BAB I PENDAHULUAN. dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri secara global. Tiap tahun angka pekerja terus meningkat yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN

TENTANG KATEGORI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN POLA DEFEKASI PADA SISWA KELAS V DAN KELAS VI SEKOLAH DASAR DI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, ada juta

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

LAMPIRAN. 2. Jadwal Penelitian. November- Januari Desember. Desember Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi salah satu endemis dan

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. selulosa, insiden ini mencapai puncak pada usia tahun (Lilik, 2011).

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.6

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

III. METODE PENELITIAN

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serius bila tidak ditangani dengan baik. Menurut the North American

SOSIALISASI DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER SERVIK, KANKER PAYUDARA, PUSKESMAS TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

01/04/2012. Psikologi Lingkungan Sekolah Pilihan Terhadap Makanan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Sumber dana diharapkan dari donatur yang bersifat tidak mengikat. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai: Ketahanan pangan terjadi apabila semua orang secara terus

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyebab munculnya masalah kesehatan pada anak usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik ditandai dengan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan pada faktor fisik, kognitif, sosial, moral dan emosi. 1 Pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal dapat dicapai dengan melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga, belajar di sekolah dan di rumah, serta bergaul dengan teman-temannya. Anak usia sekolah dasar membutuhkan makanan yang banyak mengandung energi untuk dapat menunjang aktivitasnya. Tidak hanya asupan energi yang harus diperhatikan, keseimbangan gizi yang didapat melalui pola makan yang sehat perlu diperhatikan, termasuk asupan serat dan cairan. 2 Pola makan sangat berpengaruh terhadap pola defekasi. Kelainan pola makan dapat menyebabkan kelainan pola defekasi. 3 Istilah pola defekasi itu sendiri mencakup frekuensi defekasi dan konsistensi tinja (feces) 4 Kelainan pola defekasi yang ditandai dengan peningkatan frekuensi defekasi melebihi 3 kali dalam sehari disertai dengan penurunan konsistensi tinja disebut diare. Diare dapat menjadi manifestasi klinis penyakit yang diderita anak, misalnya infeksi, keracunan makanan, malabsorbsi, alergi makanan, dan lain sebagainya. 5

2 Diare masih menjadi salah satu penyakit yang endemis di Indonesia. Penyebab utama diare adalah infeksi virus, namun pola makan yang salah, misalnya mengkonsumsi terlalu banyak serat dan cairan juga dapat menyebabkan diare. Kelainan pola defekasi yang lainnya yaitu konstipasi. Konstipasi adalah evakuasi feces yang jarang atau sulit. 6 Ilmuwan menyatakan berbagai versi definisi defekasi, namun, belum ada kesepakatan tentang batasan konstipasi itu sendiri. Definisi konstipasi menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi feces secara sempurna, yang tercermin dari 3 aspek, yaitu berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, feces yang lebih keras dari sebelumnya, dan pada palpasi abdomen teraba masa feces (skibala) dengan atau tidak disertai enkopersis (kecepirit) 7. Konstipasi pada anak usia sekolah dasar biasanya disebabkan karena kesalahan pola makan yang kurang mengkonsumsi serat dan cairan. Serat makanan berfungsi meningkatkan cairan pada konsistensi feces,dan mempunyai efek laksatif yang besar, serta dapat meningkatkan massa feces sehingga dapat meningkatkan frekuensi buang air besar. 8,9 Kekurangan serat dapat menyebabkan proses pengeluaran feces yang tidak normal, dan berakhir pada konstipasi dan masalah saluran pencernaan lainnya yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sayangnya hasil penelitian melaporkan bahwa diperkirakan 50% orang tua anak sering tidak mengenali tanda-tanda awal anak mengalami konstipasi sampai terjadilah konstipasi kronik. 10 Jumlah asupan serat yang dianjurkan untuk anak laki-laki usia 10-12 tahun yaitu 30 g per hari dan anak perempuan usia 10-12 tahun yaitu 28 g per hari. 11 Sedangkan

3 asupan cairan yang dianjurkan bagi anak laki-laki usia 9-13 tahun yaitu 2400 ml per hari, dan bagi anak perempuan usia 9-13 tahun yaitu 2100 ml per hari. 12 Serat paling banyak didapatkan dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buahbuahan. 13 Data mengenai perilaku konsumsi sayur dan buah pada anak usia di bawah 10 tahun di Indonesia masih sangat sulit didapatkan. Riset Kesehatan Dasar 2013 melaporkan bahwa 80% penduduk Indonesia di atas usia 10 tahun cenderung memiliki peilaku kurang makan sayur dan buah. Angka ini tidak mengalami perubahan yang berarti jika dibandingkan dengan, hasil yang didapatkan dari Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2007. 14 Anak usia 10 tahun ke atas berada pada bangku sekolah dasar kelas V dan kelas VI. Belum ada penelitian tentang hubungan pola makan dengan pola defekasi pada anak usia sekolah dasar di kota Semarang. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai hubungan pola makan terhadap pola defekasi pada anak kelas V dan kelas VI sekolah dasar di Semarang. Hal ini dikarenakan kelainan pola defekasi sangat dipengaruhi oleh pola makan dan kelainan dapat menimbulkan gangguan pada anak usia sekolah dasar untuk dapat melakukan aktivitasnya seharihari. 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara pola makan, khususnya asupan serat dan cairan dengan pola defekasi pada siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar?

4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis hubungan pola makan, khususnya asupan serat dan cairan dengan pola defekasi pada siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui asupan serat dan cairan pada siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar 2. Mengalisis hubungan asupan serat dan cairan terhadap frekuensi defekasi pada siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar 3. Menganalisis hubungan asupan serat dan cairan terhadap konsistensi feces pada siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar 1.4 Manfaat Penelitian 1. Melaporkan rata-rata jumlah asupan serat dan cairan siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar 2. Memberikan bukti adanya hubungan pola makan, khususnya asupan serat dan cairan dengan pola defekasi pada siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

5 1.5 Orisinalitas Penelitian mengenai hubungan pola makan dengan pola defekasi yang telah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya seperti yang tertera pada tabel berikut : Tabel 1. Orisinalitas No Judul Penelitian 1 Hubungan Asupan Serat dan Air dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor Peneliti Metodologi Variabel Hasil Elyzzabeth M, dkk Tahun 2014 Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian BOPTN-Lintas Fakultas yang berjudul "Pola Konsumsi Pangan Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah". Desain yang digunakan adalah crosssectional study. Penelitian dilakukan di 20 sekolah dasar pada anak kelas V dan VI SD di kota Bogor pada bulan Agustus 2013 sampai Februari 2014. Variabel bebas : asupan serat, air minum Variabel terikat : frekuensi buang air besar (BAB), Konsistensi tinja, rasa nyeri ketika BAB, keluhan konstipasi Sebagian besar subjek memiliki konsistensi feses normal dengan frekuensi 6 kali/minggu. Terdapat hubungan signifikan antara asupan serat dengan frekuensi BAB dan konsistensi feses (p<0,05). Tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan serat dengan rasa nyeri ketika BAB; asupan serat dengan frekuensi BAB, rasa nyeri ketika BAB dan konsistensi feses; asupan serat dan air dengan konstipasi (p.0,05)

6 2 Nutrition and Lifestyle in Relation to Bowel Movement Frequency : a crosssectional study of 20630 men and women in EPIC- Oxford Miguel A S,dkk Tahun 2003 Penelitian ini menggunakan data prospectif dengan analisis cross-sectional. Pola defekasi dihubungkan dengan beberapa faktor, yaitu umur, index massa tubuh, pola makan, asupan serat, asupan cairan, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, status pekerjaan, rokok, menopause. Frekuensi defekasi dikategorisasikan menjadi kurang dari 7 kali per minggu dan lebih atau sama dengan 7 kali per minggu. Variabel bebas : usia, index massa tubuh, pola makan, asupan serat, asupan cairan, penggunaan alkohol, aktivitas fisik, status pekerjaan, menopause, dan penggunaan hormon replacement therapy Varabel terikat : frekuensi defekasi. Frekuensi defekasi lebih tinggi pada kelompok vegetarian dan terutama pada kelompok vegan dibandingkan dengan kelompok yang memakan daging. Terdapat peningkatan frekuensi defekasi per minggu pada kelompok dengan konsumsi serat dan cairan yang tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas dan frekuensi defekasi pada wanita. Terdapat hungungan yang signifikan antara penggunaan alkohol dengan frekuensi defekasi pada laki-laki. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian ini dilakukan di kota Semarang pada siswa kelas V dan kelas VI sekolah dasar. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu frekuensi defekasi dan konsistensi feces.