bertahap supaya mulai diarahkan kepada kegiatan yang dapat membatasi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya, bahkan sebaliknya dapat diarahkan bagi kegiatan-kegiatan yang dapat memperkecil bahkan dapat menghilangkan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat di daerah ini. Sesuai dengan potensi yang ada di daerah ini, maka diharapkan segera mempersiapkan pengembangan ekoturisme secara tepat. Sejalan dengan itu diperlukan kebijakan daerah yang mendukung dan mengembangkan kemampuan masyarakat sebagai kekuatan sipil yang aktif dan sekaligus mengawasi terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan. Peran pemerintah daerah sebagai pengayom masyarakat terus ditingkatkan disamping fungsinya dalam mengarahkan terselenggaranya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pada umumnya setiap daerah tidak menghendaki sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang dimilikinya mengalami kerusakan. Untuk itu, harus bekerja keras dalam membangunan moral lingkungan yang menjadi ciri pembangunan daerah ini. Mudah-mudahan semua stakeholders terpanggil untuk secara bersama-sama dengan pemerintah daerah dalam memperkuat kemampuan untuk mengelola sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara arif

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 26 dan bijaksana. Kesemuanya ini demi tercapainya keberhasilan daerah ini dalam melaksanakan otonomi dalam membangun daerah ini secara berkelanjutan. Peran Investor Peran investor sangat besar dalam mengembangkan usaha pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah ini. Oleh karena itu, dalam rangka untuk implementasi pembangunan yang berkelanjutan, maka daerah ini harus dapat dan mampu untuk menyeleksi investor yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab dalam melaksanakan pembangunan di daerah ini yang berkelanjutan. Investor yang betul-betul dipilih atas pertimbangan terhadap rasa tanggung jawabnya untuk tidak menimbulkan kerusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungann hidup serta mampu meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata. Setidak-tidaknya ada 5 (lima) insitusi yang sangat terkait dalam menciptakan iklim investasi yang sehat yaitu ; (1) Pemerintah, (2) Investor, (3) Perbankan, (4) Para penegak hukum dan (5) Lembaga Swadaya Masyarakat. Kelima institusi ini harus memiliki persepsi yang sama dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Kelimanya harus pula secara profesional menjalankan tugasnya sesuai dengan wewenang dan fungsinya. Kita dapat memahami bahwa kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah ini adalah akibat adanya keputusan yang tidak tepat dari para pemegang kebijakan, berkuasanya investor yang tidak bertanggung jawab, dan lemahnya penegakan hukum, serta lemahnya kontrol masyarakat. Disamping itu pihak perbankanpun kurang mampu untuk memperhatikan investor yang bermental merusak sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Pada era otonomi saat ini diharapkan agar kepemimpinan aparatur daerah dan seluruh pimpinan masyarakat dan dunia sekalipun harus siap dan mampu mengelola sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara arif dan bijaksana. Pada posisi Competitive advantage para pelaku pembangunan di daerah ini perlu mempunyai wawasan yang antisipatif terhadap gejolak perekonomian dunia yang tidak menentu. Mampu mengoperasionalkan tugastugas perekonomian yang tidak menentu tersebut ke dalam fungsi-fungsi yang melekat pada dirinya terutama dalam menumbuh kembangkan kinerja manajemennya yang berwawasan lingkungan. Selanjutnya bagaimana pemimpin daerah ini dapat mewujudkan suatu penyelenggaraan kegiatan pencapaian sasaran secara efektif dan efisien, sehingga mendorong tumbuhnya kemandirian dan sisi lain yang perlu secara simultan dipikirkan dan dilaksanakan. Satu hal yang penting untuk mendukung perlunya suatu implementasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah ini seperti yang diuraikan tersebut adalah dengan menerapkan good govermance, dengan menuntut pemerintah daerah ini untuk melakukan reformasi yang memberikan upaya

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 27 perlindungan lingkungan hidup, sementara dengan tetap berupaya memberikan bantuan kepada masyararakat. Reformasi harus diarahkan pada pemberdayaan chek and balance diantara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, dengan menyusun rencana kerja dengan pendekatan lingkungan, ekonomi dan sosial secara adil. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memainkan peran dalam pengambilan keputusan bagi masalah yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan melalui partisipasi, transparansi dan proses penyusunan hukum dan perundangan. Oleh karena itu, maka good governance menuntut adanya; (1) Lembaga perwakilan seperti legislatif yang berfungsi secara efektif, independent dan adil, (2) Lembaga administrasi yang profesional, memiliki integrasi teknis dan moral, dan bertanggung jawab kepada rakyat, (3) Lembaga peradilan yang mengkaji keputusan-keputusan secara independent dan menjunjung tinggi ketentuan hukum, (4) Masyarakat serta partisipasinya dalam proses pengambilan keputusan. SIMPULAN a. Untuk memenuhi keperluan anggaran pembangunan daerah ini, maka diperlukan adanya usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah satu upaya yang perlu dihindari melakukan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan, sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan. b. Kemampuan investor dalam melindungi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup harus diciptakan dengan mengembangkan kemampuan aparat pemerintah daerah ini dan seluruh stakholder terutama dibidang pengawasan dan penegakan hukum. c. Kemampuan sumberdaya manusia dan organisasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah ini merupakan faktor kunci bagi keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga perlu mendapatkan prioritas untuk dipersiapkan kemampuannya termasuk rekruitmennya secara tepat. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Tentang Perlingdungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar. 2013. Polewali Mandar Dalam Angka.

Jurnal Pepatuzdu, Vol. 6, No. 1 November 2013 28 Bappenas dan UNDP. 2000. Pengaturan Masalah Lingkungan Secara Bijaksana Menuju Terwujudnya Konsep Keberlanjutan Bangsa Indonesia. Studi Enviromental Govermance, Bappenas UNDP. Jakarta. Hariadi Setiawan. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Ditjen Dikti. Jakarta. Herman Haeruman. 1979. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. IPB Bogor. Jackson D. 1997. Dynamic Organization Mac Millan Press LTS, London. Meganck.R.A.and R.E. Saunei 1995, Conservation of Biodiversity and the New Regional Planning,IUNCN Organization Of America State-The Word Conservation Union. Otto Soemarwoto. 1991. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.