FORMULASI Streptomyces sp. DAN Trichoderma sp. BERBAHAN DASAR MEDIA BERAS JAGUNG, BEKATUL DAN KOMPOS

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

FORMULASI BAKTERI PERAKARAN (PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA-PGPR)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

III. BAHAN DAN METODE A.

II. MATERI DAN METODE

MULTI ANTAGONIS Streptomyces sp. (Tomat Pare) TERHADAP LALAT BUAH DAN Fusarium sp. PENYEBAB LAYU TOMAT IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp. secara In Vitro

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBIAKAN MASSAL JAMUR Trichoderma sp. PADA BEBERAPA MEDIA TUMBUH SEBAGAI AGEN HAYATI PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

SELEKSI MIKROBA FILOSFER ANTAGONIS DAN MEDIA EKSTRAK KOMPOS: UPAYA PENGENDALIAN JAMUR Alternaria porri PADA TANAMAN BAWANG MERAH

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

EFEKTIVITAS AGENS ANTAGONIS TRICHODERMA SP PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

Teknik Isolasi Mikroorganisme

Berkala Ilmiah AGRIDEVINA : Vol 5 No 2, Desember 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

PENGGUNAAN JAMUR ANTAGONIS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

CAMPURAN BERBAGAI BAHAN ORGANIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

*Corresponding author : ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

SKRIPSI. Oleh : IKA NURFITRIANA NPM :

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

ANTAGONISME BAKTERI Pseudomonad fluorescens TERHADAP JAMUR PATOGEN Fusarium oxysporum f. sp. melonis DI RIZOSFER PERKECAMBAHAN MELON SKRIPSI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

Koloni bakteri endofit

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

UJI KOMPATIBILITAS DAN KEMAMPUAN DUA AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLOURESEN DAN ACTINOMYCETES DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN RALSTONIA SOLANACEARUM

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

UJI DAYA HAMBAT JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp DALAM FORMULASI KERING BERBENTUK TABLET TERHADAP LUAS BERCAK Phytophthora palmivora PADA BUAH KAKAO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

PENGARUH WAKTU INOKULASI Trichoderma spp. DAN Glomus sp. TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI AKASIA (Acacia mangium)

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

Transkripsi:

Plumula Volume 5 No.1 Januari 2016 ISSN : 2089 8010 FORMULASI Streptomyces sp. DAN Trichoderma sp. BERBAHAN DASAR MEDIA BERAS JAGUNG, BEKATUL DAN KOMPOS Formulation Streptomyces sp. and Trichoderma sp. on Media Rice Corn, Rice Bran and Compost Nia Rulinggar P. M. 1), Tri Mujoko 2) dan Indriya Radiyanto 2) 1) Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur 2) Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada media beras jagung, bekatul & kompos. Serta untuk mengetahui daya tahan hidup Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada media beras jagung, bekatul dan kompos dalam formula pelet. Penelitian ini menggunakan 2 faktor yaitu mikroba dan media, kemudian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. lebih sesuai pada media kompos. Namun secara keseluruhan media beras jagung, bekatul dan kompos dapat digunakan sebagai bahan dasar formula. Pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada formula menunjukkan rata-rata jumlah koloni paling baik (Streptomyces sp.=19x106 cfu/ml dan Trichoderma sp.=13,5x107cfu/ml) pada minggu ke-4 sampai ke-6 HSI. Kata Kunci : Formulasi Streptomyces sp., Trichoderma sp., Media Pelet ABSTRACT The research purposed to know the growth of the Streptomyces sp. and Trichoderma sp. in maize media, rice bran media, & compost media. Also to determine the survival of Streptomyces sp. and Trichoderma sp. in pellet formulations with maize media, rice bran media, & compost media. The research is based on the pattern of a complete randomized block design (CRD) with two factors, it is media and microbia. There are consists of nine treatments and each treatment was repeated three times. The results showed that Streptomyces sp. and Trichoderma sp. is better in compost media. But all of the media can be used as test based in pellet formulations of Streptomyces sp. and Trichoderma sp. The growth of Streptomyces sp. and Trichoderma sp. in formula showed the best average number of the colonies (Streptomyces sp.=19x106 cfu/ml and Trichoderma sp.=13,5x107cfu/ml) at the fourth weeks until sixth weeks from day after inoculations (DAI). Keywords: Formulation of Streptomyces sp., Trichoderma sp., Pellets 30

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 PENDAHULUAN Penggunaan agensia pengendali hayati (APH) secara langsung akan menekan perkembangan organisme penganggu tumbuhan (OPT), mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia dan menurunkan biaya produksi. Streptomyces sp. potensial dalam menghambat mikroba patogen tular tanah karena Streptomyces sp. merupakan agensia hayati yang mampu bekerja efektif secara tunggal maupun dikombinasikan dengan mikroorganisme lainnya (Cook dan Baker, 1983). Trichoderma sp. merupakan salah satu jamur mikoparasitik bersifat parasit terhadap jamur lain dan dapat dimanfaatkan sebagai APH terhadap jenis-jenis jamur fitopatogen (Suryanti, Martoedjo, Tjokrosoedarmono, dan Sulistyaningsih., 2003). Hasil penelitian yang telah dilakukan Penta dan Mujoko (2010), kombinasi agensia hayati (Streptomyces sp., Gliocladium sp. dan Trichoderma harzianum) dapat menghambat perkembangan intensitas penyakit Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici hingga 78% dibandingkan perlakuan masing-masing antagonis berkisar 50%-56%. Media merupakan tempat yang digunakan mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme bisa digunakan media alternatif. Dengan pertimbangan bahwa kandungan nutrisi dalam beras jagung, bekatul dan kompos mampu digunakan oleh APH sehingga dapat mendukung pertumbuhan APH dan tidak menurunkan potensinya sebagai APH. Maka pada penelitian ini dilakukan perbanyakan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada media alternatif antara lain beras jagung, bekatul dan kompos. Menurut Yunitasari (2012) dalam Ibrahim, Elfina dan Dewi (2013), menyatakan untuk memudahkan aplikasi T. harzianum perlu disiapkan dalam suatu formulasi berbentuk pelet. Pengendalian secara hayati berbentuk pelet merupakan formulasi yang memiliki sifat semi padat sehingga bahan aktif tidak mudah terurai oleh sinar matahari maupun air hujan. Hasil penelitian Penta dan Mujoko (2012) menunjukkan bahwa formula pelet dengan bahan tepung ketan dapat meningkatkan populasi multiantagonis Streptomyces sp., Gliocladium sp. dan Trichoderma harzianum dengan masa simpan 3 minggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada media beras jagung, bekatul dan kompos. Dan untuk mengetahui daya tahan hidup Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada media beras jagung, bekatul dan kompos dalam formula pelet. 31

Nia Rulinggar P. M. 1), Tri Mujoko 2) dan Indriya Radiyanto 2) Formulasi Streptomyces sp. Dan Trichoderma sp. Berbahan Dasar Media Beras Jagung, Bekatul dan Kompos BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras jagung, bekatul, dan kompos produksi Fakultas Pertanian UPNV Jatim. Isolat mikroba Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang merupakan koleksi dari Dr. Ir. Tri Mujoko, MP. Serta bahan perekat untuk formula pelet adalah liat montmorillonit. Sedangkan alat yang digunakan antara lain Laminar Air Flow (LAF), mikropipet, autoklaf, handcounter, kamera, mikroskop, cawan petri, dan tabung reaksi. Penelitian ini menggunakan 2 faktor yaitu jenis mikroba dan jenis media, yang kemudian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF). Faktor I berupa jenis mikroba meliputi Streptomyces sp. (S), Trichoderma sp. (T), dan kombinasi Streptomyces sp.+trichoderma sp. (ST). Faktor II berupa jenis media meliputi beras jagung (J), bekatul (B) dan kompos (K). Menumbuhkan APH pada Media Penelitian Suspensi Streptomyces sp. dan suspensi Trichoderma sp. yang telah disiapkan kemudian diinokulasikan (ditumbuhkan) ke media penelitian yaitu media beras jagung, bekatul dan kompos. Masing-masing 100 gram media diberi suspensi Streptomyces sp. sebanyak 1 ml dan suspensi Trichoderma sp. sebanyak 1 ml. Sedangkan untuk perlakuan lain yaitu dengan menumbuhkan kombinasi Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada media beras jagung, bekatul dan kompos. Masing-masing 100 gram media diberi suspensi Streptomyces sp. sebanyak 0,5 ml dan suspensi Trichoderma sp. sebanyak 0,5 ml. Biakan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada masing-masing media diinkubasikan selama 2 minggu. Kemudian dilakukan pengamatan jumlah koloni Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang tumbuh pada masing-masing media dengan teknik seri pengenceran. Pembuatan Formula Bahan yang digunakan terdiri dari : a) beras jagung halus sebanyak 60 g : liat montmorillonit 30 g (2:1), b) bekatul 60 g : liat montmorillonit 30 g (2:1), c) kompos 60 g : liat montmorillonit 30 g (2:1). Masing-masing bahan ditambahkan aquades steril sebanyak 30 ml. Bahan tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam plastik ukuran 1 kg. Formula ini dibuat dalam bentuk pelet yang menggunakan mesin hummer dan semua bahan dicampur sampai rata. Setelah bahan berbentuk pelet dilakukan pengeringan dengan cara dikeringanginkan selama 24 jam. Pelet yang sudah kering disimpan ke dalam plastik polyethylen pada suhu kamar, serta disusun berdasarkan 32

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 Rancangan Penelitian. Pengamatan formulasi pelet terhadap pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. dilakukan setiap 2 minggu sekali, selama 12 minggu. Pengamatan Jumlah Koloni Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. Sebanyak 1 g pelet dihaluskan dan diencerkan dalam 10 ml aquades, kemudian dilakukan seri pengenceran sampai 1010. Dari seri pengenceran 104 sampai 1010 ini masing-masing diambil 1 ml dengan mikropipet, ditumbuhkan pada media PDA dan GNA dalam cawan petri. Di inkubasikan selama 7 hari. Koloni Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang tumbuh dihitung jumlahnya. Daya Tahan Hidup Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. Pengamatan ini disajikan dalam kurva dinamika pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. dengan indikator bertambah atau berkurangnya jumlah koloni pada formula pelet selama 12 minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Jumlah Koloni APH Rata-rata jumlah koloni Streptomyces sp. dan Tricoderma sp. di media beras jagung, bekatul dan kompos menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. di media biakan. Perlakuan Jumlah koloni Stretomyces sp Jumlah koloni Tricoderma sp Rerata sd Rerata sd S J 3,58 0,75 a 3,58 0,75 a S B 1,74 0,46 a 1,74 0,46 a S K 12,06 1,45 b 12,06 1,45 b T J 7,59 3,84 a 7,59 3,84 ab T B 4,45 1,60 a 4,45 1,60 a T K 10,23 2,90 ab 10,23 2,90 ab ST J 5,61 3,53 a 2,74 1,74 a ST B 5,84 2,58 a 3,02 0,26 a ST K 6,77 4,53 a 3,05 2,61 a BNJ 5% 7,89 5,92 Rata-rata jumlah koloni Streptomyces sp. menunjukkan lebih tinggi di media kompos dibandingkan pada media beras jagung dan bekatul. Hal ini disebabkan media kompos cenderung mempunyai sumber karbon yang mampu digunakan sebagai sumber nutrisi oleh mikroorganisme. Menurut Lacey (1973) dalam Penta dan Mujoko (2012), bahwa populasi actinomycetes akan lebih banyak berada pada tanah kompos, 33

Nia Rulinggar P. M. 1), Tri Mujoko 2) dan Indriya Radiyanto 2) Formulasi Streptomyces sp. Dan Trichoderma sp. Berbahan Dasar Media Beras Jagung, Bekatul dan Kompos karena banyaknya serat tanaman dan sisa akar pada kompos menyediakan nutrisi yang lebih stabil. Serat tanaman dan sisa akar pada kompos tersebut merupakan bahan organik yang dapat dijadikan sumber karbon bagi Streptomyces sp. demikian juga bagi Tricoderma sp (Purwantisari et al., 2008). Sedangkan pada media beras jagung dan bekatul banyak mengandung karbohidrat, sehingga mikroorganisme belum mampu menggunakan sumber karbon pada media tersebut (Luh, 1991 dalam Janathan, 2007). Karbohidrat tersebut dapat digunakan Streptomyces sp. sebagai sumber karbon setelah senyawa karbohidrat tersebut dihidrolisis lebih dahulu oleh enzim selulose menjadi glukosa atau selubiosa sebelum digunakan sebagai sumber nutrisi yaitu sumber karbon (Bill et al.,1976 dalam Dewi, 2006). Pertumbuhan Jumlah Koloni Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. Pada Media Penelitian Secara analisa statistik menunjukkan jumlah koloni Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang dikombinasikan di masing-masing media biakan tidak berbeda nyata (Tabel 1). Hasil pengamatan terhadap jumlah koloni Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang dikombinasikan menunjukkan rata-rata jumlah koloni yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan APH yang ditumbuhkan secara tunggal pada masing-masing media biakan. Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang diinkubasikan bersama dalam satu jenis media diduga akan mengalami interaksi pertumbuhan. Secara keseluruhan pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada media kompos menunjukkan rata-rata jumlah koloni yang paling tinggi dibandingkan pada media beras jagung dan bekatul (Tabel 1 dan 2). Diduga hal ini dikarenakan media kompos lebih banyak mengandung sumber karbon dan sumber nitrogen yang tersedia sebagai nutrisi bagi Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. Menurut Hidayat (2006), sumber karbon dan nitrogen merupakan komponen yang utama dalam suatu media kultur, karena sel-sel mikroba dan fermentasi sebagian besar memerlukan sumber karbon dan nitrogen dalam prosesnya. Daya Tahan Hidup Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. dalam Formula Daya tahan hidup APH dalam formula merupakan pengamatan yang akan menjadi tolak ukur berapa lama APH aktif di dalam formula, sehingga dapat diketahui waktu optimal untuk penggunaan formula. 34

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 Daya Tahan Hidup Streptomyces sp. dalam Formula Gambar 1. Dinamika Pertumbuhan Streptomyces sp. dalam Formula Pertumbuhan Streptomyces sp. dalam formula beras jagung dan formula bekatul cenderung menunjukkan jumlah koloni yang rendah pada minggu ke-4 HSI. Sedangkan pada formula kompos menunjukkan rata-rata jumlah koloni Streptomyces sp. yang lebih tinggi. Pada minggu ke-6 HSI rata-rata jumlah koloni Streptomyces sp. pada formula kompos dan formula bekatul mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan rata-rata jumlah koloni Streptomyces sp. terjadi pada formula beras jagung di minggu ke-6 HSI. Minggu ke-8 sampai ke-12 HSI menunjukkan kecenderungan penurunan rata-rata jumlah koloni Streptomyces sp. pada ketiga media. Penurunan rata-rata jumlah koloni tersebut diduga karena ketersediaan nutrisi pada formula juga cenderung semakin sedikit. Hal ini didukung Purwoko (2007), salah satu penyebab bakteri mengalami fase penurunan atau kematian adalah ketersediaan nutrisi semakin sedikit. Daya Tahan Hidup Trichoderma sp. dalam Formula Pertumbuhan Trichoderma sp. pada formula bekatul cenderung menunjukkan rata-rata jumlah koloni yang paling tinggi dibandingkan pada formula kompos dan beras jagung. Pada minggu ke-6 menunjukkan puncak rata-rata jumlah koloni Trichoderma sp. yang paling tinggi pada ketiga formula. 35

Nia Rulinggar P. M. 1), Tri Mujoko 2) dan Indriya Radiyanto 2) Formulasi Streptomyces sp. Dan Trichoderma sp. Berbahan Dasar Media Beras Jagung, Bekatul dan Kompos Gambar 2. Dinamika Pertumbuhan Trichoderma sp. dalam Formula Pada minggu ke-8 sampai minggu ke-12 HSI terjadi kecenderungan penurunan rata-rata jumlah koloni Trichoderma sp. dalam ketiga formula. Tetapi pada gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah koloni Trichoderma sp. pada formula bekatul cenderung lebih tinggi dibandingkan pada formula beras jagung dan formula kompos. Media bekatul yang dibentuk menjadi formula pelet cenderung memiliki tekstur yang remah dibandingkan tekstur formula beras jagung dan kompos yang cenderung lebih padat. Sehingga kemungkinan terjadi penghambatan pertumbuhan Trichoderma sp. pada formula yang teksturnya lebih padat. Hal ini didukung oleh Gray dan Williams (1971) yang menyatakan bahwa terhambatnya pertumbuhan fungi disebabkan meningkatnya kekentalan medium dan terhambatnya difusi air dan udara. Daya Tahan Hidup Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. dalam Formula Pada pengamatan pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang dikombinasikan dalam masing-masing formula beras jagung, bekatul dan kompos cenderung terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni pada kedua jenis APH. Berdasarkan pengamatan pada formula APH tunggal (Gambar 1 dan 2), formula kombinasi Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. tidak lebih baik pertumbuhannya pada masing-masing formula. Sehingga penggunaan formula kombinasi Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. dianggap tidak lebih baik dibandingkan ketika dalam formula tunggal yang pertumbuhannya lebih baik. Pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. yang dikombinasikan dalam masing-masing formula beras jagung, bekatul dan kompos diduga terjadi interaksi. Hal 36

Plumula Januari 2016 Volume 5 No.1 ini didukung oleh Waluyo (2005), jika dua atau lebih jasad yang berbeda ditumbuhkan bersama-sama dalam suatu medium, maka aktivitas metabolismenya secara kualitatif maupun kuantitatif akan berbeda jika dibandingkan dengan jumlah aktivitas masingmasing jasad yang ditumbuhkan dalam medium yang sama tetapi terpisah. Gambar 3. Dinamika pertumbuhan Trichoderma sp. dalam formula yang dikombinasikan dengan Streptomyces sp. Gambar 4. Dinamika pertumbuhan Streptomyces sp. dalam formula yang dikombinasikan dengan Trichoderma sp. 37

Nia Rulinggar P. M. 1), Tri Mujoko 2) dan Indriya Radiyanto 2) Formulasi Streptomyces sp. Dan Trichoderma sp. Berbahan Dasar Media Beras Jagung, Bekatul dan Kompos Kisaran rata-rata jumlah koloni Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. cenderung lebih rendah (turun) dibandingkan pada formula tunggal. Pertumbuhan kombinasi Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada masing-masing formula cenderung mengalami penurunan dari minggu ke-6 sampai minggu ke-12 HSI. Hal ini dikarenakan ketersediaan nutrisi di dalam formula semakin sedikit dan dengan keberadaan 2 jenis mikroba berbeda. KESIMPULAN Pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. lebih sesuai pada media kompos. Secara keseluruhan media beras jagung, bekatul dan kompos dapat digunakan sebagai media pertumbuhan Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. Daya tahan hidup Streptomyces sp. dan Trichoderma sp. pada masing-masing formula menunjukkan rata-rata jumlah koloni paling baik pada minggu ke-4 sampai minggu ke- 6 HSI. DAFTAR PUSTAKA Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant pathogens. American Phytopathological Society.. St. Paul. Minnesota. Penta dan Mujoko. 2010. Kompatibilitas Agensia Hayati Gliocladium sp., Trichoderma sp., Streptomyces sp. dan Daya Hambat terhadap Fusarium oxysporum Penyebab Penyakit Layu Tanaman Tomat. Hasil Penelitian Hibah Bersaing. UPN Veteran Jawa Timur. Penta dan Mujoko. 2012. Perkembangan Populasi Multi Antagonis Streptomyces sp., Gliocladium sp., Trichoderma harzianum Sebagai Agensia Hayati Penyakit Layu Fusarium Pada Media Semi Alami dan Paket Formula Pelet. Plumula Vol 1 No. 2 Juli 2012 ISSN : 2089-8010. Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur. Suryanti, T. Martoedjo, A. H. Tjokrosoedarmono, dan E. Sulistyaningsih. 2003. Pengendalian Penyakit Akar Merah Anggur pada The dengan Trichoderma spp. Hlm. 143-146. Pros. Kongres Nasional XVII dan Seminar Nasional FPI, Bandung, 6-8 Agustus 2003. Purwoko. T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta. Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadyah Malang. 38