BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang masalah. Antibiotik adalah suatu senyawa yang dapat diperoleh dari fermentasi

dokumen-dokumen yang mirip
Streptomyces erythreus. Pada determinasi mula-mula, ia di klasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Eritromisin dapat diproduksi melalui fermentasi memakai Streptomyces sp.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

Media Kultur. Pendahuluan

Energi Alternatif. Digester anaerob. Penambahan Bahan Aditif. Tetes Tebu

I. PENDAHULUAN. kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Kehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan. Aspek kimia dalam tubuh - 2

STUDI PEMBUATAN GUM XANTHAN DARI AMPAS TAHU. MENGGUNAKAN Xanthomonas campestris (KAJIAN KONSENTRASI KULTUR DAN PENAMBAHAN GULA) SKRIPSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

Koordinasi metabolisme mikrobial dan biokonversi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Metabolisme : Enzim & Respirasi

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik

molase sebagai medium pertumbuhan Penicillium chrysogenum. Menurut

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

Metabolisme karbohidrat

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat

BAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

Penemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2.

Siklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed

Kehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan

BIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI MEDIA TANAM BIAKAN MURNI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memfermentasi kedelai (Nakajima et al., 2005); tempe yang biasa dikenal oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAULUAN a. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara tropis dengan penyakit infeksi di kalangan masyarakat masih tinggi, sehingga penggunaan antibiotik semakin banyak digunakan. Kebutuhan antibiotik yang semakin meningkat mengakibatkan kebutuhan akan antibiotik tinggi. Antibiotik adalah suatu senyawa yang dapat diperoleh dari fermentasi suatu mikroorganisme atau secara sintesis kimia dan dapat menekan atau menghentikan pertumbuhan dari mikroorganisme lain. Antibiotik dibagi menjadi beberapa golongan yaitu aminoglikosid, sefalosforin, kloramfenikol, makrolid, dan penisilin. Mekanisme kerja golongan makrolid adalah menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S. Antibiotik eritromisin merupakan antibiotik golongan makroloid yang memiliki aktivitas sebagai bakterisid dan bakteriostatik terhadap gram positif (El-Enshasy dkk, 2007). Penggunaan antibiotik eritromisin semakin berkembang ketika antibiotik penisilin G mengalami resistensi pada beberapa macam bakteri Untuk mendapatkan eritromisin dapat dilakukan fermentasi menggunakan Sac. erythraea sebagai mikroorganisme penghasilnya. Pada tahun 1989 Sac. erythraea memiliki nama Streptomyces erythraeus. Perubahan taksonomi ini didasarkan pada perbedaan komponen penyusun dinding sel Sac. Erythraea, yaitu meso-diaminopimelat dan l-diaminopimelat, sedangkan penyusun dinding sel

genus Streptomyces erythraeus, hanya l-diaminopimelat (Eka, 1994). Penggunaan antibiotik eritromisin saat ini ditujukan pada infeksi saluran pernafasan atas (Yasin dkk, 2005) dikarenakan ukuran molekulnya yang cenderung kecil (Anonim, 2013). Biosintesis eritromisin berlangsung melalui prekursor propionil KoA dan metilmalonil KoA yang berkondensasi membentuk aglikon eritronolid, lalu mengadakan ikatan dengan gula deoksi. Dengan terjadinya perubahan antara kedua turunan KoA tersebut, akan meningkatkan produk metabolit sekunder berupa eritromisin (Corcoran, 1981). Pada saat dilakukan fermentasi Sac. erythraea peran media sangat berpengaruh pada pembentukan biomassa produksi eritromisin, media tersebut harus memenuhi adanya sumber karbon nitrogen, vitamin, mineral dan sebagainya Produksi gula tebu di Indonesia jumlahnya sangat banyak hal tersebut dikarenakan gula tebu sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai pemanis tambahan untuk makanan maupun minuman. Produksi gula tebu yang cukup banyak tersebut akan berdampak pada banyak limbah molase dan vinasse yang dibuang. Dalam molase masih banyak kandungan zat yang dapat dimanfatkan sebagai media pertumbuhan mikroba, hal tersebut dikarenakan molase masih mengandung maltoheptaosa, maltosa, glukosa, ksilosa, vitamin mineral dan amino. Sementara itu masyarakat Indonesia gemar mengkonsumsi tahu mengakibatkan produksi tahu di Indonesia sangat melimpah. Tahu mengandung protein yang tinggi, harganya murah, dan masyarakatnya, terutama di pulau Jawa

banyak membuat olahan pangan yang bahan dasarnya terbuat dari tahu. al tersebut berdampak dengan melimpahnya limbah ampas tahu yang dihasilkan, meskipun ampas tahu tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai pakan ternak ayam dan bebek sebagai pakan tambahan, tetap saja masih banyak ampas tahu yang masih menjadi limbah dan terbuang (ernaman dkk, 2005). b. Rumusan masalah Untuk menghasilkan eritromisin dapat dilakukan fermentasi menggunakan Sac. erythraea. Penambahan jumlah protein dan gula pada media standar agar fermentasi berjalan optimal. Pada media standar ditambahkan molase sebagai sumber karbon, karena didalam molase masih mengandung maltoheptaosa, maltosa, glukosa, ksilosa. Sedangkan penambahan ampas tahu diharapkan agar pertumbuhan Sac. erythraea BM1/A13 dapat berkembang dengan baik, dan dapat memproduksi eritromisin yang optimal. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang timbul adalah: Apakah penambahan ampas tahu dan molase dalam media fermentasi Sac. erythraea BM1/A13 dapat meningkatkan produksi eritromisin?

c. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah pabrik gula yakni molase sebagai tambahan sumber karbon dan ampas tahu yang merupakan limbah padatan sisa pembuatan tahu sebagai tambahan sumber protein pada fermentasi Saccharopolispora erythraea BM1/A13 untuk memproduksi eritromisin d. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengaruh pemberian molase sebagai bahan tambahan dalam media fermentasi Sac. erythraea untuk memproduksi eritromisin, belum pernah dilakukan. e. 1. Tinjuan pustaka Eritromisin Antibiotik memiliki beberapa golongan yaitu aminoglikosid, sefalosforin, kloramfenikol, makrolid, dan penisilin. Eritromisin termasuk dalam golongan makrolid yang berkerja dengan menghambat sintesis protein mikroorganisme melalui ikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S. Dalam penggunaannya secara klinis preparat eritromisin merupakan bentuk dalam campuran antara eritromisin A, eritromisin B dan eritromisin C (mura & Tanaka, 1984)

Eritromisin yang dihasilkan melalui fermentasi Sac. erythraea, terdiri dari eritromisin A,B,C,D, dan F gambar. 1, dari produk tersebut eritromisin A merupakan produk utama yang dihasilkan, sedangkan eritromisin B dan C merupakan bentuk intermediate dalam biosintesis eritromisin. 3C N 3C R1 3C R2 0 C2R3 Eritromisin A Eritromisin B Eritromisin C Eritromisin D Eritromisin F R1 R2 R3 Gambar 1. Struktur Eritromisin (mura & Tanaka,1984) Biosintesis eritromisin dibentuk melalui dua jalur, yakni jalur pertama terjadi cincin 6-deoksieritronolid B dan jalur kedua menuju kepada glikosilasi 6-

deoksi-eritronolid B. Sedangkan jalur biosintesis 6-deokisieritronolid-B dari propionil KoA dan 2-metilmalonil Ko A berjalan melalui 7 langkah, seperti tertera pada gambar 2 (Sudibyo, 1998 ). Asam propionat dapat digunakan sebagai prekursor pada biosintesis eritromisin, yang berasal dari berbagai langkah, antara lain dari metabolisme oksidatif piruvat melalui suksinat, dari pemecahan lemak dengan jumlah atom karbon gasal dan dari - amino rantai cabang seperti valin dan isoleusin maupun dari amino lain seperti treonin dan metionin. Sebagai aglikon dari eritromisin adalah 6-deokisieritronolid-B dan biosintesisnya dalam sistem biologis dapat menyerupai lemak rantai panjang. Pemecahan amino rantai cabang lebih banyak digunakan sebagai awal pembentukan eritromisin A (Corcoran, 1981)

Jalur bisintesis eritromisin yang dikemukakan. adalah sebagai berikut : 1 SKoA SKoA SKoA SKoA Langkah 2 Langkah 1 + K,R K,R C Propionil KoA 2-metilmalonil KoA Langkah 4 Langkah 3 K Langkah 5 K,R,D,ER K,R SKoA SKoA KoAS Langkah 6 Laktonisasi K,R 13-1 SKoA Poliketida tereduksi 6-Deoksieritronolid B Keterangan : K= Kondensasi dengan 1 mol 2-metilmalonil KoA R= Reduksi β-keto D= dehidratasi ER= Reduksi enol Gambar 2. Jalur biosintesis eritromisin (Sudibyo, 1998 )

2. Fermentasi Fermentasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode batch, continuous dan fed-batch. Penggunakan metode diatas disesuaikan dengan kebutuhan produksi yang akan dihasilkan, sedangkan untuk skala penelitian dilaboratorium yang sering digunakan adalah metode batch. Metode batch culture merupakan metode yang sederhana, metode ini menggunakan sistem yang tertutup. Pemberian media dan mikroba hanya dilakukan sekali tanpa ada penambahan yang kontinyu, sistem tersebut membuat kondisi yang memberikan nutrien terbatas (Stanbury dkk, 2003) Proses fermentasi sistem batch culture terdiri dari beberapa fase, yakni. Fase pertama adalah fase lag dimana mikroorganime penghasil antibiotik melakukan adaptasi dengan media barunya. Selanjutnya adalah fase eksponensial, fase ini merupakan fase dimana sel organisme melakukan penambahan jumlah. Fase exponensial dapat didiskripsikan menjadi persamaan Dimana : = µ : konsentrasi biomassa mikroorganisme t : waktu dalam jam µ : pertumbuhan spesifik, dalam jam-1

Gambar 3. Grafik fase pertumbuhan sistem batch (Stanbury dkk, 2003) Antara fase log dan fase stasioner terdapat fase perlambatan dimana dalam fase tersebut kecepatan pertumbuhan mikroba mulai menurun, pada fase perlambatan mikroba mulai menghasilkan beberapa enzim yang akan digunakan untuk memproduksi metabolit sekunder. Fase selanjutnya adalah fase stasioner dimana pertumbuhan mikroorganisme berjalan tetap, pada fase ini beberapa bakteri menghasilkan senyawa metabolit sekundernya, sampai mulai berkurangnya sel sel mikroba yang hidup yang disebut dengan fase kematian. 3. Uji Antibiotik Uji antibiotik digunakan untuk menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa antimikroba. Metode disc diffusion adalah salah satu metode untuk menentukan aktivitas antimikroba. Piringan paper disc berisi senyawa antibiotik diletakkan pada media agar yang akan berdifusi pada media

agar (Pratiwi, 2008). Parameter hasil yang akan didapat berupa besar diameter zona penghambatan pertumbuhan bakteri uji. 4. Molase Sumber karbon akan menentukan produk utama dalam proses fermentasi, pemilihan sumber karbon akan memainkan peran penting dalam sisi ekonomi dari proses produksi fermentasi karena bahan baku memegang 60-75% dari biaya produk (Riadi, 2007). Molase yang merupakan limbah dari gula tebu yang sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon karena komposisi molase dalam gula tebu yang masih mengandung: sukrosa 33,4 %, gula invert 21,4 %, bahan organik lain 19,6 %, N=0,4-1,5%, trace elemen seperti P23, Ca, Mg, K2, Si2, Al23, Fe23, vitamin-vitamin yakni: tiamin, riboflavin, piridoksin, niasinamida, pantotenat, folat, biotin dan abu ( Martoyo dkk, 1991 ). 50 43.72 43.32 43.15 40 30 23.07 20 10 0 molase 1% Gambar molase 2% molase 2,5% molase 5% 4. Data diameter hambat biakan Sacc.erythraea pada media molase terhadap bakteri M. luteus ( Asih, 2013 ) Pemberian molase sebagai penggantian glukosa pada kadar yang kecil dapat meningkatkan biomassa pada fermentasi Sac. erythraea BM1/A13 (Asih, 2013) 5. Ampas tahu

Kesempurnaan pertumbuhan mikroorganisme dapat dipengaruhi kadar protein dalam media fermentasi. Penentuan kadar protein yang terkandung dalam media fermentasi akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan dari organisme. Ampas tahu dapat digunakan untuk alternatif bahan guna menambah protein yang terdapat dalam media. Dalam keadaan segar ampas tahu mengandung tidak kurang 80% air sedangkan ampas tahu yang telah kering masih mengandung air kira-kira 16% dengan kadar protein sebesar 22,3% (Koesnul, 1992). Kandungan yang terdapat dalam ampas tahu tertera dalam tabel 1 berikut Tabel I. Tabel kandungan dalam ampas tahu (Suprapti, 2005) Kadar/100 g Bahan No. Unsur Gizi Kedelai Basah Tahu Ampas Tahu 1. Energi (kal) 382 79 393 2. Air (g) 20 84,8 4,9 3. Protein (g) 30,2 7,8 17,4 4. Lemak (g) 15,6 4,6 5,9 5. Karbohidrat (g) 30,1 1,6 67,5 6. Mineral (g) 4,1 1,2 4,3 7. Kalsium (mg) 196 124 19 8. Fosfor (mg) 506 63 29 9. Zat besi (mg) 6,9 0,8 4 10. Vitamin A (mcg) 29 0 0

11. Vitamin B (mg) 0,93 0,06 0,2 6. Jalur Biosintesis Eritromisin Pembentukan eritromisin A diawali dengan pembuatan metabolit antara 6deokisieritronolid-B dari propionat seperti pada gambar 2. Pada biosintesis selanjutnya akan dibentuk eritromisin B dan C sebagai metabolit intermediate sebelum ke pembentukan eritromisin A seperti tertera pada gambar 5. MR MR Eritromisin D Eritromisin C ( ) ( ) [ ery B ] MR CL [ 9EI 262 ] (0) Eritromisin B Erythronolide B Eritromisin A : Desosamin 3C N 6 12 9 3C 5 3 6 2 3 3C 2 MR CL 5 12 1 9 CL () MR 3-o-Mycarosylerythronolide B () : Mikarosa Eritromisin F 1 6-Deoxyerythronolide CL [ 2NU 153, ery A ] : kladinosa 3C 7X Propionat Eritromisin E Gambar 5. Jalur biosintesis Eritromisin E (mura & Tanaka, 1984 )

Kedua metabolit tersebut memiliki perbedaan pada gugus mikarosa dan kladinosa. C-12 hydroxylase digunakan sebagai katalis pada perubahan eritromisn D menjadi C. Pada jalur tersebut eritromisin C lebih disukai sebagai substrat dari pada eritromisin D walaupun eritromisin D adalah methylated untuk pembentukan eritromisin B. enzim -methyltransferase bertanggung jawab pada langkah akhir untuk pembuatan eritromisin A serta dibutuhkan 5-adenosilmetionin sebagai donor metil. Lintasan biosintesis yang lain digunakan untuk mendukung pembentukan eritromisin, menghasilkan gula-gula deoksi yang terdapat pada antibiotik eritromisin (Corcoran, 1981). glukosa piruvat asetat oksaloasetat propionat+ ( metilmalonat) asetat eritronolida eritromisin metilmalonat piruvat malat glioksilat suksinat Gambar 6. Katabolisme glukosa menjadi propionat ( Listyanti. 1990) sitrat isositrat ketoglutarat

C2 L-metionina L-metionina Glukosa L-metionina Mikarosa N() desosamin kladinosa Gambar 7. Pembentukan gula deoksi dari eritromisin (Listyanti. 1990) gula yang terdapat dalam eritromisin merupakan proses katabolisme glukosa tanpa ada pemecahan ikatan karbonnya, gula tersebut seperti desosamin, kladinose dan L-mikarosa (Listyanti. 1990)

f. Landasan teori dan hipotesis Eritromisin dapat diproduksi optimal dengan cara fermentasi Sac. erythraea pada media yang sesuai. Dengan mengacu pada uraian pustaka diatas dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : 1. Penambahan molase pada media dapat meningkatkan pertumbuhan Sac. erythraea dan meningkatkan produksi eritromisin. al tersebut dikarenakan dalam molase terkandung gula maltoheptaosa, maltosa, glukosa, ksilosa yang mudah dimetabolis. Selain itu glukosa yang berfungsi sebagai prekursor pembentukan eritromisin 2. Penambahan ampas tahu pada media dapat meningkatkan pertumbuhan Sac. erythraea dan meningkatkan produksi eritromisin. hal tersebut dikarenakan dalam ampas tahu masih terdapat protein yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dari Sac. erythraea dan protein termetabolis menghasilkan Lmetionin yang berfungsi sebagai prekursor pembentukan eritromisin