BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET DENGAN TEKNIK LIKUISOLID DAN BAHAN Ko-PROSES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

FORMULASI ODT DIMENHIDRINAT DENGAN TEKNIK LIKUISOLID MENGGUNAKAN FLOCEL, AMILUM KULIT PISANG AGUNG, DAN CROSPOVIDONE SEBAGAI BAHAN KO- PROSES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FORMULASI ODT DIMENHIDRINAT DENGAN TEKNIK LIKUISOLID MENGGUNAKAN FLOCEL, LAKTOSA, AMILUM KULIT PISANG AGUNG, DAN CROSPOVIDONE SEBAGAI BAHAN KO-PROSES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

identik dengan semua campuran unit lainnya dalam campuran serbuk. Metode campuran interaktif dapat digunakan dengan mencampur partikel pembawa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita

AMELIA PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Dalam proses pembuatan tablet, bahan aktif dapat diformulasikan bersama dengan bahan tambahan farmasetik atau tanpa bahan tambahan. Sifat bahan aktif yang memiliki berbagai variasi mulai dari ukuran, bentuk, berat, kekerasan, dan ketebalan, maka memiliki waktu hancur yang berbeda juga. Tablet konvesional saat ini dapat dicetak menggunakan cara kompresi. Kemajuan teknologi yang berkembang pesat dibidang farmasi memberikan banyak kemudahan dalam proses pencetakan tablet. Penggunaan teknologi alat yang dilengkapi dengan punch dan die dalam berbagai ukuran memudahkan dalam pencetakan tablet. Tekanan atau kompresi yang sama dan kecepatan yang tinggi dalam produksi tablet, memudahkan memproduksi tablet yang berukuran konstan. Pada teknologi terdahulu, pembuatan tablet dengan cara mencetak formula kedalam cetakan, menggunakan mesin alat tangan yang ditekan kemudian dikeluarkan dari cetakannya setelah itu tablet dibiarkan kering (Ansel dan Ibrahim, 1989). Berbagai jenis tablet beredar di pasaran, mulai dari tablet cetak, tablet triturat, tablet hipodermik, tablet bukal, tablet efervesen, tablet kunyah, tablet multilapis, tablet vaginal, tablet hancur cepat, dan tablet hisap. Tablet sebaik apapun jika tidak mengenai sasaran target penyembuhan tidak akan berarti, maka diperlukan sistem penghantaran obat yang baik supaya dapat mencapai target yang sesuai. Tablet dapat dihantarkan melalui beragam cara mulai dari formulasi yang sederhana, 1

immediate release, sediaan pelepasan diperlama maupun pelepasan modifikasi. Dalam hal ini perlu dipikirkan sistem pelepasan mana yang diinginkan supaya sediaan mencapai target, dengan mempertimbangkan jumlah dan kecepatan yang akan dihantarkan dengan stabilitas bahan aktif sediaan. Metode pembuatan tablet kompresi antara lain adalah granulasi basah, granulasi kering dan secara kempa langsung. Pada ketiga metode ini memiliki masing masing kelemahan dan keunggulan, pemilihan penggunaan metode ini tergantung dari bahan aktif yang digunakan (Agoes, 2012). Tablet konvensional memiliki kelemahan untuk aplikasi pada pasien, tablet konvesional mengharuskan pasien untuk dapat menelan obat, sedangkan beberapa kalangan pasien memang sukar untuk menelan obat secara oral terlebih lagi disaat berpergian atau pasien tidak memiliki akses air minum. Untuk pasien yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan menelan obat, biasanya cenderung akan menggerus obat sehingga tujuan targetnya tidak terpenuhi. Berdasarkan kekurangan yang dimiliki oleh tablet konvensional tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang sediaan ODT yang memiliki keuntungan tidak perlu diminum menggunakan air, dapat menutupi rasa dari bahan aktif, dan cepat melarut dalam saliva. Sediaan ODT dibuat dengan sistem penghantaran dengan kelarutan cepat, sistem inilah yang mulai dikembangkan dewasa ini. Sediaan ODT ini dirancang dalam waktu kurang dari satu menit harus dapat melarut dalam air saliva kemudian baru diabsorpsi dalam saluran cerna (Gastro Intestinal Track). Sistem ini memiliki banyak julukan antara lain quick dissolving delivery system, quick desintegrating, orally desintergrating, mouth dissolve dosage forms, maupun melt in mouth dosage forms. Sediaan ini banyak dikembangkan mengingat sistem kerjanya yang cepat, mudah ditranspor, memiliki rasa yang enak dan tidak memerlukan air dalam jumlah yang 2

banyak (Agoes, 2012). Sediaan ODT salah satu sediaan alternatif yang sebagian besar digunakan kepada pediatri dan geriati yang memiliki keterbatasan dalam menelan tablet, dengan adanya sediaan ODT diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien sehingga tujuan terapi pasien terpenuhi (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013). Sediaan ODT juga diperuntukan kepada pasien dengan keterbatasan atau cacat, pasien mual, untuk orang yang sedang berpergian dan pasien yang berada ditempat yang miliki sedikit atau tidak ada akses air, sediaan ODT menjadi kandidat yang sangat baik bagi pasien (Deepak et al., 2012). Sediaan ODT memiliki kecepatan melarut yang tinggi, cepat diabsorbsi dan awal kerjanya cepat tercapai. ODT diabsorbsi mulai dari mulut, fahring, esofagus bersama dengan air saliva dan dicerna dalam saluran cerna, terkadang bioavailabilitasnya lebih tinggi dari pada tablet konvensional. Bahan tambahan yang paling penting digunakan dalam sediaan ODT ini adalah superdisintegran, dalam penelitian ini dipilih AcDiSol sebagai superdisintegran. AcDiSol memiliki daya mengembang 4-8 kali dalam waktu 10 detik, karena sifat mengembangnya ini terjadi tekanan dalam tablet kearah luar sehingga menyebabkan meningkatnya absorbsi air, dalam sediaan ODT yang dimaksud adalah air saliva, jika air yang diabsorbsi kedalam tablet banyak maka akan terjadi peningkatan volume sehingga tablet dapat pecah dengan segera. AcDiSol juga merupakan superdisintegran yang dapat digunakan didalam formulasi tanpa teknik likuisolid maupun cara granulasi (Anwar, 2012). Selain superdisintegran formula lain yang digunakan antara lain adalah pengikat, pengisi, dan pemanis. Pengikat yang dipilih adalah amilum kulit pisang Agung Semeru, amilum kulit pisang ini termasuk dalam pati dan derivatnya sehingga memiliki kandungan amilosa dan amilopektin. Pati memiliki afinitas yang cukup tinggi terhadap air sehingga dapat juga 3

dijadikan sebagai bahan penghancur ini merupakan fungsi dari amilosa. Sedangkan amilopektin dengan air akan membentuk gel atau suatu mucilago. Biasanya amilum cocok digunakan sebagai bahan pengikat dalam bentuk mucilago (Anwar, 2012). Pengisi yang digunakan adalah campuran dari flocel PH-101 dengan laktosa monohidrat. Pemanis yang digunakan adalah manitol, selain untuk pemanis manitol juga dapat digunakan sebagai pengisi. Manitol memiliki rasa yang enak, manis, halus, dingin, selain itu juga hanya sedikit yang diabsorbsi di dalam saluran cerna. Bahan tambahan jika diformulasikan tunggal akan menghasilkan formula yang kurang baik, maka dari itu digunakan koproses untuk memberikan fungsi yang lebih baik sehingga dapat menutupi kekurangan yang dimiliki jika bahan tambahan diformulasikan secara tunggal. Bahan ko-proses dapat didefinisikan sebagai kombinasi bahan dari dua atau lebih bahan tambahan pada proses pembuatannya. Tujuan dari pembuatan ko-proses sendiri ialah mendapatkan perbaikan fungsi dari bahan yang dibuat dan menghilangkan fungsi yang tidak diinginkan. Membuat bahan ko-proses sangat menarik karena produk dimodifikasi dengan cara khusus namun tidak mengubah struktur kimianya. Bahan yang telah dicampur dan sudah homogen diformulasi hingga membentuk granul. Keuntungan dari pembuatan bahan ko-proses antara lain adalah tidak adanya perubahan kimia, dapat meningkatkan sifat alir serta meningkatkan kompresibilitas (Patel dan Bhavsar, 2009). Dimenhidrinat merupakan obat yang memiliki efek antiemetik pertama yang dilaporkan pada tahun 1949 (Halpert et al., 2002). Termasuk dalam BCS (biopharmaceutical classificatio system) kelas II yang mempunyai kelarutan rendah dengan permeabilitas tinggi. Bahan aktif ini diformulasikan untuk pasien yang mengalami mabuk atau mual dalam perjalanan dalam bentuk larutan maupun tablet, dengan dosis 50-100 mg. 4

Dimenhidrinat termasuk golongan antihistamin, memiliki mula kerja obat 15-30 menit dengan durasi 3-6 jam (McEvoy, 2011). Penggunaan teknik likuisolid pada pembuatan tablet dimenhidrinat bertujuan meningkatkan kelarutan, sehingga bioavaibilitas dapat ditingkatkan. Dimenhidrinat merupakan anti-histamin tipe etanolamin yang termasuk reseptor antagonis H 1, yang terutama digunakan untuk mengobati mabuk perjalanan dan mual. Pada jangka pendek akan menyebabkan sedasi, ini merupakan efek samping utama yang ditimbulkan pada sistem saraf pusat hal ini kemungkinan disebabkan oleh aksi dari histamin. Histamin yang diproduksi pada posterior hipotalamus menghambat pelepasan serotonin dari saraf dalam otak, sedang sistem serotogenik sendiri merupakan modulasi tidur (Young et al., 1988). Dari sifat yang dimiliki oleh dimenhidrinat maka sistem kelarutan yang rendah harus ditingkatkan untuk mendapatkan bioavailabilitas yang baik. Dari tingkat kelarutan ini penulis akan menggunakan teknik likuisolid untuk meningkatkan kelarutannya. Bahan aktif yang memiliki tingkat kelarutan yang rendah atau buruk mengalami kesukaran tersendiri dalam formulasi sediaan farmasi, terutama dalam sistem penghantaran oral hal ini disebabkan karena bioavailabilitas yang dimiliki bahan aktif tersebut rendah dalam air dan dapat ditingkatkan kelarutannya melalui teknik likuisolid (Javadzadeh et al., 2007). Dimenhidrinat memiliki kelarutan yang rendah, untuk itu dipilih teknik likuisolid untuk meningkatkan kelarutannya. Pelarut non-volatile diperlukan dalam teknik ini dan digunakan sebagai campuran bahan dari bahan aktif padat supaya dapat menjadi suatu larutan maupun suspensi. Kriteria pelarut non-volatile yang dipakai biasanya bersifat inert hal ini supaya tidak bereaksi dengan bahan lain, diharapkan memiliki titik didih yang tinggi hal ini untuk menghindari adanya penguapan, dapat campur dengan pelarut 5

organik lain, dan memiliki viskositas yang tidak terlalu tinggi (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Bahan ko-proses yang dipilih berasal dari penelitian optimasi bahan ko-proses oleh Lusia (2015), Formula yang dioptimasi pada penelitian digunakan amilum kulit pisang agung semeru sebagai pengikat 2% dan AcDiSol sebagai superdisintegran sebesar 4% Formula yang dihasilkan berpengaruh signifikan terhadap hasil uji mutu granul yang dihasilkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah formula ODT dimenhidrinat menggunakan teknik likuisolid dengan pelarut non-volatile dan bahan ko-proses dapat menghasilkan mutu fisik sediaan ODT yang sesuai dengan kriteria persyaratan? 2. Bagaimana hasil uji stabilitas mutu fisik sediaan ODT dimenhidrinat dengan teknik likuisolid dan ODT dimenhidrinat tanpa teknik likuisolid pada proses penyimpanan selama satu bulan? 3. Bagaimana profil pelepasan secara in vitro ODT dimenhidrinat menggunakan teknik likuisolid dibandingkan dengan sediaan ODT dimenhidrinat tanpa teknik likuisolid dan tablet innovator dimenhidrinat? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui hasil mutu fisik sediaan ODT dimenhidrinat menggunakan teknik likuisolid dengan pelarut non-volatile dan bahan ko-proses sehingga mampu memenuhi kriteria persyaratan. 6

2. Untuk mengetahui hasil uji stabilitas mutu fisik sediaan ODT dimenhidrinat dengan teknik likuisolid dan ODT dimenhidrinat tanpa teknik likuisolid stabil selama proses penyimpanan satu bulan. 3. Untuk mengetahui profil pelepasan secara in vitro sediaan ODT dimenhidrinat dengan teknik likuisolid lebih baik dibanding dengan ODT dimenhidrinat tanpa teknik likuisolid dan tablet innovator dimenhidrinat. 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini ialah : 1. Penggunaan formula ODT dimenhidrinat dengan teknik likuisolid menggunakan pelarut non-volatile dan bahan ko-proses dapat menghasilkan mutu fisik sediaan ODT yang sesuai dengan kriteria persyaratan. 2. Mutu fisik ODT dimenhidrinat dengan teknik likuisolid dan ODT dimenhidrinat tanpa teknik likuisolid stabil selama penyimpanan satu bulan. 3. Profil pelepasan secara in vitro sediaan ODT dimenhidrinat dengan teknik likuisolid lebih baik jika dibandingkan dengan ODT dimenhidrinat tanpa teknik likuisolid dan tablet innovator dimenhidrinat. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan agar dapat memberi informasi yang bermanfaat mengenai pembuatan bahan ko-proses sediaan ODT, serta memberi informasi tentang perbedaan metode formulasi dengan teknik likuisolid atau tanpa teknik likuisolid dalam pembuatan sediaan ODT, sehingga dapat memberikan hasil fisik sediaan ODT yang baik dan 7

memiliki pelepasan secara in vitro yang lebih baik serta onset of action yang didapatkan lebih cepat. 8