KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

dokumen-dokumen yang mirip
Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG

Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap

Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

GAMBARAN POLA PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASEN SKIZOFRENIA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PSIKOTERAPI PADA PENYAKIT SKIZOFRENIA PSYCHOTHERAPY SUPPORT ON SCIZOPHRENIA

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUASAN STAF RSJD. ATMA HUSADA MAHAKAM

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

EVALUASI TERAPI OBAT ANTIDEPRESAN PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

STUDI PENGGUNAAN ANTIPLATELET (CLOPIDOGREL) PADA PENGOBATAN STROKE ISKEMIK DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

Analisis Potensi Interaksi Obat Pada Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PASIEN PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kejang berulang disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

DRUG RELATED PROBLEMS

SKRIPSI NIKO PRASETYO K Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): ISSN: Agustus 2014

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

Tirta Farma meliputi pemilik sarana apotek, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 5. Kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat perlu

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PASIEN DAN PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA Aulia Nisa, Victoria Yulita Fitriani, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur email: auliaaa.nisaaa@gmail.com ABSTRACT Schizophrenia is a combination of psychotic symptoms with personality disorders typical distortion. The frequency of schizophrenia in Indonesia is 1-3 people per 1000 people, and in developed countries is 1 in every 100 people with schizophrenia. The research Patient Characteristics and Treatment of Patients with Schizophrenia in Mental Health Hospital Atma Husada Mahakam Samarinda was done by analyzing the data obtained from the medical records unit. Analysis method used is descriptive qualitative method. The results are 62,05% male patients and 37,95% female patients, 96,97% patients in productive age and 76,51% does not have job. The causes of schizophrenia are 19,28% genetic and 80,72% non genetic. The selection of medication given to patients consists of antipsychotics, hypnotics and sedatives, antiparkinson, antihistamines, antiepileptic, and antidepressants. Keywords: Schizophrenia, Patient Characteristics, Medication ABSTRAK merupakan serangkaian gejala psikotik dengan gangguan kepribadian distorsi khas pada proses pikir. Frekuensi skizofrenia di Indonesia adalah 1-3 orang setiap 1000 orang, dan pada negara maju terdapat 1 orang skizofrenia pada setiap 100 orang. Penelitian Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda telah dilakukan dengan menganalisa data yang diperoleh dari unit rekam medik. Metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasilnya adalah pasien pria 62,05% dan pasien wanita 37,95%, pasien rentang usia produktif 96,97% dan tidak memiliki pekerjaan 76,51%. Penyebab skizofrenia 19,28% genetik dan 80,72% non genetik. Pemilihan obat yang diberikan kepada pasien penderita skizofrenia terdiri dari antipsikotik, hipnotik dan sedatif, antiparkinson, antihistamin, antiepilepsi, dan antidepresan. Kata kunci:, Karakteristik Pasien, Pengobatan PENDAHULUAN Frekuensi skizofrenia di Indonesia adalah 1-3 orang setiap 1000 orang, dan pada negara maju terdapat 1 orang skizofrenia pada setiap 100 orang. Awal mula gejala terjadi pada masa akhir remaja atau awal dewasa, jarang terjadi pada sebelum remaja atau setelah umur 40 tahun. Angka kejadian pada wanita sama dengan pria, tetapi awal mula gejala pada pria umumnya lebih awal pria: 15-24 tahun; wanita 25-35 tahun), dengan implikasi lebih banyaknya gangguan kognitif dan outcome yang lebih buruk pada pria daripada wanita. Pria lebih banyak mengalami gejala-gejala negatif dan wanita lebih banyak mengalami gejala afektif walaupun gejala psikotik 292

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda akut, baik dalam jenis atau tingkat keparahan, tidak berbeda antara kedua jenis kelamin Ikawati, 2011). Pengobatan pada pasien skizofrenia yang seksama dan teratur sesuai anjuran akan mengurangi dan mengontrol gejala penyakit. Pengobatan skizofrenia hampir selalu terkait dengan penggunaan obat antipsikotik. Pasien juga diberikan terapi dukungan, baik dalam bentuk individual maupun grup dalam rangka melatih kemampuan bersosialisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien penderita skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat ekonomi, serta pemilihan jenis obat terhadap pasien penderita skizofrenia. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai skizofrenia dan dapat membantu dalam mengenali gejala awal sehingga penanganan dapat dilakukan lebih dini. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen, dilakukan pengumpulan data dari dokumen unit rekam medik secara retrospektif untuk kasus dengan diagnosis skizofrenia periode Januari-Desember 2012. Kemudian diekplorasi data rekam medik pasien, kemudian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi pasien penderita skizofrenia. Kriteria inklusi antara lain pasien dengan diagnosa skizofrenia yang dirawat inap selama periode Januari-Desember 2012, mempunyai data rekam medik yang lengkap. Kriteria eksklusi yaitu pasien yang tidak mempunyai data rekam medik yang lengkap. Data dicatat didalam lembar pengumpul data dan selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan persentase berupa rata-rata dan frekuensi untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik pasien dan pengobatan penderita skizofrenia di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien Penelitian selama kurang lebih 1 bulan di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda diperoleh hasil bahwa dari total sampel yang diteliti yakni 166 pasien penderita skizofrenia, dimana terdiri dari 12 pasien skizofrenia, 14 pasien skizofrenia hebefrenik, 46 pasien skizofrenia residual, 47 pasien skizofrenia paranoid, dan 47 pasien skizofrenia tak terinci. Gambar 1 menunjukkan persentase jumlah pasien yang paling tinggi adalah skizofrenia paranoid dan skiofrenia tidak terinci (28,31%). Gejala yang dialami oleh pasien skizofrenia paranoid berupa halusinasi dan delusi, dimana gejala ini juga dialami pasien tipe skizofrenia lain, hanya saja pada skizofrenia paranoid tidak disertai kelainan dalam berpikir dan kelainan dalam pergerakan. Sedangkan pada tipe skizofrenia tidak terinci juga terdapat kedua gejala tersebut tetapi tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid dan skizofrenia yang lain. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin Persentase jumlah pasien skizofrenia berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan pada setiap tipe skizofrenia persentase jumlah pasien pria lebih tinggi dibandingkan pasien wanita. Hal ini diduga disebabkan oleh tekanan yang dialami oleh pria lebih berat dibandingkan wanita. Pria berbeda dengan wanita yang dapat melepaskan emosi melalui menangis atau menceritakan masalahnya, sehingga masalah terakumulasi dan tidak dapat dihadapi lagi. 293

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda 30 27.72 28.31 28.31 Persentase Pasien 25 20 15 10 5 7.23 8.43 paranoid 0 Tipe skizofrenia Gambar 1. Diagram Batang Tipe Persentase Pasien 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 6.02 1.2 6.63 1.81 17.47 10.24 16.27 12.05 15.66 12.65 Pria Wanita Gambar 2. Diagram Batang Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Persentase Pasien 25 20 15 10 5 0 5.42 6.02 6.02 20.48 10.24 17.47 8.43 19.28 1.2 1.81 0.6 0.6 1.2 0.6 0.6 Baru (14-54 tahun) Baru (55-70 tahun) Ulangan (14-54 tahun) Gambar 3. Diagram Batang Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia 294

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Gambar 4. Diagram Batang Karakteristik Pasien Berdasarkan Tingkat Ekonomi Gambar 5. Diagram Batang Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyebab Genetik Gambar 6. Diagram Batang Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyebab Non Genetik 295

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Karakteristik pasien berdasarkan usia Persentase jumlah pasien penderita skizofrenia berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan pasien ulangan rentang usia 14-54 tahun memiliki persentase jumlah pasien yang paling tinggi. Pasien ulangan adalah pasien yang telah diijinkan pulang namun kembali ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis. Tingginya persentase jumlah pasien pada rentang 14-54 tahun diduga disebabkan tekanan berat yang dialami dalam usia produktif, pada usia inilah seseorang dituntut agar dapat menghasilkan sesuatu baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Karakteristik pasien berdasarkan tingkat ekonomi Persentase jumlah pasien penderita skizofrenia berdasarkan tingkat ekonomi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan persentase jumlah pasien yang tidak memiliki pekerjaan lebih tinggi dibandingkan pasien yang memiliki pekerjaan. Dari gambar ini dapat melihat bahwa pasien dengan tingkat ekonomi yang rendah lebih rentan mengalami penyakit jiwa skizofrenia. Implikasi gejala kognitif pada pria lebih buruk dibanding wanita, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan mencari nafkah, kalaupun mereka bekerja kemungkinan besar akan sulit untuk mempertahankannya, karena kerentanan akan tekanan atau beban pekerjaan. Karakteristik pasien berdasarkan penyebab Penyebab skizofrenia digolongkan menjadi penyebab genetik dan penyebab non genetik. Persentase jumlah pasien berdasarkan penyabab genetik dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5 menunjukkan penyebab genetik yang paling tinggi adalah saudara kandung. Menurut maramis 2005, angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur 2-15%; bagi kembar satu telur 61-86%. Persentase jumlah pasien penderita skizofrenia dengan penyebab non genetik dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan persentase jumlah pasien dengan penyebab non genetik berupa putus obat memiliki persentase paling tinggi dibandingkan yang lainnya. Penyakit jiwa skizofrenia merupakan suatu kondisi kronis yang membutuhkan pengobatan seumur hidup, sehingga jika pasien berhenti mengkonsumsi obat akan berakibat pada kekambuhan. Pemilihan Jenis Obat Pemilihan jenis obat merupakan bagian dari pengobatan yang diberikan kepada pasien, pengobatan ini bertujuan untuk mengendalikan gejala yang terjadi sehingga tidak membahayakan pasien sendiri maupun orang lain disekitar pasien, selain itu pengobatan juga bertujuan untuk mencegah kekambuhan dan mempertahankan kondisi normal. Pemilihan jenis obat meliputi pemilihan jenis obat, golongan obat, dan nama obat. Tabel 1 menunjukkan jenis obat yang paling banyak digunakan adalah antipsikotik khususnya antipsikotik FGA (80,12%). Pemberian antipsikotik kepada pasien penderita skizofrenia bertujuan untuk mengendalikan gejala psikotik yang dialami pasien seperti halusinasi dan delusi serta gangguan berpikir. Tabel 2 menunjukkan tingginya penggunaan haloperidol (74,69%) pada pasien penderita skizofrenia. Hal ini disebabkan saat awal pasien masuk ke rumah sakit, pasien berada dalam fase akut dimana pasien mengalami gejala psikotik, maka dibutuhkan obat dengan efek yang kuat seperti obat-obatan golongan tipikal. Gejala psikotik juga 296

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda merupakan bagian dari gejala positif dan sering ditangani dengan antipsikotik tipikal, sedangkan gejala negatif yang terjadi pada pasien sudah lama menderita skizofrenia ditangani lebih baik oleh antipsikotik atipikal. Tabel 1. Pemilihan Jenis Obat Jenis Obat Tipe Tidak Terinci Antipsikotik FGA 16,62 7,23 22,29 22,89 21,08 80,12 Antipsikotik SGA 4,82 4,82 14,46 16,87 16,27 57,23 Hipnotik & Sedatif 6,02 5,42 18,67 20,48 22,29 72,89 Antiparkinson 5,42 6,02 19,88 21,08 18,07 70,48 Antihistamin Generasi I - 1,81 1,20 1,81 2,41 7,23 Antihistamin Generasi II - 0,60 - - - 0,60 Antiepilepsi Hidantoin - 0,60 - - - 0,60 Antiepilepsi Antikonvulsan - - - 0,60 1,20 1,81 Antidepresan SSRI - - 0,60 1,20 1,20 3,00 Antidepresan TCA - - 0,60-1,20 1,81 Tabel 2. Pemilihan Antipsikotik Antipsikotik Tipe Haloperidol 6,63 7,23 20,48 21,08 19,28 74,69 Chlorpromazine 3,01 2,41 12,05 10,24 10,24 37,95 Trifluoropherazi 1,20 0,60 1,81 1,20 3,61 8,43 ne Risperidone 3,01 3,01 13,25 14,46 10,84 44,58 Olanzapine 0,60 - - 1,20 1,81 3,61 Clozapine 1,81 2,41 6,02 8,43 6,02 24,69 Zotepine - - 0,60-2,41 3,01 Aripiprazole - - - 0,60-0,60 297

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Tabel 3. Pemilihan Hipnotik dan Sedatif Benzodiazepine Tipe Diazepam 4,82 4,82 14,46 16,27 21,69 62,05 Alprazolam 0,60 1,20 4,22 0,60 2,41 9,04 Clobazam 0,60 - - 0,60 1,20 2,40 Tabel 4. Pemilihan Antihistamin I II Generasi Ethanolamine : Diphenhydramine Piperazine Derivates: Hydroxyzine Miscellaneous: Cetrizine Tipe Tidak Terinci - 1,81 1,20 1,20 1,81 6,02 - - - 0,60 0,60 1,20-0,60 - - - 0,60 Tabel 5. Pemilihan Antiepilepsi Jenis Obat Hidantoin: Phenytoin Antikonvulsan Sodium Valproate Tipe - 0,60 - - - 0,60 - - - 0,60 0,60 1,20 Tabel 6. Pemilihan Antidepresan Tipe Antidepresan % % % % % Fluoxetine - - 0,60 0,60 1,20 2,40 SSRI Sertraline - - - 0,60-0,60 TCA Amytriptyline - - 0,60-1,20 1,80 298

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Tabel 3 menunjukkan tingginya persentase penggunaan diazepam (62,05%) pada pasien penderita skizofrenia. Diazepam memiliki rentang dosis yang lebih luas dibandingkan yang lain. Pemberian diazepam dapat dilakukan secara injeksi khususnya intramuskular untuk menangani pasien yang tidak kooperatif. Jenis antiparkinson yang digunakan pada pasien penderita skizofrenia adalah trihexyphenidil (70,48%). Pemberian trihexyphenidil bertujuan untuk menangani akatisia, distonia, dan pseudoparkinsonisme. Tabel 4 menunjukkan persentase penggunaan diphenhydramine (6,02%) lebih tinggi dibandingkan antihistamin yang lain. Hal ini disebabkan diphenhydramine merupakan antihistamin generasi pertama yang memiliki banyak kerja lain seperti sedasi, antimual dan antimuntah, antiparkinsonisme, antikolinoseptor, blokade adrenoreseptor, blokade serotonin, dan anestesi lokal. Rute pemberian diphenhydramine secara intramuskular juga memungkinkan pelepasan lambat sehingga frekuensi pemberian dapat dikurangi. Tabel 5 menunjukkan persentase penggunaan sodium valproate (1,20%) lebih tinggi dibandingkan phenytoin (0,60%). Keduanya merupakan obat-obat klasik yang utama untuk kejang parsial dan kejang umum tonik-klonik. Efek samping penggunaan antipsikotik berupa distonia akut atau kejang otot ditangani dengan pemberian obat-obatan antiepilepsi. Tabel 6 menunjukkan persentase penggunaan fluoxetine (2,40%) lebih tinggi dibandingkan sertraline dan amitrityline. Penelitian di Eropa menunjukkan bahwa pasien yang tingkat depresinya sampai memerlukan rawat inap berespons lebih baik terhadap trisiklik yang klasik daripada monoterapi SSRI. Namun SSRI umumnya bebas efek sedasi dan overdosis sehingga dianggap lebih aman dibandingkan TCA yang efek sedasinya kuat dan beresiko overdosis (Katzung, 2007). KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka kesimpulan yang diperoleh adalah karakteristik pasien penderita skizofrenia berdasarkan jenis kelamin pria 62,05% dan wanita 37,95%, berdasarkan usia rentang 14-54 tahun 96,97% dan rentang 55-70 tahun 3,00%, berdasarkan tingkat ekonomi bekerja 23,49% dan tidak bekerja 76,51%, berdasarkan penyebab genetik 19,28% dan penyebab non genetik 80,72%. Jenis obat yang diberikan pada pasien skizofrenia 80,12% merupakan antipsikotik tipikal dan 57,23% antipsikotik atipikal, hipnotik dan sedatif 72,89%, antiparkinson 70,48%, antihistamin generasi I 7,23%, antihistamin generasi II 0,60%, antiepilepsi hidantoin 0,60%, antiepilepsi antikonvulsan 1,80%, antidepresan SSRI 3,00%, dan antidepresan TCA 1,80%. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran kepada pihak rumah sakit agar dapat dilakukan pemeriksaan MRI kepada pasien baik saat masuk dan saat pasien akan diizinkan untuk pulang, agar diketahui kondisi kesehatan otak dari pasien. Kepada pihak rumah sakit untuk memberdayakan apoteker agar dapat melakukan pharmaceutical care dengan baik, yakni dengan melaksanakan home visit sehingga diharapkan mengurangi angka putus obat. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penelitian ini khususnya RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 299

Karakteristik Pasien dan Pengobatan Penderita Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda DAFTAR PUSTAKA 1. Helms A. Richard, Herfindal T. Eric, Quan J. David, and Gourley R. Dick. 2006. Textbook of Therapeutics: Drugs and Disease Management 8th edition. Lippincott Williams and Wilkins: USA. 2. Ibrahim Sani Ayub, 2011. Spliting Personality. Jelajah Nusa: Tangerang. 3. Ikawati Zullies, 2011. Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Bursa Ilmu: Yogyakarta. 4. Katzung G. Bertram, 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 5. Keltner L. Norman, dan Folks G. David, 2001. Psychotropic Drugs 3rd edition. Mosby Inc.: USA. 6. Maramis W.F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya. 300