BAB V PENUTUP. teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. belajar-mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Karena yang

BAB V PENUTUP. Penerapan Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) dalam Pembelajaran. Bahasa Arab pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab di STAIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VI - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tulis. Kemampuan bahasa Arab serta sikap positif terhadap

UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA ARAB

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

KISI-KISI SOAL BAHASA ARAB UJI KOMPETENSI AWAL 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

Kelengkapan Keluasan Kedalaman. Tidak. Tidak Sesuai. Sesuai Sesuai. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA MANDARIN KELAS X PROGRAM PILIHAN

93. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

MATA PELAJARAN : BAHASA ARAB JENJANG PENDIDIKAN : SMA

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

100. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN BAHASA ARAB MADRASAH TSANAWIYAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

99. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB V PENUTUP. dalam penelitian ini. Berikut ini adalah paparan hasil penelitian dari masing-masing

91. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang

19. Mata Pelajaran Bahasa Arab Untuk Paket C Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

95. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

SILABUS PEMBELAJARAN

20. Mata Pelajaran Bahasa Jerman Untuk Paket C Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KISI-KISI SOAL UJIAN KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU MATA PELAJARAN BAHASA ARAB SMA. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi yang akurat bagi

BAB I PENDAHULUAN. nama, keadaan, peristiwa dan ciri-ciri benda dengan kata-kata tersebut. membentuk prediksi tentang benda, orang atau peristiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana untuk membangun dan meningkatkan

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

92. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

23. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin Untuk Paket C Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

SYLLABUS. Sumber Aktifitas Pembelajaran Indikator Penilaian Waktu Belajar MPL. Mandarin Guru memotivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM SEMESTER SEKOLAH : SMA N 2 PURWOREJO KELAS/SEMESTER : XII-IPA MATA PELAJARAN : BAHASA JERMAN TAHUN PELAJARAN : 2013/ STANDAR KOMPETENSI DAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

PROGRAM SEMESTER. B U L A N Januari Februari Maret April Mei Juni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATA PELAJARAN : BAHASA MANDARIN JENJANG PENDIDIKAN : SMP/M Ts/SMA/SMK/MA

BAB I PENDAHULUAN. meliputi seluruh perubahan fisik, motorik dan kemampuan bahasa. Masing

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan atau lebih tepatnya hampir mustahil dilaksanakan. Akibatnya guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa


BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV EVALUASI IMPLEMENTASI MAHÃRAH QIRÃ AH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MAN 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak,

A. Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

22. Mata Pelajaran Bahasa Jepang Untuk Paket C Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskriptif dan analisis yang penulis lakukan terhadap teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah di SMA Islam Pekalongan dan hasil belajar yang dicapai, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Teori pembelajaran bahasa Arab yang digunakan di SMA Islam Pekalongan adalah naẓariyah al-wahdah atau di sebut juga All-in-One System. Teori ini memandang bahwa bahasa sebagai sistem terdiri dari unsur-unsur fungsional yang menunjukan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan (integral). Penerapan naẓariyah al-wahdah (All In One System) tidak lagi menekankan pengajaran kepada pengetahuan tentang bahasa, akan tetapi menekankannya kepada kemampuan menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Pelaksanaan pengajaran kemampuan tersebut terutama untuk marhalah ula dan marhalah mutawaṣṣiṭah. Sedang untuk marhalah muta addidah disamping mengembangkan kemampuan yang diperoleh pada marhalah sebalumnya, dalam marhalah ini juga disajikan pengetahuan teoritis tentang bahasa, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan lebih tinggi agar pelajar mampu memahami berbagai buku bahasa arab baik klasik dan modern.

Materi pembelajaran Bahasa Arab di SMA Islam Pekalongan mencakup lima komponen kebahasaan, yang mencakup: 1) Bercakap (hiwâr), yang berisi dialog yang mengandung bentuk kata, struktur, kalimat, dan mufradât baru. 2) Kosakata (mufradât) memuat makna dan penggunaan kata-kata, ungkapan dan idiom. 3) Struktur (qawâ id) memuat bentuk kata (ṣarfi) atau struktur kalimat (nahwi). 4) Membaca (qirâ ah) memuat topik tertentu yang terkait dengan struktur dan kosakata. 5) Menulis (insyâ ) dalam bentuk (insyâ muwajjah) yang mengandung mufradât dan struktur kata. Setiap topik bahasan diajarkan dengan menggunakan dan melibatkan empat keterampilan berbahasa arab dengan langkah-langkah: 1) Menyajikan topik bahasan dalam bentuk hiwâr sederhana (tidak terlalu pendek atau panjang), hal ini untuk menciptakan ketidak bosanan karena secara psikologis hiwâr yang terlalu panjang cukup melelahkan untuk dihafal atau diingat. Dari hiwâr dipilih kata-kata untuk diucap berulang-ulang (mahârah al-simâ' dan al-kalâm) dan sebagai bahan untuk latihan menulis (mahârah al-kitâbah). Hiwâr kemudian diucapkan dan didialogkan dengan cara face to face secara massal dengan pengawasan yang ketat. Dialog hendaklah diucapkan secara lantang/keras sehingga dalam prakteknya face to face tersebut diberi jarak tiga sampai empat meter. Hal ini melatih peserta didik untuk membiasakan pengucapan (olah vokal) yang bisa terdengar jelas. Sehingga karakteristik huruf yang diucap akan menjadi lebih fasih dan

mudah. 2) Memperluas dan menambahi kosakata baru dalam topik bahasan yang sama dengan cara membuka kamus Indonesia-Arab atau bertanya. Peserta didik menulis kosakata tersebut. Dalam hal menambah ṡarwah al-lughawiyah peserta didik dituntut kreatif. 3) Dalam topik yang sama, pembimbing memberikan bahan bacaan yang sederhana agar mudah dan cepat dipahami (mahârah al-qirâ ah) kepada peserta didik. 4) Selanjutnya guru membimbing menyusun kalimat-kalimat sederhana ('umdah al-kalâm), dimulai dari dua kosakata per-kalimat- tiga kosakata per-kalimat sesuai dengan tema. 2. Hasil yang dicapai berdasarkan tujuan atau standar kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran bahasa Arab di SMA Islam Pekalongan dengan menggunakan naẓariyah al-wahdhah adalah: 1) Kemahiran mendengarkan (mahârah al-simâ ). Siswa mampu menafsirkan berbagai nuansa makna dalam berbagai teks lisan dengan berbagai variasi tujuan komunikasi dan konteks. 2) Kemahiran berbicara (mahârah al-kalâm). Siswa mampu mengucapkan berbagai nuansa makna dalam berbagai teks lisan dengan berbagai variasi tujuan komunikasi dan konteks. 3) Kemahiran membaca (mahârah al-qirâ ah). Siswa mampu memahami berbagai nuansa makna yang dijumpai dalam berbagai teks tertulis dengan variasi tujuan komunikasi, struktur teks, dan ciri-ciri bahasanya serta memahami makna dan gagasan yang terkandung dalam teks tersebut. 4) Kemahiran menulis (mahârat alkitâbah). Siswa mampu mengungkapkan makna secara tertulis sesuai

dengan tujuan komunikasinya dengan struktur wacana dan fitur-fitur bahasa yang lazim digunakan dalam budaya bahasa yang digunakan. Dari penerapan teori pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan naẓariyah al-wahdhah dan hasil belajar yang diperoleh, maka permasalahan kemampuan berbicara yang kurang dapat diatasi. Ini dibuktikan dengan pencapaian aspek kemampuan berbicara yang baik pada siswa di SMA Islam Pekalongan yang dibuktikan dengan hasil belajar pada pelajaran bahasa arab. Hal ini dapat tercapai karena pada setiap pembelajaran bahasa Arab hiwâr, qirâ ah, dan kitâbah'/ insyâ diterapkan secara integral. Ini artinya pengajaran untuk pencapaian keterampilan berbahasa lebih dahulu diajarkan, dari pada pengetahuan tentang bahasa. B. Saran Berdasarkan analisis terhadap hasil temuan yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian, maka diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran terhadap pihak yang terkait, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dalam pembelajaran bahasa Arab di sekolah perlu memperhatikan dan membuat kebijakan dalam menentukan teori pembelajaran bahasa Arab yang akan diterapkan. Disarankan pada pihak penyelenggara pembelajaran bahasa Arab yang hanya memiliki fasilitas serta waktu yang terbatas untuk tidak menggunakan naẓariyah al-furū' melainkan menggunakan naẓariyah al-wahdah dalam pembelajaran bahasa Arab. Adapun untuk penerapannya berdasarkan tingkatan, tidaklah berlaku

mutlak. Pada tingkatan mana pun kedua teori tersebut bisa saja digunakan, dengan syarat harus memperhatikan dan tidak menyalahi aturanaturan dan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa khususnya bahasa Arab. Metode naẓariyah al-wahdah ini hanya relevan untuk pengajaran bahasa Arab tingkat pemula dan tingkat menengah. Teori ini cocok juga digunakan pada institusi yang membelajarkan bahasa sebagai media untuk menguasai pengetahuan yang lain, bukan menjadikan bahasa sebagai target atau tujuan. Karena dengan pembelajaran bahasa seperti ini, maka pengetahuan kebahasaan anak didik menjadi komprehensif sehingga bisa digunakan untuk keperluan non-kebahasaan. 2. Guru sebagai praktisi, fasilitator, dan motivator yang memegang peranan penting dalam penerapan naẓariyah al-wahdah. Oleh sebab itu guna terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, guru haruslah mampu untuk berpikir dan bertindak kreatif dalam proses pembelajaran, baik dari segi penggunaan metode, pemanfaatan media, materi, dan proses evaluasi. Dengan adanya berbagai variasi dalam komponen proses pembelajaran mampu menciptakan proses pembelajaran yang kreatif dan mampu mengakomodir kecerdasan siswa yan berbeda-beda satu sama lain. Selain itu, guru juga sebaiknya lebih berupaya untuk mengidentifikasi kecerdasan, bakat, minat, dan gaya belajar siswa sehingga guru mampu menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini, gurulah yang berupaya untuk beradaptasi dengan siswa, bukan siswa yang berusaha untuk beradaptasi dengan guru.

Metode yang merupakan cara guru dalam menyajikan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode dalam proses pembelajaran haruslah bervariasi dan mampu melibatkan berbagai jenis kecerdasan, sehingga mampu mengakomodir kecerdasan siswa yang berbeda-beda. Di samping tu, melalu variasi metode yang kreatif mampu menciptakan atmosfer kelas dan proses pembelajaran yang menyenangkan. Dalam melakukan proses evaluasi, hendaknya guru tidak hanya terbatas melakukan evaluasi dengan mempertimbangkan aspek kognitif saja, tetapi alangkah lebih baiknya guru juga mempertimbangkan aspek afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu, guru juga hendaknya tidak melakukan evaluasi yang hanya berorientasi pada hasil (tes capaian), tetapi juga berorientasi pada proses, sehingga dharapkan proses evaluasi dapat berjalan secara komprehensif dan integral.