III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

VII. RENCANA KEUANGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kerangka Pemikiran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

9 Universitas Indonesia

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha pada masa sekarang ini menuntut pelaku

KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal, dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya (Rachmania & Burhanuddin, 2008). Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka pemikiran yang penulis lakukan. 3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam berbagai bidang, baik dalam jumlah maupun waktunya (Kasmir & Jakfar, 2012). Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk digunakan dalam menghasilkan barang dan atau jasa dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), agar tujuan suatu bisnis dapat dicapai hendaknya sebelum melakukan investasi didahului dengan suatu studi untuk menilai apakah investasi yang ditanamkan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Menurut Umar (2007) studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Suatu proyek dikatakan layak apabila proyek tersebut diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan yang layak apabila telah dioperasikan. Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan (Nurmalina et al. 2010). 22

Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit yang dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif bisnis yang menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi berdasarkan pada alternatif bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis juga dapat digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya (Nurmalina et al, 2010). Tujuan melakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari kerugian penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), lima tujuan studi kelayakan bisnis dilakukan yaitu untuk menghindari risiko kerugian, memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, dan memudahkan pengendalian. 3.1.2 Investasi Investasi di dalam perusahaan adalah penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di masa yang akan datang. Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Dari sudut pandang jangka waktu penanamannya, investasi dibagi dalam dua yaitu investasi jangka pendek biasanya kurang dari satu tahun yang bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara menganggur serta bersifat marketable (mudah untuk diperjualbelikan) dan investasi jangka panjang yang ukuran jangka waktunya lebih dari satu tahun serta tidak bersifat marketable karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup usaha di masa yang akan datang (Suratman, 2002). Menurut Suratman (2002), salah satu konsep investasi adalah penganggaran modal karena penganggaran modal merupakan suatu konsep penggunaan dana di masa yang akan datang yang diharapkan akan memberikan keuntungan. Investasi dalam usaha umumnya memiliki karakteristik berupa 23

sebagian besar investasi mencakup aktiva yang dapat didepresiasi dan keuntungan atas sebagian besar investasi meluas di atas periode waktu yang panjang. Aktiva yang dapat didepresiasi menunjukkan bahwa aktiva tersebut umumnya mempunyai nilai jual kembali yang murah atau tidak mempunyai nilai jual kembali pada akhir masa manfaatnya, sedangkan keuntungan atas sebagian besar investasi meluas atas periode waktu yang panjang menunjukkan bahwa perlu penggunaan teknik-teknik penilaian investasi yang mengakui nilai waktu uang. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan diantaranya adalah besar dana yang ditanamkan, tingkat ketidakpastian proyek, dan kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin tidak pasti estimasi yang dibuat, dan semakin kompleks faktorfaktor yang mempengaruhinya maka semakin intens atau mendalam penelitian yang dilakukan. Dengan demikian apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Hal ini dikarenakan masa mendatang mengandung penuh ketidakpastian. 3.1.3 Biaya dan Manfaat Dalam menganalisis suatu proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung mengurangi tujuan proyek atau bisnis, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang, baik langsung maupun tidak langsung, membantu tercapainya suatu tujuan dari suatu proyek (Gittinger, 2008). Biaya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Biaya modal, merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang. Contoh dari biaya modal adalah: tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin-mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya penelitian, dan sebagainya. 2. Biaya operasional, disebut juga biaya modal kerja, merupakan kebutuhan dana yang dikeluarkan pada saat proyek mulai dilaksanakan. Biaya ini didasarkan pada situasi produksi, artinya biaya dibutuhkan sesuai dengan tahapan operasi. 24

Contoh dari biaya operasional adalah biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan, dan biaya penunjang. 3. Biaya lainnya, merupakan biaya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek, seperti pajak, bunga pinjaman, dan asuransi. Di sisi lain menurut Nurmalina et al (2010), manfaat terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Tengible benefit, yaitu manfaat yang dapat diukur karena adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, dan pengurangan biaya transportasi. 2. Indirect of secondary benefit, yaitu manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. 3. Intangible benefit, yaitu suatu manfaat yang riil ada tapi sulit diukur seperti bisnis pertamanan yang memberikan manfaat berupa keindahan, kenyamanan, dan kesehatan. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi (Gittinger, 2008). 3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam studi kelayakan bisnis memiliki berbagai aspek yang harus diteliti, diukur, dan dinilai. Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua kelompok aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir & Jakfar, 2012). 3.1.4.1 Aspek Pasar Menurut Gittinger (2008) pengajian aspek pasar harus dimulai paling awal karena ada tidaknya pasar yang cukup menarik dari produk yang dihasilkan merupakan faktor pokok dalam menentukan keputusan proyek. Pengkajian aspek 25

pasar harus mencakup hal-hal seperti : perkiraan penawaran dan permintaan produk, pangsa pasar, dan strategi pemasaran. Analisis aspek pasar pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang akan dihasilkan (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang: 1. Permintaan Permintaan yang diamati baik secara keseluruhan maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran Penawaran dapat berasal dari dalam negeri maupun berasal dari impor. Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang dapat menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya. 3. Harga Harga ditentukan berdasarkan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya. 4. Program pemasaran Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). 5. Perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara : 3.1.4.2 Aspek Teknis Studi aspek teknis mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya 26

setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari beberapa faktor, yaitu : 1. Penentuan Lokasi Bisnis Hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis antara lain ketersedian bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, dan iklim serta keadaan tanah (agroekosistem) dari lokasi bisnis 2. Luas Produksi Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses, yaitu proses produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. 3. Layout Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Pengertian layout mencakup layout site (layout lahan lokasi bisnis), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya. 4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment Kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria yang lain yakni: a) Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan. b) Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi bisnis. c) Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing. d) Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. Mesin dan peralatan meliputi yang bergerak dan tidak bergerak, yang secara umum digolongkan dalam mesin pabrik, peralatan mekanik, peralatan elektronik, peralatan angkutan, dan peralatan lainnya. Pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan dan perlu mempertimbangkan berbagai macam faktor non teknologis seperti: 27

a) Keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat pembongkaran pertama sampai ke lokasi bisnis. b) Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin maupun peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis. c) Kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut. 3.1.4.3 Aspek Manajemen dan Hukum Ada dua macam studi aspek manajemen yang dilaksanakan, yaitu manajemen saat pembangunan suatu bisnis dan manajemen saat bisnis telah dioperasikan secara rutin (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek manajemen juga mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada masa pembangunan, aspek manajemen mempelajari siapa yang akan menjadi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang akan melakukan studi kelayakan bisnis untuk masing-masing aspek. Evaluasi aspek manajemen operasional bertujuan untuk menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja (Umar, 2007) Aspek hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki (Kasmir & Jakfar 2012). Aspek hukum mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2010). 3.1.4.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Menurut Nurmalina et al. (2010), yang akan dinilai dalam aspek ini adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan 28

kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan bagaimana bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lain. Pada aspek ekonomi yang dipelajari yaitu apakah suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Secara budaya, perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapat mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat. 3.1.4.5 Aspek Lingkungan Aspek lingkungan merupakan analisis yang dibutuhkan saat ini karena setiap bisnis yang dijalankan akan memberikan dampak terhadap lingkungan di sekitarnya (Kasmir & Jakfar, 2012). Apabila bisnis tidak bersahabat dengan lingkungan akan mempengaruhi jalannya usaha tersebut dalam jangka panjang atau tidak ada bisnis yang akan bertahan lama. 3.1.4.6 Aspek Finansial Analisis finansial adalah analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan hanya dari sudut pandang perusahaan (Husnan dan Muhammad, 2000). Bila biaya dan manfaat sudah diidentifikasi, dihitung dan dinilai, maka hasil analisis sudah dapat menentukan proyek dapat diterima atau ditolak. 1. Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (Gittinger, 2008). Laba merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. 29

2. Kriteria Kelayakan Investasi Dalam analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga menganalisis suatu proyek investasi terhadap kas, hal ini dilakukan agar investor dapat melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial (terutama bila proyek dibiayai oleh modal pinjaman). Menurut Nurmalina et al. (2010), Cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Analisis secara finansial menggunakan perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari empat bagian yaitu: a) Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) yang menunjukkan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. b) Net Benefit-Cost Ratio Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dapat dikatan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika Net B/C kurang dari satu. c) Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0 dan dapat menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (OCC) atau discount rate (DR). d) Payback Period Analisis payback period dalam studi kelayakan digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya 30

kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis (PP < umur bisnis). e) Incremental Net Benefit Analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak dibidang pertanian membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan (with) dan tanpa (without) bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan dengan bisnis merupakan besaran sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang dihasilkan oleh adanya suatu bisnis. Usaha pada sektor agribisnis seringkali diperhitungkan manfaat bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yaitu manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit without business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak digunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau tidak bagi bisnis yang dijalankan (Nurmalina et al. 2010). 3.1.3 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Menurut Kadariah (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika suatu kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, nilai besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C (Gittinger, 2008). Analisis sensitivitas perlu digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan 31

biaya atau manfaat (Nurmalina et. al, 2010). Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh : a. Harga b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi) c. Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run) d. Hasil produksi. Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas usaha atau proyek. oleh karena itu, diperlukan analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang sesuai dengan usaha yang dijalankan. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kumbung Jamur D & D yang dimiliki oleh M. Danang yang baru berdiri pada bulan Mei 2011 merupakan salah satu dari tiga pelaku usaha budidaya jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Usaha ini didirikan berdasarkan permintaan jamur tiram yang terus meningkat, sampai saat ini Kumbung Jamur D & D baru memenuhi 29 persen permintaan pasar, hal ini dikarenakan keterbatasan kumbung yang dimiliki oleh Kumbung D & D. Kumbung D & D berencana untuk meningkatkan skala produksinya dengan memperluas kumbung yang saat ini memiliki kapasitas 15.000 baglog menjadi 45.000 baglog. Rencana perluasan kumbung dalam rangka pengembangan usaha diharapkan dapat memenuhi permintaan yang berlebih. Pengembangan usaha yang dilakukan menggunakan modal gabungan antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Pengembangan usaha yang akan dilakukan pada Kumbung Jamur D & D dihadapkan pada pilihan rangka bangunan yang akan digunakan, antara menggunakan bahan yang sederhana dari bambu dan yang semi permanen dari kayu. Bahan yang digunakan untuk membangun rangka kumbung tersebut dapat menentukan umur teknis bangunan kumbung dan besarnya keuntungan yang akan diperoleh oleh Kumbung Jamur D & D. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan usaha baik secara non finansial maupun finansial terhadap kedua jenis pilihan rangka bangunan kumbung. 32

Analisis finasial yang akan dilakukan yaitu membandingkan kondisi Kumbung Jamur D & D sebelum perkembangan usaha (skenario I), dan masingmasing rencana pengembangan usaha baik membangun kumbung menggunakan bahan bambu (skenario II) maupun menggunakan bahan kayu (skenario III) dimana umur usaha menggunakan rangka bambu (skenario II) yaitu 5 tahun sedangkan umur usaha menggunakan rangka kayu (skenario III) yaitu 10 tahun dan perbandingan harga bahan rangka bambu dan kayu yaitu 1 : 7. Segi finansial kelayakan pengembangan dianalisis dengan melihat nilai Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return ( IRR), Payback Period (PP), dan Incremental Net Benefit. Analisis kelayakan yang dilakukan nantinya akan memberikan alternatif rencana pengembangan yang menghasilkan manfaat lebih baik. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah dari hasil suatu analisis. Perubahan dari sisi penerimaan yaitu penurunan harga produk, hal ini didasarkan pengalaman pelaku usaha sehingga tidak menutup kemungkinan kedepannya akan terjadi penurunan harga produk. Sedangkan perubahan dari sisi pengeluaran yaitu kenaikan harga faktor produksi serbuk kayu. Serbuk kayu merupakan media jamur tiram yang paling utama dalam budidaya jamur tiram putih, Kumbung jamur D & D yang memproduksi baglog sendiri sampai saat ini belum bekerjasama dengan penyedia serbuk kayu sehingga pelaku usaha harus mencari serbuk kayu ke beberapa tempat yang harganya ditentukan tempat penyedia serbuk kayu dan tidak menutup kemungkinan harga serbuk kayu naik. Rangkaian analisis kelayakan usaha tersebut akan memberikan informasi apakah perlu adanya pengembangan usaha dan alternatif pengembangan yang lebih menguntungkan. Analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih diatas dapat diringkas seperti pada Gambar 1. 33

Permintaan jamur terus meningkat, namun Kumbung Jamur D & D belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Pelaku usaha budidaya jamur tiram putih Kumbung Jamur D&D merencanakan pengembangan usaha dengan membangun kumbung baru Kondisi sebelum pengembangan, pembangunan kumbung dengan bahan bambu atau kayu yang lebih menguntungkan Analisis kelayakan Usaha Analisis Non Finansial Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Aspek Lingkungan Analisis Finansial Laba Rugi Analisis kriteria investasi (NPV, Net B/C, IRR, PP, Incremental Net Benefit) Skenario I Sebelum pengembangan usaha Skenario II Pembangunan kumbung menggunakan bahan bambu Skenario III Pembangunan kumbung menggunakan bahan kayu Analisis Sensitivitas Layak Tidak Layak Pengembangan usaha (skenario mana yang lebih menguntungkan) Jangan lakukan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 34