BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut PSAK no. 1, laporan keuangan. penggunaan atas seluruh sumber daya yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Baridwan (2002:3), penyusunan laporan keuangan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2013)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan itu sendiri adalah memiliki wewenang dalam pembuatan laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dipercayakan kepada manajemen. Pengguna ingin menilai apa

BAB I PENDAHULUAN. pembuat keputusan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian. Kegiatan bisnis yang mulai berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajmen Laba

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen laba (earning management) sering kali dianggap negatif oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. tambahan modal bagi perusahaan yang telah berada pada tahapan start up, karena

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. entitas atau perusahaanya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat tersebut, suatu perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan yang dilakukan manajer dalam pengelolaan keuangan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pengungkapan dan penyajian informasi secara akurat sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Manajemen juga

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan dan kinerjanya. Hal tersebut menggambarkan bahwa informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memulai usahanya. Salah satunya perusahaan yang. bergerak di bidang manufaktur yang kian semakin pesat dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan perkembangan bisnis semakin membawa

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat kinerja dari suatu perusahaan. Informasi laba yang diberikan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya ini dikenal dengan istilah Manajemen laba adalah the choice by a manager of accounting policies so

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat menyembunyikan dan mengubah metode informasi dengan. mempermainkan besar kecilnya angka-angka yang ada pada laporan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. investor dapat melihat kinerja perusahaan. Informasi akuntansi berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pemerintah, pelanggan, kreditur.

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap perusahaan dapat mengelola dan melaksanakan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Fokus utama pelaporan keuangan. adalah informasi mengenai laba dan komponennya.

BAB I PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Laporan keuangan perusahaan disediakan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari minat investor terhadap perusahaan dengan tingkat saham yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bersangkutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, dagang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHLUAN. bisa unggul dalam persaingan antar perusahaan. Informasi yang disajikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Laporan keuangan yang menjadi sumber informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Peraturan Nomor VIII.G.7 tahun 2000 tentang Penyajian dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia. Menurut Robert Ang (2003), pasar modal adalah suatu

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak internal

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengembangkan usahanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Sehingga laporan keuangan harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan organisasi terhadap ketentuan dan peraturan perundang - undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dari suatu perusahaan. Salah satu faktor yang menjadi penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal penyediaan barang dan jasa yang bermutu, tetapi juga dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bentuk pajak (Jin dan Machfoedz, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) mengkritik bahwa akuntansi akrual

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

ANALISIS PENGATURAN LABA ( EARNINGS MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit yang baik ditandai dengan adanya pelatihan serta keahlian industri

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan kenaikan aset dalam satu perioda akibat kegiatan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban bagi penyaji laporan keuangan untuk dapat memenuhi harapan para

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang ada didalam suatu perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawabannya kepada pihak penyedia dana. Dana dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh pihak-pihak. mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan mempunyai fungsi utama sebagai media

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Andreani dan Kiki (2015) menyatakan laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis dan accrual basis. Dalam penyusunan laporan keuangan, akuntansi berbasis akrual dipilih karena dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Yaitu pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memperhatiakan arus kas masuk atau keluar. Pada umumnya, manajemen akan memilih kebijakan tertentu agar dapat memberikan pelaporan laba yang baik dalam laporan keuangan. Dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil ketika menyusun laporan keuangan, namun disisi lain penggunaan dasar akrual memiliki kelemahan karena dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku (Rahmawati, dkk 2006). Karena diberi kebebasan itulah sebagian dari pihak menajemen memanfaatkan dengan memilih metode akuntansi yang 1

2 secara sengaja dipilih untuk kepentingan tertentu yang dikenal dengan earnings management. Rahmawati, dkk (2006) mendefinisikan manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Praktek manajemen laba yang memunculkan kasus skandal pelaporan akuntansi telah banyak terjadi di Indonesia seperti kasus yang terjadi pada PT. Indofarma Tbk. dan PT. Kimia Farma Tbk. yang melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang diawali dengan deteksi adanya praktek manipulasi (Gideon, 2005). Contoh kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk, yaitu salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp. 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp. 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp. 32,6 miliar, atau 24,7 % dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp.2,7 miliar, pada unit logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp. 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated

3 persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002). Selain kasus PT Kimia Farma juga terdapat beberapa kasus pelanggaran pada kasus PT KAI diantaranya: a. Berupa Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005. b. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai kumulatif sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. c. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003. Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan

4 keuangannya. Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan (Harian KOMPAS Tanggal 5 Agustus 2006 dan 8 Agustus 2006). Contoh kasus tersebut menggambarkan bahwa penerapan manajemen laba dalam suatu perusahaan akan memiliki dampak negatif terhadap perusahaan, disamping itu juga akan merugikan pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan, investor salah satunya. Adanya manajemen laba, akhirnya akan berdampak pada biasnya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investor ataupun pihak internal lain yang bergantung pada informasi yang tertera dalam laporan keuangan. Manajemen laba dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations (Reviani dan Sudantoko, 2012). Ukuran perusahaan adalah nilai yang memberikan gambaran besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Beberapa proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan adalah jumlah karyawan, total aset, jumlah

5 penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin banyak jumlah karyawan berarti semakin banyak hasil yang diproduksi. Semakin besar aset berarti semakin banyak modal yang ditanam, semakin tinggi jumlah penjualan berarti semakin banyak perputaran uang, dan semakin tinggi kapitalisasi pasar berarti semakin dikenal dalam masyarakat (Reviani dan Sudantoko, 2012). Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi yaitu laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan pajak (Yulianti, 2005). Sedangkan informasi yang digunakan dalam mendeteksi manajemen laba adalah beban pajak tangguhan yang merupakan komponen pembentuk beban pajak pada laporan laba/rugi perusahaan. Berdasarkan PSAK No.46 (IAI, 2009), beban pajak tangguhan adalah selisih antara beban pajak kini dan beban pajak komersil. Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Jika laporan keuangan perusahaan menunjukkan bahwa laba akuntansi lebih tinggi dibanding laba fiskal, berarti perusahaan cenderung menaikkan kewajiban pajak tangguhan bersih dan sebaliknya, kewajiban pajak tangguhan bersih ( yang tercemin dalam beban pajak tangguhan) bermanfaat untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun (Damayanthi, 2012)

6 Semakin besar perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal maka semakin besar insentif manajemen untuk melakukan manajemen laba. Perbedaaan laba akuntansi dengan laba fiskal memiliki hubungan positif dengan insentif pelaporan keuangan. Karena adanya perbedaaan itu, merekayasa beban pajak tangguhan yang berhubungan dengan akrual sehingga memungkinkan manajemen melakukan manajemen laba (Salam, 2015). Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Tetapi keberadaan hutang justru bisa menjadi cerminan bahwa kinerja saham perusahaan kurang bagus. Artinya kalau memang saham perusahaan diminati oleh pasar saham (investor) yang ditunjukkan oleh peningkatan yang signifikan volume perdagangan dan harga saham, seharusnya perusahaan tidak perlu lagi mencari pendanaan melalui hutang. Tetapi masalahnya saham yang benar-benar dimiliki oleh publik hanya sekitar 14,40%. Selebihnya didominasi oleh insider atau terkonsentrasi oleh pemilik institusional maupun individual (Tarjo, 2008) Laverage ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Hal ini mengindikasikan seberapa besar tingkat ratio perusahaan yang dapat berdampak pada nilai perusahaan. Diduga bahwa semakin tinggi tingkat laverage ratio, maka semakin besar resiko yang harus ditanggung oleh investor. Oleh karena itu, untuk mengimbangi tingkat risiko yang tinggi, maka pihak manajemen akan melakukan praktik manajemen laba agar dapat menarik minat investor untuk berinvestasi (Harahap, 1999 dalam Nugroho 2011).

7 Hutang yang besar mengakibatkan risiko semakin meningkat. Jadi, semakin besar financial laverage, maka resiko yang ditanggung oleh pemilik modal dan kreditur juga akan semakin meningkat. Dengan, menggunakan asumsi bahwa investor atau pihak kreditur adalah risk averse (menghindari atau menolak risiko), maka investor atau kreditur akan enggan menanamkan modal atau meminjamkan dananya bila perusahaan yang bersangkutan memiliki rasio laverage yang besar. Tindakan manajer melakukan manajemen laba disebabkan karena manajer ingin menunjukkan bahwa perusahaan yang dipimpinnya mempunyai risiko yang rendah dan merupakan lahan yang menarik untuk menanamkan modal bagi investor. Teori the debt covenant hypothesis menyebutkan bahwa manajer perusahaan yang mempunyai berbagai perjanjian hutang akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat memindahkan pelaporan laba pada masa yang akan datang menjadi laba masa kini. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan technical default dan memenuhi persyaratan kredit yang diajukan oleh kreditur (Rice, 2013) Operating laverage bersangkutan dengan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan akiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Perusahaan yang memiliki laverage ratio yang tinggi memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi tetapi mempunyai risiko yang tinggi pula. Apabila perusahaan melakukan investasi yang besar pada aktiva

8 tetap, akibatnya mereka mempunyai biaya tetap yang tinggi, sehingga laverage operasinya pun tinggi. Alasan melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, beban pajak tangguhan dan laverage terhadap manajemen laba karena diharapkan memberi manfaat informasi berkaitan dengan bidang pembahasan diatas terutama bagi investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar modal, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk membuat keputusan investasi, terutama yang terkait dengan pengaruh manajemen laba. Informasi akuntansi yang digunakan secara luas oleh investor dan analisis keuangan untuk menilai saham dapat memunculkan keuangan manajemen melakukan manajemen laba dengan maksud mempengaruhi harga saham jangka pendek. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini diberi judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Beban Pajak Tangguhan, dan Laverage Terhadap Praktik Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap praktik manajemen laba? 2. Bagaimana pengaruh beban pajak tangguhan terhadap praktik manajemen laba? 3. Bagaimana pengaruh laverage terhadap praktik manajemen laba?

9 4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan,beban pajak tangguhan, dan laverage terhadap manajemen laba? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh beban pajak tangguhan terhadap praktik manajemen laba 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh laverage terhadap praktik manajemen laba 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, beban pajak tangguhan, dan laverage terhadap manajemen laba 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak Akademisi untuk dapat memberikan kontribusi dalam menambah literatur mengenai pengaruh ukuran perusahaan, beban pajak tangguhan, dan laverage terhadap manajemen laba. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis dan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sejenis.

10 3. Bagi pihak investor dan pemilik perusahaan Dengan penelitian ini diharapkan para investor dan pemilik perusahaan dapat mengidentifikasi kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajer perusahaan yaitu berupa praktik manajemen laba yang bertujuan untuk kepentingan pribadi manajer dan bisa merugikan pihak investor dan pemilik perusahaan. 4. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan penelitian, serta dapat digunakan sebagai pembanding dalam penelitian selanjutnya.