BAB I PENDAHULUAN. No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.32 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah (PEMDA), Pemerintah Pusat akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Disahkannya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini, era reformasi memberikan peluang bagi perubahan

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. era baru dengan dijalankannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkaitan dengan variabel yang digunakan. Selain itu akan dikemukakan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Wilayah negara Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya flypaper effect pada

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah (Mardiasmo, 2002 : 50). Pengamat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Berapapun besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat kegiatan perekonomian, agar kegiatan sektor riil meningkat

BAB I PENDAHULUAN. lama digemakan, sekaligus sebagai langkah strategis bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif dalam menangani sejumlah masalah berkaitan dengan stabilitas dan. pertumbuhan ekonomi di dalam suatu negara demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kerja finansial Pemerintah Daerah kepada pihak pihak yang berkepentingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. maka daerah akan lebih paham dan lebih sensitif terhadap kebutuhan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

Disusun Oleh : NPM : Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola keuangannya sendiri. Adanya otonomi daerah menjadi jalan bagi

BAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi sektor publik disertai adanya tuntutan untuk lebih demokratis

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan. merata berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar negara republik

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

DRAFT RINGKASAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah membawa respon dilakukannya otonomi daerah. Pada Undang-Undang No.12 tahun 2008 menjelaskan perlimpahan berbagai kewenangan kepada pemerintah daerah dan pengaturan proses-proses politik di daerah dengan memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah. Perlimpahan kewenagan ini merupakan penyerahan kewenangan di bidang keuangan antar level pemerintah yang mencakup bagaimana pemerintah pusat mengalokasikan sejumlah besar dana atau sumber-sumber daya ekonomi kepada daerah untuk dikelola menurut kepentingan dan kebutuhan daerah itu sendiri. Wulansari (2015) menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi saat ini adalah pemerintah daerah terlalu menggantungkan dana alokasi umum (DAU) untuk membiayai belanja daerah dan pembangunan tanpa mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh daerah. Dana Aokasi Umum (DAU) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai belanja pemerintah daerah sebenarnya tidak memberikan panduan yang baik bagi penyelenggaraan pemerintahan, khususnya buat aliran dana transfer itu sendiri. Bukti-bukti 1

2 empiris secara internasional menunjukkan bahwa tingginya ketergantungan pada transfer ternyata berhubungan negatif dengan hasil pemerintahannya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Kuncoro, 2007: 3) bahwa pemerintah daerah harus lebih berhati-hati dalam menggunakan dana yang diperoleh dari masyarakat sendiri dibandingkan dengan dana transfer dari pemerintah pusat. Tujuan implementasi transfer yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah adalah untuk mengubah dari eksternalisasi fiskal menjadi internalisasi fiskal, perbaikan sistem perpajakan, koreksi ketidak efisien fiskal dan pemerataan fiskal antar daerah (Oates, 1999), yakni pemerintah daerah membuat kebijakan setelah mendapat transfer dari pemerintah pusat, kerelaan pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana transfer yang berasal dari pajak untuk diserahkan kepada pemerintah daerah, dan pemerintah daerah dalam menarik pajak harus efisien untuk mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar. Namun, alokasi transfer dinegara-negara yang sedang berkembang pada umumnya lebih banyak didasarkan pada aspek belanja tetapi kurang memperhatikan kemampuan pengumpulan pajak lokal (Nagathan dan Sivagnanam, 1999). Akibatnya, dari tahun ke tahun pemerintah daerah selalu menuntut transfer yang lebih besar dari pemerintah pusat (Shah, 1994). Di saat transfer Dana Alokasi Umum (DAU) yang diperoleh besar, maka pemerintah daerah berusaha agar pada periode berikutnya Dana Alokasi Umum (DAU) yang diperoleh tetap besar. Hal ini menyebabkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak signifikan berpengaruh terhadap belanja daerah yang menyebabkan terjadinya Flaypaper Effect atau dapat dikatakan bahwa suatu

3 kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon belanja lebih banyak dengan menggunakan dana perimbangan yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) untuk kepentingan belanja daerah daripada menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Fenomena Flaypaper Effect ini terjadi dalam dua versi. Pertama, merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintah yang berlebihan. (Kuncoro, 2007) menjelaskan bahwa dalam bidang ekonomi mengenai Flaypaper Effect dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) aliran pemikiran, yaitu model Birokrasi dan Ilusi Fiskal. Model birokrasi menelaah Flaypaper Effect dari sudut pandang birokrat, sedangkan model ilusi fiskal mendasarkan kajiannya dari sudut pandang masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi terhadap anggaran pemerintah daerahnya. Kedua, mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak (Shinta, 2009) menjelaskan bahwa pemerintah daerah melakukan rekayasa terhadap anggaran agar mampu mendorong masyarakat untuk memberikan kontribusi lebih besar dalam hal membayar pajak, dan mendorong pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana dalam jumlah yang lebih besar. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Undang-Undang No.28 Tahun 2009 menyebutkan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari. Hasil Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

4 badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Hasil Retribusi Daerah adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13 Tahun 2006 terbagi atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsug. Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang anggarannya tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan Belanja Langsung adalah kelompok belanja yang dipengaruhi secara langsung ada/tidaknya kegiatan dan Belanja. Prakoso (2004) dan Maimunah (2006) melakukan penelitian pada Kabupaten/Kota Jawa Tengah, DIY dan di Pulau Sumatera mengenai Flaypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah. Dalam model prediksi Belanja Daerah daya prediksi Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah tetap lebih tinggi dibanding daya prediksi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini telah terjadi

5 Flaypaper Effect yang berarti bahwa tingkat ketergantungan pemerintah Kabupaten/Kota terhadap pemerintah pusat masih tinggi. Selanjutnya menurut Gregorius dan Sukartono (2009) meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah, analisis Flypaper Effect Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2006 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah diterima secara signifikan, sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah diterima namun tidak signifikan. Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah mengalami Flypaper Effect, respon Belanja Daerah masih lebih besar disebabkan oleh Dana Perimbangan khususnya yang berasal dari komponen Dana Alokasi Umum (DAU). Selain itu Studi tentang analisis Flaypaper Effect Pada Belanja Daerah pernah dilakukan oleh Afrizawati (2012), yang menyatakan bahwa Flaypaper Effect membawa implikasi dimana salah satunya akan meningkatkan belanja pemerintah daerah lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri serta kecenderungan untuk menanti bantuan dari pusat dibanding mengelola sumber daya daerah sendiri. Penelitian Listiorini (2012) yang berjudul Fenomena Flypaper Effect Pada Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Sumatra Utara. Hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh fenomena Flypaper Effectpada Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana

6 Bagi Hasil (DBH) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatra Utara. Penelitian yang telah dilakukan oleh Rini Nurdini (2014) tentang Analisis Flaypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Jawa Barat tahun 2009-2013, membuktikan bahwa pemerintah daerah masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap dana transfer dari pemerintah pusat. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Dana Aloksi Umum (DAU), Dana Aloksi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH), Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah. Penelitian ini mengembangkan penelitian dari Rini Nurdini (2014) dimana penelitian ini menggunakan obyek pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan Periode yang digunakan adalah Tahun 2012-2014. Dalam uraian tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul ANALISIS FLAYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA KABUPATEN/KOTA WILAYAH JAWA TENGAH TAHUN 2012-2014). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

7 1. Apakah terdapat pengaruh DAU, DAK, DBH, dan PAD terhadap belanja daerah di Kabupaten/Kota wilayah Jawa Tengah? 2. Apakah terjadi Flaypaper Effect pada belanja daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis dan memberikan bukti empriris hasil DAU, DAK, DBH, dan PAD terhadap belanja daerah kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah. 2. Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris Flaypapr Effect pada belanja daerah kabupaten/kota di jawa tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khasanah dunia pustaka bagi pembaca. b. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang ilmu akuntansi sektor publik, sehingga dapat mengetahui pentingnya Flaypaper Effect dan pemanfaatan DAU, DAK, DBH dan PAD terhadap Belanja Daerah. 2. Manfaat Praktis a. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi kantor pemerintah daerah dalam mengoptimalisasikan pembelanjaan daerah.

8 b. Dapat dimanfaatkan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu untuk kemajuan pemerintah daerah. E. Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini sesuai dengan tujuan penelitian, maka di buat sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan pendahuluan dan halhal pokok sehubungan dengan penelitian, yang meliputi uraian latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teoriteori yang melandasi penelitian serta menjelaskan penelitian terdahulu yang menggambarkan kerangka konseptual dan penarikan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan populasi dan sampel, data dan sumber data, variabel dan pengukurannya, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA. Bab ini menguraikan analisis data, temuan empiris yang diperoleh penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis data. BAB V PENUTUP. Bab ini berisi simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang diharapkan berguna dan relevan bagi penelitian selanjutnya.