BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

LAMPIRAN 1. Angket Pola Asuh Orangtua. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 4. Kelas : 5. Pendidikan Orangtua :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

Lampiran. Item Pola Asuh Authoritative. Aspek Indikator Item

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Di dalam keluarga pasti mengharapkan hadirnya keturunan berupa

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

BAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGADALAM LINGKARAN HIDUP KELUARGA. Oleh: As-as Setiawati

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG

Bab 4 ANALISIS DATA. untuk menunjukkan data-data yang sifatnya deskriptif yang berkenaan dengan

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

PENGANTAR ANGKET PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 66

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

No Skala : Usia pada waktu menikah : Jenis Kelamin : Usia sekarang : Lama Perkawinan : Pernah Bercerai : Ya / Tidak Alamat : PETUNJUK PENGISIAN Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

SKALA SIKAP PERILAKU BERMAIN GAME ONLINE DAN DISIPLIN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

TRILOGI NOVEL MARITO

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

SUSI RACHMAWATI F

Peran Orang Tua Dalam Membina Nilai Karakter Anak Di Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar. Sri Rahmayanti KS Anizar Ahmad, Fitriana

ABSTRAK

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

52 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan karakter dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

KATA PENGANTAR. Angket ini berisi daftar pernyataan yang berhubungan dengan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB IV. ANALISIS MOTIVASI BELAJAR SISWA MTs NURUL QOMAR KERGON PEKALONGAN DALAM KELUARGA BROKEN HOME

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif pada lingkungannya. 1 Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Yang Di Keluarkan Oleh Kemendiknas, materi pendidikan karakter di keluarga setidaknya memuat 18 nialai, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai perestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. 2 Dari kedelapan belas nilai dalam pendidikan karakter tersebut, FR, PR, VL, dan NN sudah mampu melaksanakan ajaran agama yang dianut meskipun belum sempurna, ini terlihat dari sikap mereka yang masih sering meninggalkan sholat, sehingga belum sholat 5 waktu. Selain itu, para remaja berperilaku sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Tetapi remaja VL masih sering tidak jujur karena adanya sikap mendikte dan selalu di larang dan dimarahi oleh nenek ketika keluar rumah. Remaja VL 1 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: solusi yang tepat untk Membangun Bangsa, (Bogor: Herritage Foundation, 2004), h. 110 2 Amirulloh Syarbini, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga, (Yogyakarta: Ar-Ruz media, 2016), h.158 97

98 memiliki sikap dan nilai toleransi yang kurang, hal ini terlihat dari sikap sering mengabaikan dan tidak menghargai anggota keluarga yang mengerjakan sholat ketika VL sedang menonton TV. selain itu, remaja FR, VL, NN memiliki kedisiplinan yang kurang, hal ini terlihat dari kebiasaan setelah pulang sekolah yang hanya di isi dengan memonton TV dan jam tidur yang tidak teratur serta sering di bangunkan pada pagi hari. Meskipun demikian, remaja PR memiliki disiplin yang baik, karena selalu tidur teratur dan bangun sendiri. Remaja FR, PR, NN memiliki sikap kerja keras, hal ini terlihat dari sikap mereka untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan berusaha bertanya kepada teman dan guru apabila menemukan kesulitan atau pelajaran yang belum di mengerti. Sedangkan remaja VL lebih sering mengabaikan pelajaran yang belum di mengerti, dan ini mencerminkan sikap kurang kerja keras dalam belajar. FR, PR, VL dan NN memiliki hoby dan kegiatan yang berbeda-beda, ada yang hanya suka menonton TV atau bermain Handphone, ada yang suka menggambar dan ada yang suka mendengarkan musik. Hal ini menunjukkan sikap dan nilai kreatifitas yang berbeda pada setiap remaja. Selain itu, mayoritas remaja broken home masih mudah tergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas, tetapi remaja NN tidak mudah tergantung kepada orang lain dan mengerjakan semua tugas sendiri. Hal ini dkarenakan kondisi yang harus berpisah dengan ibu dan NN harus tinggal sendiri di rumah. Dalam segi berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai hak dan kewajiban remaja dan orangtua dalam keluarga, remaja NN memiliki hak dan kewajiban yang lebih dari pada remaja PR,

99 FR, VL yang sering di kesampingkan dan dianggap masih anak-anak dan harus mengikuti semua kemauan orangtua. Remaja FR, PR, NN memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ini terlihat dari sikap mereka yang selalu ingin tahu terhadap hal-hal baru. Sedangkan remaja VL lebih sering mengabaikan hal-hal baru yang tidak ada keterkaitan dengan diri sendiri. Meskipun demikian, baik remaja FR, PR, VL dan NN, memiliki sikap dan nilai semangat kebangsaan dan inta tanah air. Ini terlihat dari sikap mereka yang menyukai dan hafal lagu-lagu kebangsaan, serta selalu mengikuti upacara bendera di sekolah. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, remaja FR, PR, VL, dan NN memiliki sikap yang mudah berteman namun sulit untuk akrab. Hal ini dikarenakan sikap mereka yang menarik diri dengan berbagai alasan, ada yang karena malu, karena tidak nyaman, dan karena tidak ingin menambah masalah. Remaja FR, PR, NN memiliki sikap dan nilai cinta damai, hal ini terlihat dari sikap mereka yang ingin melerai remaja yang sedang tawuran serta memilih menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah dan kekeluargaan. Sedangkan remaja VL sering mengabaikan dan tidak mau ikut campu urusan orang lain. Selain itu, remaja FR dan PR lebih suka membaca dari pada remaja VL dan NN. Hal ini karena, remaja VL dan NN lebih sering keluar rumah dari pada remaja FR dan PR. Remaja FR, PR, VL, dan NN memiliki sikap dan nilai peduli, baik peduli lingkungan ataupun sosial. Hal ini tercermin dari sikap mereka yang menjenguk teman yang sakit dan ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan rumah dengan menegur anggota keluarga yang membuang sampah sembarangan.

100 Remaja FR dan NN memiliki sikap dan nilai tanggung jawab yang tinggi, hal ini tercermin dari sikap mereka yang harus mengerjakan piket kelas meskipun ada teman yang tidak mengerjakan. Ini menunjukkan sikap amanah yang baik dan bertanggung jawab. Hal ini disebababkan oleh tipe pola asuh yang dipilih oleh orang tua mereka, yaitu pola asuh demokratis dan situasional yang dipaparkan oleh Helmawati dalam pendidikan keluarga. Berdasarkan pemaparan diatas, setiap remaja memiliki nilai dan sikap yang berbeda karena banyak faktor. Baik faktor lingkungan, pola asuh, ataupun kondisi dan keadaan. Meskipun demikian, dapat di garis bawahi bahwa meskipun memiliki nilai dan sikap yang berbeda, baik remaja FR, PR, VL dan NN tetap memiliki nilai semangat kebangsaan, cinta tanah air, peduli lingkungan dan peduli sosial yang hampir sama karena masih sama-sama duduk di bangku sekolah. Berdasarkan model pendidikan karakter Amirulloh yang mengadaptasi dari Basic Teaching Model yang di kembangkan oleh Robert Glaser pada 1962, pendidikan memiliki empat komponen yaitu tujuan, program, proses dan evaluasi. 3 Berdasarkan empat komponen tersebut, setiap orangtua dari keluarga broken home memiliki tujuan yang sama yaitu ingin menjadikan para remaja menjadi orang sukses, berpendidikan, dan memiliki masa depan yang baik sehingga tidak mengalami kegagalan seperti orang tua. Hal ini sesua dengan teori yang dipaparkan oleh Amirulloh syarbini mengenai Pendidikan karakter dalam 3 Ibid., h.106

101 keluarga, yang meliputi tujuan, manfaat dan model pelaksanaan program. Dalam segi program, baik JM, RN, SN dan SS memiliki cara yang berbeda. Ada yang menggunakan model pengajaran, pemotivasian, peneladanan, pembiasaan, dan penegakan aturan. Sesuai dengan pola asuh dari masing-masing orang tua. Meskipun demikian, sebagaimana dikatan oleh Psikolog EB. Surbakti, banyak orangtua yang lemah dalam menegakkan disiplin, baik terhadap anggota keluarga, terlebih-lebih terhadap dirinya sendiri. Ketidak tegasan dalam menegakkan aturan mengakibatkan banyaknya pelanggaran kesepakatan dan menciptakan ruang toleransi yang berlebihan sehingga mendorong suasana rumah tangga yang jauh dari keteraturan. Selain itu, beberapa kesalahan yang terkadang dilakukan oleh ibu terhadap para remaja dalam proses pendidikan karakter adalah tidak mau tau terhadap kepribadian dan kebutuhan emosional remaja, over protektif, terbiasa memanjakan anak, melupakan anak karena sibuk bekerja mencari nafkah, mendidik remaja dengan hinaan. 4 Sedangkan dalam segi proses, baik JM, RN, SN, dan SS dibantu oleh anggota keluarga lain seperti kakek dan nenek. SS tidak hanya memperhatikan hubungan atau pendidikan karakter secara fisik dan lahir, tetapi juga dari sisi emosional. Meskipun harus tinggal berpisah-pisah, SS tetep meluangkan waktu untuk sekedar melepas rindu antara ibu dan anak serta kakak dan adik. Hal ini h. 88-187 4 Anindya Puspita, Selamatkan Keluargamu dari Boken Home, (Yogyakarta: Saufa, 2015),

102 sesuai dengan teori helmawati yang menjelaskan tentang pentingnya komunikasi dalam keluarga. Berdasarkan tujuan, program, dan proses pendidikan karakter yang berbeda dari setiap orang tua, menghasilkan remaja yang memiliki karakter yang berbeda meskipun remaja FR, PR, VL dan NN memiliki sikap menarik diri dan lebih tertutup. Sikap dilakukan oleh ayah NN ataupun ibu FR ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Helmawati tentang dampak broken home terhadap keluarga, baik dampak fisik, ataupun ekonomi. Dimana apabila ayah NN tidak dapat menahan emosi, akan merusak barang ataupun memukul istri. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, JM atau ibu FR menjalin hubungan terlarang dengan suami orang. FR, PR, NN meskipun dari keluarga broken home tetap memiliki karakter yang baik karena masih di asuh oleh ibu, sedangkan VL lebih bersikap acuh karena di asuh oleh nenek yang sudah berusia lebih dari 50 tahun. Sikap VL, NN dan PR yang tidak betah berada di rumah ini sesuai dengan yang di paparkan oleh Helmawati, dampak keluarga broken home bagi anak adalah perasaan tidak nyaman ketika berada di rumah, sehingga anak lebih suka mencari ketenangan atau hiburan diluar rumah. Remaja dari keluarga broken home cenderung bersikap tertutup dan bergaul atau berteman dengan beberapa orang tertentu. Remaja yang ikut ibu lebih mudah diarahkan(penurut), dari pada remaja yang ikut ayah atau nenek. Selain itu, remaja yang ikut ibu lebih memiliki tenggang rasa dan peduli terhadap ibu dan

103 adik-adiknya. Sedangkan remaja yang ikut dengan ayah atau nenek, memiliki sikap acuh dan egois yang tinggi. Remaja dari keluarga broken home akibat perceraian bersikap kekanakkanakan dan ada beberapa yang menjadi manja. Sedangkan remaja dari keluarga broken home akibat ribut antara ayah dan ibu, baik masalah ekonomi, maupun perselingkuhan, lebih menjadi remaja yang dewasa dan memahami keadaan serta memikirkan perasaan sang ibu. Remaja broken home lebih dekat dengan teman atau tetangga tertentu dari pada ibu atau nenek, hal ini dikarenakan ibu yang sibuk bekerja ataupun nenek yang sering memarahi. Ada remaja yang dekat dengan tetangga yang sudah menikah dan memiliki anak balita laki-laki, ada remaja yang dekat dengan beberapa teman di sekolah ataupun di luar rumah, ada remaja yang dekat dengan teman dekat(pacar). Dengan kondisi keluarga broken home, setiap remaja melampiaskan dengan berbeda cara ataupun kegiatan. Remaja NN dalam menghadapi kondisi keluarga broken home, mengikuti communitas musik Hip Hop di Blitar. Remaja FR dalam menghadapi kondisi keluarga broken home, sering keluar rumah dan nongkrong bersama teman atau tetangga. Remaja PR dalam menghadapi kondisi keluarga broken home, sering menghabiskan waktu untuk nonton TV, tidur, dan bermain kucing. Remaja VL dalam menghadapi kondisi keluarga broken home, sering keluar rumah dan mengikuti communitas punk di kecamatan Wates sehingga VL beberapa kali tidak pulang ke rumah karena mengikuti communitasnya nye-street ke beberapa kota.