BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mahasiswa termasuk dalam golongan remaja akhir yaitu berusia tahun

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SHALAT TAHAJUD TERHADAP KECEMASAN PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pribadi yang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi. Dengan percaya diri

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali macam-macam shalat yang diperintakan oleh Allah SWT melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

Ditulis oleh Administrator Selasa, 10 September :56 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 10 September :15

SHALAT SUNAT RAWATIB. Standar Kompetensi : 5. Mengenal tata cara shalat sunat A. MATERI POKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan keragu-raguan, ataupun kecemasan. Misalnya ketika seseorang diminta

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

صلاةالرجلفىبیتھتطوعانورافمنشاءنوربیتھ

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. individu tentunya akan mengalami tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan baik

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti mengalami fase fase perkembangan sejak. menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur angsur tapi

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran siswa, sebab tanpa ada pemahaman materi shalat fardhu

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diperintahkan dalam kitab-nya yang agung : Dan dirikanlah shalat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengetahuan atau bertambah tinggi kedudukan

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh: ANIK ENIKMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semakin pesat. Hal ini membuat setiap individu dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan seorang wanita yang bukan mahramnya. Berawal dari pernikahan itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

KESTABILAN EMOSI PADA PELAKU HIFZHUL QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

Salat Sunah Berjamaah Dan Munfarid

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sepanjang hayat, berlangsung di rumah, di sekolah, di unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB IV ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN MAHASISWA DAN SOLUSINYA PERSPEKTIF FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

JADWAL WAKTU SHOLAT BANDUNG, CIMAHI DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. aspek ibu menjadi terlupakan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menandakan bahwa derajat kesehatan ibu masih belum seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki fakultas kedokteran adalah suatu keputusan yang besar. Hal ini

NURDIYANTO F

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Sejarah berdirinya SD Muhammadiyah Karangtengah dan perkembangannya

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. membantu mereka melewati fase-fase perkembangan. Dukungan sosial akan

BAB I PENDAHULUAN. respon fisik, psikologi dan sosial. Stres fisik atau sistemik terjadi ketika

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap masalah kesehatan mental. Berdasarkan usia perkembangannya, mahasiswa termasuk dalam golongan remaja akhir yaitu berusia 17 21 tahun (Hurlock, 2003). Usia remaja adalah usia yang memiliki karakteristik khas perkembangan yaitu emosi labil, sehingga rentan mengalami kecemasan (Santrock, 2004). Tekanan akademik merupakan prediktor terkuat timbulnya kecemasan di kalangan remaja (Zheng, dkk, 2012). Pada mahasiswa tingkat akhir, mereka diharuskan untuk membuat tugas akhir dalam wujud skripsi. Skripsi merupakan perwujudan dari kemampuan meneliti calon ilmuwan pada jenjang program sarjana strata-1 (S1). Pada saat mengerjakan skripsi, mahasiswa harus dapat mengendalikan perasaan cemas dan tetap tenang untuk menjaga semangat dalam pengerjaan skripsi. Kemampuan mengatasi kecemasan merupakan faktor penting dalam pengerjaan tugas akhir tersebut(puspitasari, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2013)terhadap 5 mahasiswa program studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang mengerjakan skripsi, ditemukan masalah yang sama yaitu skripsi merupakan tugas akhir yang dianggap paling berat. Menurut mereka skripsi sangat berbeda dengan 1

2 proses penyelesaian matakuliah dikelas. Mereka mengalami kesulitan dalam pengerjaan skripsi seperti kesulitan menentukan latar belakang masalah, teori dan metodologi, ketakutan menghadapi dosen pembimbing, jenuh, dan lain sebagainya. Dalam situasi yang demikian, mereka dapat dikatakan mengalami kecemasan. Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti pada tanggal 19 Februari 2016 terhadap tiga mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang sedang mengerjakan skripsi, ditemukan bahwa ketiga mahasiswa mengalami perasaan yang sama dalam mengerjakan skripsi yaitu kekhawatiran tidak dapat selesai sesuai dengan target yang telah ditentukan. Salah satu mahasiswa tersebut menjelaskan bahwa kekhawatiran tersebut muncul karena ia beserta teman-temannya yang lain merasa tidak ada kepastian yang jelas dan jenuh menunggu, yaitu menunggu dosen mengoreksi revisi skripsi dan menunggu birokrasi pemvalidasian skala yang terkadang butuh waktu berminggu-minggu. Perasaan khawatir tersebut pun bertambah apabila melihat teman yang lain telah menyelesaikan skripsi dan bersiap untuk ujian skripsi atau wisuda. Secara umum rasa cemas dimiliki oleh setiap individu, kecemasan merupakan respon yang paling umum yang menyatakan kondisi waspada dan mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitasnya secara kreatif. Pada tingkat kecemasan yang sedang, persepsi individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan hal yang lainnya. Pada tingkat kecemasan berat atau tinggi, persepsi individu menjadi turun, hanya memikirkan hal yang

3 kecil saja dan mengabaikan yang lainnya, sehingga individu tidak dapat berpikir dengan tenang (Tresna, 2011). Kecemasan dapat diatasi dengan melakukan terapi psikologis. Salah satu terapi psikologis yang dapat digunakan adalah terapi spiritual (Zainuddin, 2006). Alasan memilih terapi spiritual karena terapi spiritual bersifat fleksibel, preventif, dan kuratif. Fleksibel yaitu dapat dilakukan kapan saja baik secara individu maupun kelompok. Preventif yaitu pencegahan yang dapat dilakukan oleh setiap orang agar tidak mengalami gangguan psikologis, dalam hal ini kecemasan. Selanjutnya kuratif yaitu pengobatan atau penyembuhan dari gangguan psikologis, dalam hal ini penurunan tingkat kecemasan (Razak dkk, 2013). Salah satu terapi spiritual dalam agama Islam adalah salat. Salat adalah tindakan penyerahan kepada Allah, percaya tanpa syarat kepada Allah dan memohon untuk diterima doa (Sayeed dan Prakash, 2013). Menurut Khodayarifard dan Fatemi (2013), syarat melakukan terapi spiritual adalah memiliki keyakinan pada agama sehingga akan mampu mengkoordinasikan tubuh dan jiwa melalui beribadah kepada Tuhan. Strenthal, dkk (2010) menjelaskan bahwa keyakinan agama dapat memberikan kerangka interpretatif untuk memahami liku-liku kehidupan sehari-hari. Individu dengan tingkat keyakinan agama yang tinggi dapat melihat peristiwa sehari-hari dengan makna baru, yang mengarah ke peningkatan harapan, optimisme, dan sikap mental yang positif secara keseluruhan. Islam mendorong orang untuk tetap berharap ketika berhadapan dengan peristiwa hidup yang paling sulit karena terdapat keyakinan bahwa selalu ada pertolongan Allah (Sabry & Vohra, 2013).

4 Shalat dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu shalat fardhu ain, shalat fardhu kifayah, dan shalat sunah. Shalat fardhu ain terdiri dari dzuhur, ashar, magrib, isya, shubuh, serta shalat jum at bagi laki-laki. Sedangkan shalat fardhu kifayah terdiri dari shalat jenazah dan shalat ghoib.shalat sunah sendiri ada dua macam, yaitu shalat sunah rawatib dan (2) shalat sunah bukan rawatib. Shalat sunah rawatib adalah shalat sunah yang berhubungan dengan shalat fardhu yaitu shalat 2 rakaat sebelum dan/atau sesudah shalat wajib 5 waktu. Sedangkan shalat sunah bukan rawatib adalah shalat sunah yang tidak berhubungan dengan shalat fardhu seperti shalat tahajud, shalat dhuha, dan shalat hajat (Sholeh, 2012). Salah satu shalat sunah yang dianjurkan dalam agama Islam adalah salat tahajud. Abu Dawud meriwayatkan bahwa shalat tahajud merupakan salat sunah yang utama setelah salat fardhu (Sholeh, 2006). Keutamaan shalat tahajud tersebut tercantum dalam Al-Qur an surat Al-Muzammil (73) ayat : 1-3 yang artinya Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. (Sholeh, 2006). Ayat diatas merupakan perintah kepada umat Nabi Muhammad SAW agar bangun dari tidur pada seperdua malam untuk melaksanakan shalat tahajud. Sholeh (2012) meinterpretasikan seperdua malam menurut waktu Indonesia adalah sekitar pukul 00.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB. Sedangkan menurut Rasyid (2008) waktu yang paling utama untuk melaksanakan salat tahajud adalah sepertiga malam terakhir, yaitu kira-kira jam satu sampai waktu subuh.ketika ayat ini diturunkan, shalat tahajud adalah shalat wajib. Namun kemudian turun ayat 20 dalam surat Al-Muzammil, bahwa Allah SWT memberikan keringanan

5 mengerjakan shalat tahajud sehingga shalat tahajud menjadi shalat sunah. Oleh sebab itu, shalat tahajud adalah shalat sunah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan setelah shalat wajib 5 waktu. Penelitian lain dilakukan oleh Azam & Abidin (2014) terhadap 30 subjek penelitian yang terdiri atas 15 subjek pada kelompok eksperimen (melakukan shalat tahajud) dan 15 subjek pada kelompok kontrol (tidak melakukan shalat tahajud). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres dan kecemasan kelompok yang melakukan shalat tahajud lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukan shalat tahajud. Maka dapat disimpulkan sementara bahwa kecemasan dapat diatasi melalui terapi shalat tahajud. Mahasiswa tingkat akhir yang termasuk dalam usia perkembangan remaja akhir rentan mengalami kecemasan akibat mengerjakan skripsi. Berdasarkan latar belakang tersebut muncul sebuah pertanyaan, apakah ada pengaruh shalat tahajud terhadap kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir yangmengerjakan skripsi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji secara ilmiah dengan mengadakan penelitian yang berjudul : Pengaruh Shalat Tahajud Terhadap Kecemasan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir B. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh shalat tahajud terhadap kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi.

6 C. Manfaat 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru dalam pengembangan psikologi klinis dan psikologi pendidikan. 2. Manfaat praktis a. Sebagai referensi bagi dunia pendidikan tentang penurunan kecemasan melalui shalat tahajud. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa dan masyarakat untuk mengambil tindakan preventif terhadap kecemasan yaitu dengan melakukan salat tahajud.