BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Marcella Fransisca Santosa dan Paskah Ika Nugroho (2014)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

PENGARUH SET PELUANG INVESTASI, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, STRUKTUR ASET, RETAINED EARNING, DAN KEPEMILIKAN INSTITUTIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ini adalah laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. topik pengaruh arus kas operasi, keputusan pendanaan dan dividen perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB V PENUTUP. perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa cara, yang paling sering digunakan yaitu melalui hutang. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh: Kesempatan Investasi, dan Arus Kas Bebas, Terhadap Utang.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, arus kas bebas, dan investment

Nurlaila

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan Pengklasifikasian Hutang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan. kemakmuran pemiliknya. Perkembangan perusahaan untuk menuju lebih besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membutuhkan beberapa teori yang mendasarinya, antara lain:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori yang melandasi penelitian ini ada dua yaitu pecking order theorydan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang

BAB II LANDASAN TEORITIS. pemilik menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa demi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan harga saham yang terjadi seorang investor bisa memperoleh return.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyono dan Suparwoto (2000:89) hutang merupakan kewajiban

BABI PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan. apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebab sifat dari hutang yang tidak permanen, lebih murah untuk diadakan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui seberapa baik perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori mengenai kebijakan hutang dan pendanaan perusahaan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan topik pengaruh set peluang investasi, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, retained earning (laba ditahan), dan kepemilikan institutional terhadap kebijakan hutang sebagai berikut : 1. Marcella Fransisca Santosa dan Paskah Ika Nugroho (2014) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa hubungan antara kebijakan dividen, kepemilikan institutional dan kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Data yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010. Penelitian ini menggunakan 64 perusahaan manufaktur yang memiliki EBIT. Menggunakan analisis regresi linier dengan uji statistik deskriprif dan uji statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sementara kepemilikan institutional berpengaruh negatif yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Persamaan : 1. Menggunakan kebijakan hutang sebagai variabel dependen dan kepemilikan institutional sebagai variabel independen 2. Jenis perusahaan yang dipilih adalah perusahaan manufaktur 10

11 Perbedaan : 1. Menggunakan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel kontrol 2. Sampel perusahaan pada penelitian terdahulu periode tahun 2007-2010 2. Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani (2012) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, Retained Earnings, dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Data yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011. Penelitian ini menggunakan 135 perusahaan manufaktur yang mempunyai kepemilikan manajerial, memperoleh laba, mempunyai free cash flow positif dan mempunyai laba ditahan. Menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji statistik deskriprif dan uji statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat variabel bebas (profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, dan saldo laba ditahan) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Sementara dua variabel bebas lainnya (free cash flow dan kepemilikan manajerial) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Persamaan : 1. Menggunakan kebijakan hutang sebagai variabel dependen dan pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, laba ditahan sebagai variabel independen 2. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda 3. Jenis perusahaan yang dipilih adalah perusahaan manufaktur

12 Perbedaan : 1. Menggunakan free cash flow, profitabilitas, dan kepemilikan manajerial sebagai variabel independen 2. Sampel perusahaan pada penelitian terdahulu periode tahun 2007-2011 3. Fury K. Fitriyah dan Dina Hidayat (2011) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana pengaruh variabel kepemilikan institutional, set kesempatan investasi dan arus kas bebas terhadap kebijakan utang baik secara simultan maupun parsial. Data yang diteliti adalah perusahaan sektor non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan periode 2002-2006. Penelitian ini menggunakan 82 perusahaan dengan periode laporan keuangan selama lima tahun yang mempunyai kepemilikan institutional sebesar 50%, bukan perusahaan pemerintah, tidak memiliki laba dan ekuitas negatif. Menggunakan analisis regresi panel data dengan fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, set kesempatan investasi dan arus kas bebas memiliki pengaruh negatifsignifikan terhadap utang. Sementara kepemilikan institusional secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap utang dan arus kas bebas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap utang. Persamaan : 1. Menggunakan kebijakan hutang sebagai variabel dependen dan kepemilikan institutional serta set kesempatan investasi sebagai variabel independen

13 Perbedaan : 1. Menggunakan arus kas bebas sebagai variabel independen 2. Metode analisis yang digunakan adalah regresi panel data 3. Sampel perusahaan pada penelitian terdahulu periode tahun 2002-2006 4. Yulius Kurnia Susanto (2011) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, kebijakan dividen kas, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko sistematik, set peluang investasi dan struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Data yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2008. Penelitian ini menggunakan 38 perusahaan manufaktur yang memiliki laba secara konsisten. Menggunakan analisis multiple regression dengan uji statistik deskriprif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kebijakan dividen kas, profitabilitas, ukuran perusahaan, set peluang investasi dan struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sementara kepemilikan institutional, pertumbuhan perusahaan, dan risiko sistematik tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Persamaan : 1. Menggunakan kebijakan hutang sebagai variabel dependen dan kepemilikan institutional, pertumbuhan perusahaan, set peluang investasi, struktur aktiva sebagai variabel independen 2. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda 3. Jenis perusahaan yang dipilih adalah perusahaan manufaktur

14 Perbedaan : 1. Menggunakan kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, profitabilitas, ukuran perusahaan dan risiko sistematik sebagai variabel independen 2. Sampel perusahaan pada penelitian terdahulu periode tahun 2005-2008 5. Yeniatie dan Nicken Destriana (2010) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, kebijakan dividen, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan risiko bisnis terhadap kebijakan hutang. Data yang diteliti adalah perusahaan yang bergerak dibidang non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2005-2007. Penelitian ini menggunakan 120 perusahaan nonkeuangan yang tidak memiliki laba ditahan negatif. Menggunakan analisis regresi linier dengan uji statistik deskriprif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institutional, struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan memengaruhi kebijakan hutang. Sementara kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak memengaruhi kebijakan hutang. Persamaan : 1. Menggunakan kebijakan hutang sebagai variabel dependen dan kepemilikan institutional, struktur aset, pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen 2. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda

15 Perbedaan : 1. Menggunakan kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, profitabilitas, dan risiko bisnis sebagai variabel independen 2. Sampel perusahaan pada penelitian terdahulu periode tahun 2005-2007 6. Huson Joher, Mohd Ali, dan Nazrul (2006) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahaan, serta mengetahui faktor yang saling ketergantungan antara struktur kepemilikan dan kebijakan hutang perusahaan. Penelitian ini menggunakan 100 perusahaan indeks komposit dari Bursa Malaysia antara tahun 1998-2002 mengeksplorasi dampak kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang dalam suatu kerangka terpadu dengan menggunakan persamaan simultan prosedur estimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan hipotesis dimana kepemilikan institusional ditemukan berhubungan negatif dengan tingkat kepemilikan manajerial di perusahaan. Hasil ini mendukung gagasan bahwa investor institusi melayani pemantauan agen yang efektif dan membantu dalam mengurangi biaya keagenan. Persamaan : 1. Menggunakan rasio hutang sebagai variabel dependen dan kepemilikan institutional sebagai variabel independen Perbedaan : 1. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi PLS 2. Data yang digunakan adalah data dari Bursa Efek Malaysia 3. Sampel perusahaan pada penelitian terdahulu periode tahun 1998-2002

16 2.2 Landasan Teori Adapun teori-teori yang mendukung topik penelitian yang akan digunakan sebagai landasan penelitian sebagai berikut : 2.2.1 Agency Theory Teori keagenan/agency Theory mengarah pada hubungan agensi, pemilik (principal) yang memberi mandat pada pekerja (agent). Teori agensi dalam manajemen keuangan membahas adanya hubungan agensi (Jansen dan Meckling, 1976), yaitu hubungan mengenai adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan yang dilakukan oleh manajer, (Moeljadi, 2006:3). Pemisahan itu terjadi karena pemilik modal mendelegasikan kewenangan dan pengambilan keputusan kepada manajer dalam mengelola sejumlah dananya. Teori agensi didasarkan pada teori ekonomi dimana adanya perbedaan informasi antara atasan dan bawahan, antara kantor pusat dan kantor cabang, atau adanya asimetri informasi yang mempengaruhi penggunaan sistem akuntansi. Menurut Lubis (2010:91), teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. Artinya, agen dan prinsipal seringkali termotivasi dengan kepentingannya sendiri sedangkan kepentingan diantara keduanya bertentangan. Menurut pandangan pemilik modal sebagai prinsipal, pemberian kompensasi kepada agen didasarkan pada hasil. Sementara, menurut pandangan manajer sebagai agen, lebih menyukai sistem kompensasi diberikan tidak hanya melihat hasil tetapi juga usaha yang diberikan.

17 Myers (1977) dalam Pancawati dan Rahmawati (2012) menjelaskan bahwa hubungan keagenan merupakan hubungan yang rawan konflik atau sering disebut dengan konflik kepentingan (agency conflict). Konflik ini terjadi dikarenakan pemilik modal menginginkan dana yang digunakan untuk risiko yang kecil dengan pengembalian yang besar. Sebaliknya, manajer menggunakan dana yang diberikan untuk memaksimalisasi keuntungan dan cenderung mengambil keputusan untuk kepentingannya. 2.2.2 Pecking Order Theory Menurut Myer dan Majluf (1984) dalam Pancawati dan Rahmawati (2012), menjelaskan bahwa Pecking order theory merupakan teori yang menggambarkan suatu perusahaan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan pada adanya asimetri informasi. Asimetri Informasi yaitu suatu situasi dimana pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan daripada para pemilik modal. Asimetri informasi ini akan memengaruhi pilihan antara penggunaan dana internal atau penggunaan dana eksternal dan antara pilihan penambahan hutang baru atau dengan melakukan penerbitan ekuitas baru. I Made Sudana (2011:154) menjelaskan Hipotesis Pecking Order Theory menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk membayar dividen dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Apabila perusahaan membutuhkan dana eksternal, maka perusahaan akan lebih memilih hutang sebelum external equity. Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan

18 depresiasi. Hutang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedangkan external equity diperoleh karena perusahaan menerbitkan saham baru. Didalam teori ini perusahaan tidak menetukan target rasio hutang, karena ada dua jenis pendanaan internal yang preferensinya berbeda yang dapat dipilih oleh perusahaan yaitu laba ditahan sampai penerbitan saham baru. Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi. 2.2.3 Hutang Hutang adalah kewajiban masa kini yang mempunyai konsekuensi mengikat dimana penyelesaiannya mengorbankan sumber daya yang memiliki untuk memenuhi tuntutan pihak lain (SAK 2015, par.61). Subramanyam dan Wild (2010:169) menjelaskan bahwa kewajiban dapat berupa pendanaan dan operasi. Kewajiban pendanaan (financial liabilities) merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel bayar jangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan sewa. Kewajiban operasi (operating liabilities) merupakan kewajiban yang timbul dari operasi seperti kreditor perdagangan, kredit yang ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board), hutang adalah suatu pengorbanan ekonomi dimasa mendatang yang timbul karena kewajiban sekarang atau suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Hutang merupakan salah satu cara untuk memperoleh dana eksternal dari pihak eksternal/kreditur untuk membiayai kebutuhan dananya. Pengambilan keputusan dalam penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang

19 muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage perusahaan. 2.2.4 Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh manajemen dengan melakukan pembiayaan melalui hutang. Menurut Subramanyam dan Wild (2010:44), penggunaan hutang yang digunakan perusahaan sebagai bentuk sumber dananya. Besarnya hutang yang digunakan perusahaan dapat dilihat dari nilai leverage ratio. I Made Sudana (2011:20) menjelaskan Indikator dalam pengukuran variabel ini menggunakan Leverage ratio. Rasio ini mengukur berapa besar penggunaan utang dalam pembelanjaan perusahaan. Besar kecilnya leverage ratio dapat diukur dengan cara debt ratio. Debt ratio mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aset perusahaan. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aset. Hal ini berarti risiko keuangan perusahaan akan meningkat. Rumus debt ratio : Total hutan g Debt Ratio Total aset 2.2.5 Set Peluang Investasi Menurut Yulius (2010), Implikasi teori IOS (Investment opportunity set) atau dikenal dengan set peluang investasi berkaitan dengan keputusan pendanaan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Moeljadi (2006:236), menjelaskan bahwa keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan secara optimal mengenai struktur modal dan kebijakan dividen.

20 Set peluang investasi secara melekat tidak dapat diamati dan cenderung tidak sempurna bila diukur dengan menggunakan proksi tunggal saja. Metha Arieska (2011) menjelaskan beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengukur set peluang investasi sebagai berikut : a. Pendekatan proksi berbasis pada harga (price-based proxies) Proksi berbasis harga adalah proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi ini menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aset-aset (aset in place). Proksi berbasis harga ini diukur dengan menggunakan : 1. Rasio market to book value of equity (MVEBVE) MVEBVE jumlah lembar saham harg a penutupan total ekuitas 2. Rasio market to book value of asets (MVABVA) Total aset total ekuitas MVABVA jumlah lembar saham harg a total aset penutupan 3. Rasio firm value to book value of PPE (VPPE) Total aset total ekuitas VPPE jumlah lembar saham harg a aset tetap netto penutupan b. Pendekatan proksi berbasis pada investasi Proksi berbasis investasi adalah suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Semakin tinggi IOS perusahaan maka semakin tinggi juga tingkatan investasi dalam berbentuk aset yang

21 diinvestasikan untuk waktu yang lama. Proksi berbasis investasi ini diukur dengan menggunakan : 1. Capital Addition to asets book value ratio (CEBVA) CEBVA ( Nilai buku aset tetap t nilai buku aset tetap t 1) total aset 2. Capital Addition to asets market value ratio (CEMVA) CEMVA ( Nilai buku aset tetap t nilai buku aset tetap t 1) ( total aset total ekuitas) jumlah lembar saham harg a penutupan 2.2.6 Pertumbuhan Perusahaan Menurut I Made Sudana (2011:54), pertumbuhan perusahaan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Ross dan Westerfield (2009:149) menjelaskan dua macam pertumbuhan yang digunakan dalam perencanaan jangka panjang yaitu pertumbuhan internal dan pertumbuhan berkelanjutan. Pertumbuhan internal adalah pertumbuhan maksimum yang dicapai tanpa pendanaan eksternal dan hanya menggunakan sumber pendanaan internal. Tingkat pertumbuhan internal dicapai ketika kenaikan aset yang diperlukan sama dengan tambahan laba ditahan. Pertumbuhan berkelanjutan adalah pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai dengan menggunakan sumber dana dari luar perusahaan. Tingkat pertumbuhan berkelanjutan dicapai ketika perusahaan tetap mempertahankan rasio hutang (debt to equity ratio).

22 Rumus yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan : Total aset ( t) Total aset ( t 1) GROWTH Total aset ( t 1) 2.2.7 Struktur Aset Jumingan (2006:19) menjelaskan struktur aset menggambarkan sebagian aset yang digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang. Struktur aset yang dijaminkan adalah aset tetap. Aset tetap (fixed assets) merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen digunakan dalam operasi regular lebih dari satu tahun dan dibeli dengan tujuan tidak dijual kembali. Aset tetap perusahaan dijadikan sebagai jaminan bagi kreditur sehingga struktur aset mempengaruhi fleksibilitas perusahaan dalam penggunaan hutang (Subramanyam dan Wild, 2010:4). Para kreditur akan memberikan pinjaman kepada perusahaan yang mempunyai jaminan aset tetap karena kreditur berfikir bahwa akan terhindar dari risiko tidak terbayarkan pokok pinjaman atau hutang. Rumus yang digunakan untuk mengukur struktur aset yaitu : ASET Aset Tetap Total aset 2.2.8 Retained Earning Menurut Subramanyam dan Wild (2010:229), saldo laba (retained earning) merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan. Akun saldo laba mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan. Saldo laba merupakan sumber utama distribusi dividen.

23 Saldo laba dapat dibatasi untuk pembayaran dividen. Pembatasan saldo laba merupakan pembatasan atau ketentuan sejumlah saldo laba yang didistribusikan sebagai dividen dan tujuan tertentu (Suad Husnan, 2011:230). Tujuan khusus yang dimaksud adalah ketentuan obligasi atau kesepakatan pinjaman yang menjadi sumber utama adanya pembatasan. Ada dua alternatif perlakuan terhadap laba setelah pajak, yaitu akan diinvestasikan kembali sebagai laba ditahan ataukah dibagikan sebagai dividen. Laba ditahan menggambarkan kondisi keuangan internal perusahaan, karena jika perusahaan mempunyai nilai laba ditahan yang besar berarti perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal untuk mencukupi kebutuhan dananya. 2.2.9 Kepemilikan Institutional Komposisi kepemilikan saham dapat memiliki dampak penting dalam sistem pengendalian manajemen dalam perusahaan. I Made Sudana (2011:10) menjelaskan kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan (perusahaan investasi bank, perusahaan asuransi), institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dan dana perwalian pada akhir tahun. Kepemilikan institutional merupakan pemegang saham dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga manajer tidak melakukan perilaku oppotunistik dalam menjalankan perusahaan. Adanya kepemilikan institutional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal (Yeniatie dan Nicken, 2010). Rasio ini yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institutional yaitu : INSTITUTIONAL Jumlah saham institusi Jumlah saham beredar

24 2.3 Hubungan Variabel Independen dengan kebijakan hutang 2.3.1 Pengaruh Set Peluang Investasi terhadap Kebijakan Hutang Jensen (1986) menyatakan bahwa kebijakan pendanaan sehubungan dengan peluang investasi, pada umumnya merupakan hasil negosiasi terhadap problem underinvestment. Perusahaan dengan peluang investasi yang tinggi biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut melakukan investasi akan tetapi memiliki free cash flow dan aset in place yang rendah sehingga berpotensi memiliki problem underinvestment. Munculnya underinvestment mensyaratkan penggunaan utang dalam jumlah besar. Yulius (2011) menemukan hasil yang bahwa set peluang investasi berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Prospek pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh pasar sehingga peluang investasi yang dihasilkan sangat besar. 2.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang I Made Sudana (2011:162) menjelaskan suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan/laba. Perusahan dengan pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap hutang perusahaan karena suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan menghasilkan laba yang konsisten sehingga perusahaan mencukupi kebutuhan dananya. Hal inilah yang

25 mendorong manajer untuk menggunakan sumber dana internal dalam membiayai kebutuhan dana perusahaan. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mengurangi penggunaan hutang yang dilakukan. Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan yang tingkat pertumbuhan tinggi maka perusahaan mempunyai dana internal dalam mencukupi kegiatan operasional perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka perusahaan mampu mecukupi kebutuhan dananya tanpa melalui hutang atau dana pihak lain. Pancawati dan Rachmawati (2012) menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi mempunyai sumber dana internal yang mencukupi kegiatan operasionalnya. Hasil ini sesuai dengan Rizka dan Ratih (2009) yang menyatakan bahwa mempunyai pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. 2.3.3 Pengaruh Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang I Made Sudana (2011:163) menjelaskan bahwa perusahaan dengan komposisi aset lancar yang lebih besar daripada komposisi aset tetap terhadap total aset dapat menggunakan utang yang lebih besar untuk mendanai investasinya dibandingkan dengan perusahaan yang komposisi aset tetapnya lebih besar dibandingkan dengan aset lancar. Aset tetap merupakan salah satu jaminan yang bisa menyakinkan pihak lain untuk bisa memberikan pinjaman kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan lebih mudah memperoleh pinjaman.

26 Didalam Teori Keagenan dijelaskan bahwa perusahaan menggunakan hutang dengan melakukan jaminan pinjaman kepada pihak lain untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen. Semakin tinggi struktur asset tetap di perusahaan maka semakin tinggi tingkat penggunaan utang yang dilakukan sebagai pengawasan terhadap manajemen. Penelitian Ahadiyah (2013) menemukan bahwa struktur aset mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Perusahaan yang asetnya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena investor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai aset tetap yang dijaminkan. Hasil penelitian ini didukung oleh Pancawati dan Rahmawati (2012), Yeniatie dan Nicken (2010). 2.3.4 Pengaruh Retained Earning terhadap Kebijakan Hutang Menurut Subramanyam dan Wild (2010:230), retained earning merupakan salah satu sumber dana yang paling penting dan utama bagi perusahaan, karena laba ditahan merupakan dana milik perusahaan sendiri, sehingga biaya modalnya lebih rendah daripada menggunakan dana pihak lain. Laba ditahan merupakan akumulasi laba yang merupakan hak para pemegang saham, sehingga semakin banyak dana yang dialokasikan ke retained earning, maka laba yang dibayarkan ke dividen semakin berkurang. Semakin besar laba yang tidak dibayarkan sebagai dividen maka semakin banyak sumber dana internal untuk melakukan pendanaan dan tidak banyak menggunakan utang dalam pembelanjaan perusahaan (I Made Sudana, 2011:145).

27 Pecking Order Theory menjelaskan bahwa perusahaan akan mengutamakan menggunakan sumber dana internal untuk kebutuhan pendanaan perusahaan. Dengan tingkat laba ditahan yang besar mengisyaratkan adanya sumber dana internal yang cukup untuk mencukupi kebutuhan pendanaan dan tidak banyak menggunakan utang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hasil penelitian Pancawati dan Rahmawati (2012) menunjukkan bahwa laba ditahan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kebijakan hutang. Semakin besar laba ditahan menjelaskan bahwa perusahaan semakin besar menggunakan dana internal perusahaan untuk reinvestasi, sehingga tidak banyak menggunakan dana pihak lain. 2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Instituitional terhadap Kebijakan Hutang Kepemilikan Institutional merupakan pemegang saham dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga manajer tidak melakukan perilaku oppotunistik dalam menjalankan perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan institutional yang tinggi cenderung menggunakan hutang. Hal ini dikarenakan pemegang saham tidak menginginkan deviden yang dibagikan berkurang dikarenakan adanya penerbitan saham baru yang dikeluarkan perusahaan sebaliknya pemegang saham menginginkan hutang untuk mencukupi kebutuhan dana perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien fungsi monitoring terhadap manajemen dalam

28 pemanfaatan aset perusahaan serta pencegahan pemborosan oleh manajemen (Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011). Hasil penelitian Eva Larasati (2011) menyatakan bahwa kepemilikan institutional mempunyai pengaruh yang positif terhadap kebijakan hutang. Hal ini menggambarkan bahwa naiknya kepemilikan institutional akan menyebabkan kenaikan pula pada hutang perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rizka dan Ratih (2009). 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antara variabel independen meliputi set peluang investasi (X1), pertumbuhan perusahaan (X2), struktur asset (X3), retained earning (X4), dan kepemilikan institutional (X5), terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang (Y). Set Peluang Investasi (X1) Pertumbuhan Perusahaan (X2) Struktur Aset (X3) Retained Earning (X4) + - + - + Kebijakan Hutang (Y) Kepemilikan Institutional (X5) Sumber : Diolah peneliti Gambar 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN

29 2.5 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dengan tujuan penelitian, maka diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Set peluang investasi memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang H2 : Pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang H3 : Struktur aset memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang H4 : Retained earnings (Laba ditahan) memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang H5 : Kepemilikan institutional memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang