PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA DAN AIR CUCIAN BERAS PADA BIBIT KARET

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN AMPAS TEH

PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI PADA BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR KLON PB 260

UJI BEBERAPA JENIS KOMPOS PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) STUM MINI

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

APLIKASI PUPUK PELENGKAP CAIR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (brassica juncea L.)

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell Erg) KLON UNGGUL PENGHASIL LATEKS-KAYU PADA MEDIUM YANG MENGGUNAKAN KOMPOS SAMPAH KOTA

UJI PEMBERIAN KOMPOS Azolla microphylla PADA PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MINI

Givo Alzeri 1, Sampurno 2, Murniati 2 Departement of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT

PERTUMBUHAN BEBERAPA KLON BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA TANAH GAMBUT DAN PODSOLIK MERAH KUNING

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 12, No. 2, Oktober 2013

PEMBERIAN PUPUK VERMIKOMPOS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR Azolla pinnata PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

UJI BERBAGAI DOSIS KOMPOS LIMBAH TATAL KARET TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET(Hevea brasiliensis) ASAL OKULASI

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KARET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK DAN KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE MAIN NURSERY

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

APLIKASI PUPUK N,P,K DAN MINERAL ZEOLIT PADA MEDIUM TUMBUH TANAMAN ROSELLA (Hibisccus sabdariffa, L) By Oki Riandi, Armaini and Edison Anom

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

169 ZIRAA AH, Volume 35 Nomor 3, Oktober 2012 Halaman ISSN

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN APLIKASI TRICHODERMA sp DAN PUPUK MAJEMUK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

PEMBERIAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) DAN NPK TABLET TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

PENGARUH PUPUK ORGANIK GRANUL DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) OKULASI

PENGARUH KOMPOS LIMBAH SAYUR-SAYURAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN LIDAH BUAYA

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

APLIKASI TRICHO-KOMPOS JERAMI PADI DAN ABU SERBUK GERGAJI PADA PEMBIBITAN AWAL KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) F ahmi, Sampoerno, Armaini

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

Arizal Muhammad Bagus 1, Armaini 2, Fetmi Silvina 2 Departement of Agroteknologi, Faculty of Agriculture, University of Riau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

Oleh : Bambang Supriyanto Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK UREA DAN PUPUK ORGANIK CAIR ELANG BIRU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET PB 260 (HEVEA BRASILIENSIS L.)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR BIOGAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) PADA STUM MINI KLON PB 260

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

PENGARUH PEMBERIAN NIGHSOIL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAK CHOY (Brassica chinensis L)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA PEMBIBITAN UTAMA

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

APLIKASI SOLID PADA MEDIUM BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI MAIN NURSERY

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMANSELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa) PADA TANAH INCEPTISOL DENGAN APLIKASI ABU CANGKANG KELAPA SAWIT

THE EFFECT OF COCONUT WATER CONSENTRATION ON DRAGON FRUIT (Hylocereus costaricencis) NURSERY

PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEH DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.)

Effect Of Giving Composted Contains Cow Rumen and NPK Fertilizer On The Palm Oil Seed Growth (Elaeis guineensis Jacq.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

PEMBERIAN KOMPOS TKKS DAN PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

Muhammad Arif 1, Murniati 2, Ardian 2 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Riau

Keywords: oil palm seedling, ZPT Ghost, NPK Fertilizer

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

WAKTU PERENDAMAN BENIH DENGAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA DAN AIR CUCIAN BERAS PADA BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR GIVING YOUNG COCONUT WATER AND RICE WATER RUBBER SEED (Hevea brasiliensis) SLEEPING EYES STUM Dwi Indah Purniawati, Sampurno, Armaini Departement of Agroteknologi, Faculty of Agriculture, University of Riau dwiindah_purniawati@yahoo.com (0856558056) ABSTRACT The objective of this study was to determine the best effect of giving interval coconut water and rice water dosage on the growth of rubber seeds sleeping eyes stum. The experiment was carried out in the greenhouse of Agriculture Faculty University of Riau, from February to May 04. The study arranged experimentally using Completely Randomized Design(CRD) factorial two factor, factor I is an interval giving coconut water consists of 3 levels: 3 days, 6 days and 9 days. Factor II is rice water dosage consists of 3 levels: 0.75 l/plant, l/plant and.5 l/plant and there are 9 combinations of treatments and treatments was repeated 3 times then obtained 7 experimental units, with each unit 3 seeds population. Parameters measured were the time of buds growth, trunk height, trunk diameter,number of leaves and leaf width. Data were analyzed statistically using ANOVA and followed by DNMRT at level of 5%. The results showed that the combination of intervals and coconut water 9 days and a dose of rice water,5 l/plant is the best result for trunk diameter, number of leaves and leaf width. Keywords: rubber seeds sleeping eyes stum, coconut water, rice water PENDAHULUAN Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia terutama di Provinsi Riau, baik berupa perkebunan rakyat maupun dalam bentuk perkebunan besar. Menurut data Dinas Perkebunan tercatat bahwa luas lahan karet di Provinsi Riau pada tahun 00 yaitu 499.490 ha dengan produktivitas 336,670 kg/ha/tahun, tahun 0 luas lahan karet 504.93 ha dengan produktivitas 333,069 kg/ha/tahun. Data diatas menunjukkan bahwa terdapat penurunan produktivitas karet di Riau (Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 0). Penurunan produktivitas karet di Riau disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kecendrungan masyarakat masih banyak menggunakan bibit karet yang bukan berasal dari klon unggul, umur tanaman yang lebih dari 0.. JOM Faperta Vol. No. Februari 05

tahun, sehingga perlu peremajaan dengan menggunakan bibit okulasi. Stum mata tidur merupakan salah satu hasil dari okulasi. Okulasi bibit karet stum mata tidur memiliki keunggulan yakni bibit dapat tumbuh seragam dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit, sedangkan kelemahan yang sering dihadapi para pekebun jika menggunakan okulasi bibit karet stum mata tidur ialah terhambatnya pertumbuhan tunas dan akar sehingga terjadi kematian stum, oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah hal tersebut. Salah satu pencegahan kematian bibit karet stum mata tidur ini yakni dengan pemberian ZPT. ZPT ada yang berasal dari bahan alami dan ada juga yang berasal dari buatan manusia (sintetik).sitokinin dan auksin yang alami banyak ditemukan di alam salah satunya terdapat didalam air kelapa terutama dalam air kelapa muda. Kandungan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh adalah sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan sedikit giberelin (Morel, 974 dalam Widiastoty dkk., 997). Oleh karena itu penggunaan air kelapa muda dalam diharapkan dapat merangsang pertumbuhan tunas dan akar pada bibit karet stum mata tidur. Bibit karet stum mata tidur juga membutuhkan unsur hara yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan batang. Unsur hara yang dibutuhkan diduga banyak terdapat dibahan organik alami seperti air cucian beras. Air cucian beras mengandung unsur hara yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Hasil analisis air cucian beras yang difermentasikan selama minggu mengandung N sebanyak 008,06 mg/l, P,38 mg/l, K 4,9 mg/l, Mg 84,00 mg/l, Ca 800,00 mg/l, sulfida 93,mg/l dan ph 3,83 (Santoso, 005). Pada bibit karet stum mata tidur, belum diketahui aplikasi pemberian air kelapa muda dan air cucian beras yang tepat yang dapat memacu pertumbuhan bibit karet stum mata tidur dan dengan pemberian air kelapa muda pada interval yang berbeda yang diberikan secara bersamaan dengan air cucian beras dengan dosis tertentu, diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. Pemberian air kelapa dengan interval dan dosis air cucian beras yang tepat diprediksi dapat memperbaiki kondisi medium dan mencukupi ketersediaan hara untuk memacu pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian tentang pemberian air kelapa muda dan air cucian beras pada pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis) stum mata tidur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan dosis air cucian beras serta mendapatkan perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. JOM Faperta Vol. No. Februari 05

BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jl Bina Widya KM,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru, dengan ketinggian tempat 0 meter diatas permukaan air laut. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 04. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah topsoil, Pupuk NPK, polybag, bibit karet stum mata tidur klon PB-60, air kelapa muda jenis kelapa dalam, air cucian beras terfermentasi, Dithane M-45 dan Sevin 85-EC. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gembor, jangka sorong, ember, meteran, gelas ukur, sprayer dan alat penunjang lainnya. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari faktor, faktor pertama terdiri dari 3 taraf, dan faktor kedua terdiri dari 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu tumbuh mata tunas (hari) Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara dan dosis air cucian beras tidak memberikan pengaruh nyata terhadap waktu tumbuh mata tunas, sedangkan pada faktor utama interval pemberian air kelapa muda dan faktor utama taraf, sehingga didapat 9 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan kombinasi diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 7 unit percobaan. Pada setiap unit percobaan terdiri dari 3 tanaman, tanaman digunakan sebagai sampel. Faktor pertama adalah (K) terdiri dari: K = 3 hari sekali, K = 6 hari sekali, K 3 = 9 hari sekali. Faktor kedua adalah dosis air cucian beras (P) terdiri dari: P = 0,75 l/tanaman, P = l/tanaman, P 3 =,5 l/tanaman. Pemeliharaan selama penelitian yaitu penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Parameter yang diamati adalah waktu tumbuh mata tunas (hari), tinggi bibit (cm), diameter bibit (cm), jumlah daun (cm), dan luas daun (cm ) Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) dan dianalisis lebih lanjut menggunakan uji Duncan s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. dosis air cucian beras memberikan pengaruh nyata. Waktu tumbuh mata tunas setelah diuji lanjut dengan Duncans Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% menunjukkan perbedaan nyata dan hal ini dapat dilihat pada Tabel. JOM Faperta Vol. No. Februari 05

Tabel.Waktu tumbuh mata tunas bibit karet stum mata tidur (hari) dengan interval pemberian airkelapa muda dan dosis air cucian beras. Interval pemberian Dosis air cucian beras (l/tanaman) air kelapa muda 0,75,00,5 Rerata 3 hari 3,00 a 3,00 a 3,67 a 3, a 6 hari 3,33 a 3,00 a 5,00 ab 3,78 a 9 hari 5,00 ab 6,33 bc 8,00 c 6,44 b Rerata 3,78 a 4, a 5,56 b Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Data pada Tabel menunjukkan bahwa semua kombinasi perlakuan 3 hari sekali sampai dengan 9 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75 l/tanaman sampai dengan,5 l/tanaman tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap waktu muncul tunas bibit karet stum mata tidur kecuali pada kombinasi perlakuan interval pemberian air kelapa muda 9 hari sekali dan dosis air cucian beras -,5 l/tanaman, dimana kedua perlakuan ini menunjukkan lambatnya muncul tunas dengan capaian waktu 6,33 hari sampai dengan 8 hari. Kombinasi interval pemberian air kelapa muda 3 hari hingga 6 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75- l/tanaman cenderung menunjukkan waktu muncul tunas tercepat yakni 3 hari sampai dengan 3,33 hari. Hal ini diduga karena air kelapa muda yang mengandung sitokinin yang diberikan dengan interval waktu yang lebih pendek dapat membantu pembelahan sel secara cepat, sehingga tunas lebih cepat muncul. Hal ini yang terbukti pada penelitian Afnur (00) dimana waktu tumbuh mata tunas bibit karet stum mata tidur klon PB 60 dalam polybag yang tidak diberi air kelapa muda lebih lama muncul tunasnya yakni berkisar antara 3,99-33,56 hari. Pemberian air kelapa yang mengandung sitokinin pada JOM Faperta Vol. No. Februari 05 konsentrasi yang tepat dan interval waktu yang singkat, dapat memacu pembelahan sel pada bibit karet stum mata tidur, hal ini sesuai dengan penelitian Simtalia (03) bahwa pada peningkatan dosis air kelapa muda hingga 750 cc/l air dapat mempercepat pertumbuhan tunas pada bibit karet stum mata tidur. Pembentukan tunas juga dipengaruhi oleh adanya pembentukan akar pada bibit, dimana akar yang terbentuk akan membantu penyerapan unsur hara, sehingga tunas dapat berkembang. Menurut Marchino (0) waktu tumbuh mata tunas bibit karet stum mata tidur ada kaitannya dengan proses pembentukan dan perkembangan akar. Apabila akar telah terbentuk dan berkembang dengan baik maka tunas juga akan ikut terbentuk. Pada bibit karet stum mata tidur, pembentukan akar pertama kali lebih didorong oleh cadangan makanan yang ada pada batang bawah, sehingga pertumbuhan tunas-tunas baru juga terpacu. Kecepatan muncul tunas ditentukan juga oleh kondisi bahan tanam, selain itu dibutuhkan pula auksin dan unsur hara yang seimbang untuk pertumbuhan stum. Auksin yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang akan mendukung pertumbuhan stum menjadi lebih baik. Golongan sitokinin dan auksin dapat memacu pertumbuhan sehingga mata tunas tumbuh lebih baik. Sitokinin bila bekerja bersama dengan auksin akan

memiliki peranan penting dalam pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar (Werner dkk., 00). Air cucian beras banyak mengandung unsur hara seperti N, P dan K. Menurut Salisbury dan Ross (995) unsur N berfungsi dalam merangsang pertumbuhan tanaman, Tinggi Batang Hasil sidik ragam tinggi batang menunjukkan bahwa interaksi dan dosis air cucian beras dan pada faktor utama dosis air cucian beras berpengaruh tidak nyata, sedangkan pada faktor utama interval pemberian unsur P berfungsi dalam merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel serta unsur K berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis. air kelapa muda berpengaruh nyata.tinggi batang setelah diuji lanjut dengan Duncans Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% menunjukkan perbedaan nyata, hal ini dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Tinggi batang (cm) dengan dan dosis air cucian beras. Interval pemberian Dosis air cucian beras (l/tanaman) air kelapa muda 0,75,00,5 Rerata 3 hari 7,47 c 8,8 c 6,98 c 7,75 c 6 hari 30,63 bc 34,30 abc 33,63 abc 3,86 b 9 hari 38,5 ab 40,07 a 38,5 ab 39,03 a Rerata 3,0 a 34,39 a 33,04 a Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yangsama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Tabel menunjukkan bahwa kombinasi interval pemberian air kelapa muda 3 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75-,5 l/tanaman tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan kombinasi interval pemberian air kelapa muda 6 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75-,5 l/tanaman terhadap tinggi batang, tetapi berbeda nyata dengan kombinasi interval pemberian air kelapa muda 9 hari dan dosis air cucian beras 0,75-,5 l/tanaman. Kombinasi interval pemberian air kelapa muda 9 hari sekali dan dosis air cucian beras l/tanaman merupakan hasil terbaik pada parameter tinggi batang yakni 40,07 cm. Hal ini diduga kombinasi JOM Faperta Vol. No. Februari 05 9 hari sekali dan dosis air cucian beras l/tanaman merupakan interval dan dosis optimum untuk pertambahan tinggi batang. Tinggi batang pada bibit karet stum mata tidur dipengaruhi oleh pemberian bahan organik dan auksin, dimana bahan organik dan auksin ini memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. Bahan organik yang ada dalam air cucian beras berperan dalam penyedia unsur hara sedangkan auksin yang terdapat dalam air kelapa muda dapat merangsang pertumbuhan akar sehingga suplai unsur hara dari dalam tanah menuju kebagian tubuh tanaman

dapat terpenuhi. Menurut Dwijosaputro (985) dalam Hardi (008) tanaman akan tumbuh subur apabila unsur hara yang diperlukan oleh tanaman tersebut tersedia dalam konsentrasi yang sesuai untuk diserap tanaman sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik bagi tanaman. Air kelapa muda yang diberikan dalam interval 9 hari sekali sudah optimum dalam memenuhi kebutuhan bibit dan jika diberikan bersamaan dengan air cucian beras akan meningkatkan pertambahan tinggi batang bibit karet stum mata tidur. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur diberikan dalam interval yang tepat dan bahan organik yang Diameter Batang (cm) Hasil sidik ragam diameter batang menunjukkan bahwa interaksi dan dosis air cucian beras dan pada faktor utama interval pemberian air kelapa muda memberikan pengaruh nyata, sedangkan pada faktor utama diberikan dalam dosis yang seimbang telah mampu memenuhi pertambahan tinggi bibit karet stum mata tidur, tetapi setelah dosis ditingkatkan, bibit karet stum mata tidur cenderung mengalami penurunan tinggi batang, hal ini disebabkan telah optimalnya unsur hara yang diterima oleh bibit karet stum mata tidur. Sejalan dengan pendapat Gardner dkk. (008) unsur hara makro dan mikro yang diberikan sampai batas tetentu mampu meningkatkan pembentukan protein, karbohidrat dan lemak. Protein, karbohidrat dan lemak yang dibentuk tanaman dalam proses fotosintesis dan asimilat digunakan oleh tanaman untuk pembentukan dan perkembangan sel-sel baru. dosis air cucian beras tidak memberikan pengaruh nyata.diameter batang setelah diuji lanjut dengan Duncans Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% meunjukkan perbedaan nyata dan hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Diameter batang (cm) dengan dan dosis air cucian beras. Interval pemberian Air cucian beras (l/tanaman) air kelapa muda 0,75,00,5 Rerata 3 hari 0,45 e 0,45 e 0,44 e 0,44 c 6 hari 0,55 d 0,60 cd 0,67 bc 0,6 b 9 hari 0,78 a 0,6 cd 0,7 ab 0,7 a Rerata 0,59a 0,55a 0,6a Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Tabel 3 menunjukkan kombinasi 9 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75 l/tanaman merupakan perlakuan yang menghasilkan diameter terbesar yakni 0,78 cm dan berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya kecuali dengan perlakuan interval 9 hari sekali dengan dosis,5 JOM Faperta Vol. No. Februari 05 l/tanaman. Hal ini diduga karena kandungan sitokinin dan auksin yang terdapat didalam air kelapa muda dan unsur K pada air cucian beras telah mampu memacu pertumbuhan bibit karet stum mata tidur dalam pembelahan dan pembesaran sel. Air kelapa muda yang mengandung sitokinin dan auksin

selain bekerja dalam proses pembelahan sel juga berperan dalam pembesaran diameter. Sejalan dengan pendapat Lakitan (000) auksin memacu pemanjangan dan pembesaran diameter batang pada potongan akar dan batang pada beberapa spesies. Diameter batang, selain membutuhkan auksin dalam memacu perkembangan diameter, juga memerlukan adanya suplai unsur hara Jumlah Daun (helai) Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi dan dosis air cucian beras, serta faktor utama pemberian dosis air cucian beras berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, sedangkan yang terdapat dalam air cucian beras diantaranya unsur N, P dan K. Lingga dan Marsono (00) menyatakan unsur N dalam jumlah yang cukup berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun. K berperan dalam mengaktifkan beberapa enzim, memacu karbohidrat dari daun ke organ tanaman lainnya termasuk batang.unsur P berperan dalam perkembangan sel tanaman. pada faktor utama interval pemberian air kelapa muda berpengaruh nyata. Jumlah daun setelah uji lanjut dengan Duncans Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% memberikan pengaruh nyata dan hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.Jumlah daun bibit karet stum mata tidur (helai) dengan interval pemberian air kelapa muda dan dosis air cucian beras. Interval pemberian Air cucian beras (l/tanaman) air kelapa muda 0,75,00,5 Rerata 3 hari 9,33 d 9,33 d,00 cd 9,89 c 6 hari,67 bcd 3,67 abc 4,33 ab 3, b 9 hari 5,00 a 6,00 a 6,00 a 5,67 a Rerata,00 b 3,00 ab 3,78 a Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi interval pemberian air kelapa muda 9 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75 l/tanaman hingga,5 l/tanaman merupakan perlakuan dengan jumlah daun terbanyak (5-6 helai) dan berbeda nyata dengan 3 hari sekali hingga 6 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75 l/tanaman hingga,5 l/tanaman terhadap jumlah daun, kecuali dengan kombinasi 6 hari sekali dan dosis air cucian beras l/tanaman hingga,5 l/tanaman. Hal JOM Faperta Vol. No. Februari 05 ini diduga karena interval pemberian air kelapa muda 6-9 hari sekali merupakan interval pemberian yang lebih baik untuk memacu auksin bekerja lebih efektif dan dibarengi dengan peningkatan perlakuan dari air cucian beras maka semakin meningkat unsur N yang diserap bibit sehingga akan meningkatkan pertambahan jumlah daun. Air cucian beras yang mengandung unsur N diduga dapat mempengaruhi pertumbuhan daun. Sejalan dengan pendapat Lakitan (000) unsur N akan menghasilkan

protein yang berfungsi dalam pembentukan sel-sel dan klorofil. Adanya klorofil yang cukup pada daun, dapat menyebabkan daun berkemampuan untuk menyerap cahaya matahari sehingga terjadi proses fotosintesis yang kemudian menghasilkan energi yang diperlukan sel untuk melakukan aktifitas pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat pada daun. Interval pemberian air kelapa muda terlama (9 hari sekali) yang diberikan secara bersamaan dengan dosis air cucian beras dengan dosis yang tinggi (l/tanaman hingga,5 l/tanaman)menghasilkan jumlah daun terbanyak, hal ini diduga karena auksin yang terdapat dalam air kelapa muda yang diserap oleh bibit karet stum mata tidur bersama dengan unsur P yang terdapat dalam air cucian beras, dapat meningkatkan pertumbuhan daun pada bibit karet Luas Daun (cm ) Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa interaksi dan dosis air cucian beras, dan faktor utama interval pemberian air kelapa muda serta faktor utama dosis air stum mata tidur. Hal ini sejalan dengan pendapat Hardi (008) yang menyatakan bahwa bibit karet stum mata tidur membutuhkan hormon auksin yang mampu bersenyawa dengan unsur hara. Jumlah daun juga ada hubungannya dengan panjang tunas bibit, karena semakin banyak ruas pada tunas akan menyebabkan bertambahnya ruas tempat tumbuh daun. Selain itu juga unsur hara yang cukup tersedia berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif seperti panjang tunas dan jumlah daun. Lingga dan Marsono (997) menyatakan bahwa jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah untuk pertumbuhan, pada dasarnya harus berada dalam keadaan yang cukup dan seimbang agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. cucian beras, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun. Luas daun setelah uji lanjut dengan Duncans Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas daun bibit karet stum mata tidur dengan interval pemberian air kelapa muda dan dosis air cucian beras Interval pemberian Air cucian beras (l/tanaman) air kelapa muda 0,75,00,5 Rerata 3 hari 99,36 a 99,40 a 03,33 a 00,89 a 6 hari 05,77 a 03,33 a 0,6 a 03,90 a 9 hari 05,95 a 06,34 a 0,9 a 07,67 a Rerata 03,69 a 03,0 a 05,8 a Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yangsamaberbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan bahwa semua kombinasi interval pemberian air kelapa muda 3 hari hingga 9 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75 l/tanaman hingga,5 l/tanaman JOM Faperta Vol. No. Februari 05 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap luas daun, tetapi pada 9 hari sekali dan pada peningkatan dosis air cucian beras hingga,5

l/tanaman cenderung menunjukkan lebih luasnya daun, dengan capaian luas 0,9 cm. Hal ini karena semakin tinggi dosis air cucian beras dan air kelapa muda yang diberikan dengan interval semakin lama, dapat menyebabkan unsur hara dan hormon terserap dengan baik oleh bibit, sehingga pertumbuhan akan semakin baik. Pemberian perlakuan interval pemberian air kelapa muda dan dosis air cucian beras, mampu merangsang serta memenuhi zat yang dibutuhkan oleh bibit karet stum mata tidur dalam memacu jaringan-jaringan tanaman untuk bekerja dan beraktivitas seperti pada daun, batang dan akar, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan daun yang dibutuhkan selama fase vegetatif berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Golsworthy dan Fisher (996) perkembangan tanaman tergantung kepada hubungan antara nutrisi, hormon, faktor lingkungan dan susunan genetik individu tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian pemberian air kelapa dan air cucian beras pada pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis) stum mata tidur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:. Kombinasi interval pemberian air kelapa muda 9 hari sekali dan dosis air cucian beras 0,75 l/tanaman hingga,5 l/tanaman cenderung memberikan peningkatan Saran Berdasarkan hasil penelitian, untuk pembibitan karet stum mata Luas daun pada bibit karet stum mata tidur dipengaruhi oleh pemberian sitokinindan bahan organik, dimana sitokinin dan bahan organik memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan bibit karet. Sejalan dengan pendapat Lakitan (000) Sitokinin berperan dalam merangsang pertumbuhan jaringan muda seperti daun. Interval air kelapa muda bila diberikan secara bersamaan dengan air cucian beras dalam dosis yang seimbang, akan memberikan hasil luas daun terluas. Hal ini disebabkan auksin bersama dengan unsur N yang diberikan dalam dosis yang seimbang, akan mempercepat pembentukan sel dan jaringan muda pada bibit karet stum mata tidur. Hal ini sejalan dengan pendapat Djafarudin (987) dalam Hardi (008) tanaman dapat berkembang dengan baik apabila hormon dan unsur hara yang diberikan tersedia cukup bagi tanaman, dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. pertambahan terhadap diameter batang, tinggi batang, jumlah daun dan luas daun bibit karet stum mata tidur, namun tidak dapat mempercepat pengaruh terhadap waktu tumbuh tunas.. Perlakuan terbaik diperoleh pada kombinasi interval pemberian air kelapa muda 9 hari sekali dan dosis air cucian beras,5 l/tanaman terhadap diameter batang, jumlah daun dan luas daun. tidur disarankan menggunakan kombinasi air kelapa muda pada interval 9 hari sekali, dan dosis air cucian beras,5 l/tanaman. JOM Faperta Vol. No. Februari 05

DAFTAR PUSTAKA Afnur, B. 00.Pengaruh pupuk NPKMg (5-5-6-4) dan pupuk organik ostarika terhadap pertumbuhan bibit okulasi tanaman karet (Hevea brasiliensis muell.) di polybag.skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNAND. Padang. Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 0. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Riau. Pekanbaru. Gardner F.P., R.B. Pearce dan R.L.Mitchell. 008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Goldsworthy, P.R dan Fisher. 996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Hardi, J. 008. Aplikasi IAA dan PPC organik terhadap pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru. Lakitan, B. 000.Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Rajawali Press. Jakarta. Lingga dan Marsono. 997. Petunjuk Penggunaan Pupuk.Penebar swadaya. Jakarta. Marchino, F. 0. Pertumbuhan stum mata tidur beberapa klon entres tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.) pada batang bawah PB 60 di lapangan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Salisbury, F.B dan Ross. 995. Fisiologi Tumbuhan (jilid ). ITB. Bandung. Santoso, E. 005.Pemanfaatan fermentasi alami air limbah cucian beras sebagai pupuk hayati untuk tanaman selada. Skripsi Fakultas Pertanian UniversitasRiau, Pekanbaru. (Tidak Dipublikasikan). Simtalia, M. 03. Pertumbuhan bibit karet (Hevea Brasiliensis) stum mata tidur dengan pemberian air kelapa dan ampas teh. Skripsi Fakultas Pertanian UniversitasRiau, Pekanbaru. (Tidak Dipublikasikan). Werner, T., Motyka., Strnad dan Schmulling. 00. Regulation of Plant Growth by Cytokinin. USA. Widiastoety, D., S. Kusumo dan Syafni. 997. Pengaruh Tingkat Ketuaan Air Kelapa dan Jenis Kelapa terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium. J. Hort. 7: 768-77. JOM Faperta Vol. No. Februari 05