V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM KERJA KELOMPOK KONTAK TANI NELAYAN ANDALAN (KELOMPOK KTNA) KOTA BUKITTINGGI TAHUN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO) HIMPUNAN MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL (HIMAHI) UNIVERSITAS PARAMADINA

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara profesional terus-menerus mencapai tujuan sesuai dengan. dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Depdiknas, 2008: 4).

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan. pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan

I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB V KASIMPULAN DAN REKOMENDASI. diuraikan, selanjutnya pada bagian ini peneliti mencoba menyimpulkan secara

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

Kiprah Perempuan Dalam Pertanian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

BAB VII REFLEKSI TEORITIK. berkaitan. Menurut buku pemberdayaan masyarakat. terdapat dua kunci yang

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui inti dari proses integrasi antara

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan penting bagi

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

Berkembangnya perkebunan kopi dari waktu ke waktu dapat memunculkan kekhawatiran terhadap kelestarian kawasan hutan di Aceh Tengah dan Bener Meriah

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM. Pasal 1

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak membuang-buang waktu yang ada. Kemudahan yang diinginkan oleh

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Transkripsi:

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai unit belajar dari tiap aspek. Selain itu, dijabarkan pula satu per satu bentuk peran pengurus poktan untuk mewujudkan poktannya sebagai unit belajar, disertai dengan perbedaan peran pengurus di kedua poktan. Oleh karena itu model kesimpulannya dipilah menjadi dua bentuk, yakni: kesimpulan mengenai situasi dan kondisi poktan sebagai unit belajar serta kesimpulan mengenai peran kepemimpinan pengurus poktan dalam mewujudkan poktan sebagai unit belajar. Berikut kesimpulannya: 5.1.1. Situasi dan Kondisi Poktan Sebagai Unit Belajar 1. Poktan sebagai unit belajar dalam aspek pertemuan rutin menunjukkan bahwa Poktan Tranggulasi kurang berfungsi, yang diindikasikan oleh rendahnya partisipasi individu poktan dalam pertemuan, baik dari segi kehadiran maupun antusias dalam mengemukakan pendapat, reaksi yang cenderung negatif dari individu poktan terhadap wadah pertemuan, dan intensitas pertemuan cenderung rendah. Sedangkan, Poktan BM mampu menyelenggarakan wadah pertemuan rutin yang dibuktikan dengan tingginya partisipasi individu poktan, reaksi dari para anggota yang cenderung positif, dan intensitas pertemuan tergolong tinggi. 2. Poktan sebagai unit belajar ditinjau dari wadah percobaan dan adopsi teknologi usaha tani, membuktikan bahwa individu Poktan Tranggulasi umumnya melakukan aktivitas tersebut secara perorangan. Aktivitas percobaan dan adopsi di Poktan Tranggulasi dilakukan baik oleh pengurus maupun anggota poktan. Sedangkan, Poktan BM masih eksis menjalankan aktivitas itu secara kolektif. Namun pada kenyataannya, terkadang kegiatan percobaan dilakukan secara perorangan, umumnya oleh petani yang tergabung dalam kepengurusan poktan. 3. Poktan sebagai unit belajar ditinjau dari kegiatan pendelegasian membuktikan bahwa dari segi pendelegasian untuk menghadiri forum pertanian, Poktan Tranggulasi umumnya hanya melibatkan pengurus poktan dalam menghadiri forum pertanian. Berbeda dengan Poktan Tranggulasi, 193

194 Poktan BM tergolong positif dalam mendelegasikan individu poktan untuk hadir dalam forum pertanian. Hal tersebut diindikasikan dengan adanya kesempatan para anggota untuk bertanggung jawab hadir dalam forum pertanian. Kemudian, dari segi pendelegasian tugas dan wewenang, kedua poktan tergolong cukup berfungsi. Hal ini diindikasikan oleh adanya pelimpahan tugas atau wewenang dari pengurus tertentu kepada individu lainnya dalam menangani suatu kegiatan poktan. 4. Poktan sebagai unit belajar ditinjau dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu poktan dalam berusaha tani organik dijabarkan ke dalam beberapa indikator sebagai berikut: a. Dari segi penyediaan saprotan (khususnya dekomposer, pupuk, pestisida, dan ZPT), terjadi kesenjangan pengetahuan dan keterampilan antara pengurus poktan dan anggota Poktan Tranggulasi. Hal tersebut diperlihatkan oleh adanya ketergantungan dari individu Poktan Tranggulasi yang cenderung mengandalkan usaha dari pengurus poktan, khususnya dalam penyediaan saprotan. Berbeda dengan Poktan Tranggulasi, anggota Poktan BM tidak hanya mengandalkan usaha pengurus poktan dalam penyediaan saprotan, melainkan dilakukan secara mandiri oleh tiap individu poktan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu Poktan BM lebih unggul dibandingkan dengan individu Poktan Tranggulasi. b. Dari segi budidaya tanaman, Poktan Tranggulasi maupun Poktan BM memperlihatkan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu poktan, baik dari segi penanaman dan pemeliharaan tanaman banyak mengacu pada materi belajar di poktan. c. Dari segi penanganan pasca panen, terjadi kesenjangan pengetahuan dan keterampilan antara pengurus poktan dan anggota Poktan Tranggulasi. Hal tersebut terbukti dari aktivitas pasca panen yang semata-mata hanya ditangani oleh sekelompok petani yang tergabung dalam pengelola unit bisnis poktan. Berbeda dengan Poktan Tranggulasi, Poktan BM melibatkan peran serta para wanita tani yang

195 notabene sebagai anggota poktan dalam menangani aktivitas pasca panen. d. Dari segi pemasaran hasil produksi, Poktan Tranggulasi maupun Poktan BM membuktikan adanya pengetahuan dan sikap individu poktan mengenai perbandingan antara pasar modern dan pasar tradisional dari berbagai aspek. Akan tetapi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap pengurus poktan lebih unggul dibandingan dengan anggota poktan, apabila ditinjau dari segi aktivitas pemasaran yang lebih khusus, seperti: teknis penentuan harga, promosi, komunikasi dengan supplier, dan kegiatan distribusi. 5. Adanya pengetahuan dan sikap anggota poktan terhadap produksi, pendapatan, kemandirian, dan kesejahteraan disebabkan oleh dijalankannya proses produksi secara organik yang turut mengacu pada materi belajar di poktan. Berikut penjabarannya: a. Dari segi produksi, sayuran yang ditangani dengan sistem organik dianggap lebih berkualitas. Hal ini ditunjukkan dari segi rasa, daya tahannya, maupun jaminan keamanannya untuk dikonsumsi. b. Dari segi pendapatan, harga jual sayuran organik cenderung lebih tinggi, terutama ketika terserap di pasar modern. Selain itu, pendapatan petani bertambah oleh karena adanya penekanan biaya produksi, dimana penyediaan saprotan banyak mengandalkan sumber daya alami lokal, kalaupun mengandalkan input dari luar, biaya yang dikeluarkan tidak sebesar dengan membeli saprotan dari toko atau pabrik pertanian. c. Dari segi kemandirian petani terutama ditampakkan melalui kemampuannya dalam menyediakan saprotan (seperti pupuk, pestisida, dan lain-lain) secara mandiri. Selain itu, kemandirian petani juga ditampakkan khususnya oleh individu Poktan BM untuk menganalisis, mengevaluasi, dan merencanakan tindakan perbaikan untuk mengembangkan usaha taninya. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan dan kemauannya untuk melakukan kegiatan pencatatan dalam menjalankan proses produksi. Selain dua hal tersebut, kemandirian petani turut ditandai oleh adanya posisi tawar mereka sebagai penentu

196 harga, sehingga ia memiliki kemandirian untuk memperkirakan harga jual yang layak terhadap produk sayuran yang dihasilkannya. d. Kesejahteraan petani ditunjukkan oleh adanya kemampuan untuk menyediakan modal untuk melakukan UT sayuran di musim tanam berikutnya. Selain itu, kesejahteraan petani juga ditandai oleh kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, misalnya: biaya penyekolahan anak. Di samping itu, pemberdayaan wanita tani dalam menjalankan proses produksi menunjukkan bahwa sudah terwujudnya kesetaraan gender untuk menunjang kesejahteraan keluarga. Dalam kasus tersebut, wanita tani diberdayakan atau dilibatkan dalam menangani kegiatan pasca panen. Dengan jasa penanganan pasca panen, wanita tani memperoleh upah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita tani turut berperan aktif dalam menunjang kesejahteraan keluarganya. Selanjutnya, kesejahteraan yang dimaksud dalam penelitian ini juga dirasakan oleh individu poktan untuk jangka waktu yang relatif panjang. Dalam hal tersebut, individu poktan beranggapan bahwa sistem UT organik lebih mengedepankan aspek keramahan lingkungan, sehingga mutu lingkungan dapat tetap terjaga untuk jangka waktu yang panjang dan berguna bagi kesejahteraan generasi mendatang. 6. Poktan sebagai unit belajar ditijau dari segi penyediaan wadah belajar bagi pihak lain untuk pengembangan UT, memperlihatkan bahwa dari segi penyediaannya, kedua poktan tergolong berfungsi. Poktan Tranggulasi mengandalkan wadah P4S-nya, sedangkan Poktan BM mengandalkan pembentukan sub-sub kelompok. Meski begitu, ditinjau dari segi partisipasi para anggota dalam memfungsikan wadah belajar ini, kedua poktan kurang melibatkan peran serta para anggota.

197 5.1.2. Peran Kepemimpinan Pengurus Poktan Dalam Mewujudkan Poktan Sebagai Unit Belajar 1. Pengurus poktan turut memegang peran kepemimpinan dalam menciptakan situasi dan kondisi dalam aspek pertemuan rutin, dimana pengurus Poktan Tranggulasi banyak mengandalkan rapat khusus pengelola untuk membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan poktan dan adanya kendala dengan bank yang mengakibatkan sering terjadinya topik pembicaraan dalam pertemuan diarahkan oleh pengurus poktan untuk membahas hal tersebut. Di sisi lain, pengurus Poktan BM banyak mengandalkan rapat umum poktan untuk membicarakan berbagai hal yang ada sangkut-pautnya dengan poktan dan topik pembicaraan diarahkan pada pembahasan tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan usaha tani yang dialami oleh individu poktan. 2. Pengurus poktan turut memegang peran kepemimpinan dalam menciptakan situasi dan kondisi dalam wadah percobaan dan adopsi teknologi yang dilakukan secara kolektif. Oleh karena itu, peran kepemimpinan pengurus Poktan BM dalam wadah ini masih tergolong eksis, mengingat wadah percobaan secara kolektif saat ini hanya masih berlaku di Poktan BM. Kemudian, pada aspek penyebarluasan informasi hasil kegiatan uji coba, Poktan Tranggulasi sedang terkendala dalam melaksanakan kegiatan tersebut, sedangkan Poktan BM tergolong lancar. Dengan demikian, walau dilakukan secara perorangan, informasi hasil kegiatan uji coba masih disebarluaskan di Poktan BM. 3. Situasi dan kondisi dalam kegiatan pendelegasian turut didukung oleh peran kepemimpinan pengurus poktan, dimana pengurus Poktan Tranggulasi mendelegasikan individu poktan untuk hadir dalam forum pertanian umumnya berdasarkan atas pertimbangan kemauan dan kemampuan individu poktan. Sedangkan, pengurus Poktan BM menggunakan teknik bergilir untuk mendelegasikan individu poktan dalam forum pertanian. Di sisi lain, dari segi pendelegasian tugas dan wewenang, pengurus di kedua poktan sama-sama melimpahkan tugas dan wewenang kepada individu poktan lainnya untuk menangani suatu kegiatan atau agenda poktan.

198 4. Poktan sebagai unit belajar dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu poktan dalam berusaha tani organik turut disebabkan oleh peran pengurus poktan. Bentuk peran kepemimpinannya dijabarkan sebagai berikut: a. Individu Poktan Tranggulasi tergolong tidak mandiri dalam penyediaan saprotan, karena pengurus Poktan Tranggulasi menyediakan saprotan dalam jumlah yang relatif besar, yang mengakibatkan ketersediaan saprotan yang dibutuhkan oleh anggota menjadi cukup, sehingga cenderung tergantung dengan usaha pengurus. Sedangkan, kemandirian individu Poktan BM dalam menyediakan saprotan disebabkan oleh adanya keterbatasan saprotan yang disediakan oleh pengurus Poktan BM. b. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu poktan dalam budidaya tanaman terbentuk di kedua poktan. Hal tersebut didukung oleh materimateri yang tersedia di wadah belajar yang turut diorganisir oleh pengurus poktan. c. Terjadi kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap antara pengurus dan anggota Poktan Tranggulasi disebabkan oleh aktivitas pasca panen yang terbatas pada keterlibatan petani yang tergabung dalam pengelola pemasaran Poktan Tranggulasi. Di sisi lain, pengurus Poktan BM melibatkan para anggota poktan dalam mengemban tugas penanganan pasca panen, sehingga para anggota memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengenai aktivitas tersebut. Peran pengurus Poktan BM hanya terbatas pada pengorganisiran bidang usaha itu. d. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pengurus poktan untuk beralih ke UT organik menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak pemerintah maupun swasta yang kemudian membuat mereka bersedia untuk memperantari terjalinnya hubungan kerjasama antara poktan dengan pedagang perantara (supplier). Dengan demikian, individu poktan memiliki kesempatan untuk memasarkan hasil produksi ke pasar modern. Situasi semacam itu membuat individu poktan memiliki pengetahuan dan sikap

199 mengenai pemasaran hasil produksi ke pasar modern dan bisa mengetahui perbedaan antara pemasaran ke pasar tradisional dan pemasaran ke pasar modern. Meski begitu, terjadi kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap antara pengurus dan anggota poktan dalam aspek kegiatan pemasaran yang lebih khusus (seperti: teknis penentuan harga, teknis kerjasama dengan supplier, promosi, dan kegiatan distribusi). Hal tersebut dikarenakan adanya peran dominan yang dipegang oleh pengurus poktan dalam kegiatan pemasaran, yaitu: bertindak sebagai negosiator harga, sebagai pihak yang intensif menjalin komunikasi dengan supplier, sebagai pihak yang berinisiatif melibatkan individu poktan lain untuk mendiskusikan kelayakan kerjasama dengan supplier, sebagai promotor produk, dan sebagai distributor. 5. Poktan sebagai unit belajar dalam penelitian ini juga disebabkan oleh dua peran kepemimpinan pengurus poktan, yakni: sebagai penjalin komunikasi atau kerjasama dengan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan belajar poktan dan sebagai perwakilan dalam gapoktan. Kepemimpinan pengurus di kedua poktan turut berperan untuk mewujudkan situasi tersebut. Situasi yang pertama turut diwujudkan dengan adanya upaya pengurus di kedua poktan untuk membangun kerjsama atau komunikasi dengan pihak lain untuk mencari jalan keluar atas permasalahan usaha tani yang dialami oleh individu poktan. Selanjutnya, situasi yang ke dua terwujud karena pengurus di tiap poktan memegang status dan berperan aktif dalam gapoktan KOMPOR Merbabu. Peran aktif tersebut terbukti dari adanya kegiatan diskusi dan musyawarah-mufakat antar poktan organik untuk menyusun dan mengesahkan SOP. Kemudian, SOP dijadikan pedoman bagi seluruh petani yang tergabung dalam poktan terkait untuk menjalankan usaha tani. 6. Situasi dan kondisi poktan sebagai unit belajar dari aspek penyediaan wadah belajar bagi pihak lain turut disebabkan oleh peran kepemimpinan pengurus poktan. Pengurus di kedua poktan memegang peran membangun komunikasi dengan pemangku-pemangku kepentingan dalam rangka pembentukan wadah belajar bagi pihak lain. Partisipasi para anggota dalam

200 memfungsikan wadah belajar bagi pihak lain cenderung rendah oleh karena pengurus poktan memegang peran dominan sebagai diseminator atau pembawa materi tentang sistem UT organik ke peserta belajar. Kalaupun sudah ada pembagian yang jelas atau penjadwalan yang jelas tentang waktu bertugas individu poktan untuk mendampingi peserta belajar, seringkali individu poktan (khususnya anggota) tidak mampu untuk mengemban tugas tersebut. 5.2 Saran Terdapat beberapa saran untuk memperkuat peranan kepemimpinan pengurus poktan dalam mewujudkan poktannya sebagai unit belajar. Saran dalam penelitian ini dipilah menjadi dua bentuk. Petama, saran bagi poktan, pemerintah, dan pihak swasta. Ke dua, saran bagi kaum akademisi. Berikut penjelasannya: 5.2.1. Saran Bagi Poktan, Pemerintah, dan Pihak Swasta 1. Walaupun memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan anggota poktan, pengurus poktan diharapkan lebih mengedepankan sikap kolektif (mau berbagi) di atas sikap individualis. Akan tetapi lebih ideal, apabila pengurus poktan mampu mengorganisir seluruh anggota poktan untuk mengelola wadah belajar dan usaha untuk mewujudkan poktan sebagai unit belajar dilakukan secara partisipatif. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan tiap individu, baik dalam hal usaha tani maupun berorganisasi poktan dapat lebih merata. 2. Khususnya bagi Poktan Tranggulasi, diharapkan pertemuan rutin diadakan dengan melibatkan peran serta anggota poktan, sehingga anggota poktan turut memiliki peran dan kesempatan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dalam segala kegiatan poktan. Model partisipasi peran serta perlu diterapkan dalam menjalankan berbagai aktivitas di poktan. Kemudian, pembicaraan mengenai tukar pengalaman dalam berusaha tani dan usaha kolektif perlu diutamakan dalam pertemuan rutin, karena hal tersebut cukup mendorong partisipasi dari para anggota. 3. Pengurus poktan perlu melakukan pendekatan ke anggota poktan dengan tujuan untuk menganalisa berbagai inovasi-inovasi yang diraih oleh anggota poktan, sehingga anggota poktan juga turut berperan aktif dalam

201 memperkaya pengetahuan dan keterampilan individu pokta dalam berusaha tani. Hal tersebut sebagai wujud nyata penghargaan dari pengurus poktan kepada anggota. Selain itu, supaya pengurus tidak terkesan sebagai pihak yang dominan dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu poktan dalam melakukan UT. 4. Sebaiknya penekanan terhadap pengembangan organisasi poktan ditingkatkan dalam wadah belajar milik poktan. Pengembangan organisasi yang dimaksud dintaranya meliputi: pengembangan SDM anggota untuk mempersiapkan mereka menjadi kader penerus di kepengurusan poktan; pengembangan pengetahuan dan keterampilan individu dalam poktan untuk menangani segala hal yang berkaitan dengan administrasi; memperkuat peran anggota poktan sebagai delegator, baik untuk menangani kegiatan poktan maupun delegator dalam forum pertanian; dan cara lainnya. 5. Pengurus poktan sebaiknya mulai melibatkan peran serta anggota untuk membangun relasi dengan pihak lain guna memenuhi kebutuhan belajar poktan. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan anggota dengan pihak lain, sehingga koneksinya tidak hanya dimiliki oleh pengurus saja. Selain itu, bertujuan pula untuk mempersiapkan kader penerus poktan. 6. Dalam mengimplementasikan usaha tani secara organik, sebaiknya petani berpedoman pada materi yang diperoleh di wadah belajar yang tersedia di poktan. Kemudian, keterlibatan para anggota untuk memberikan kontribusi dalam kegiatan usaha tani yang bisa dilakukan secara kolektif (khususnya: penyediaan saprotan, penanganan pasca panen, dan pemasaran) sebaiknya ditingkatkan. Selanjutnya, pengalaman atau pengetahuan baru yang didapat oleh petani dari kegiatan usaha taninya sebaiknya disebarluaskan kepada petani lainnya. 7. Pengurus poktan sebaiknya lebih menggiatkan aktivitas dan memberi kesempatan anggota poktan untuk melakukan pembinaan kepada pihak lain. Bagi Poktan Tranggulasi, peran serta dari anggota poktan diperkuat untuk membina peserta belajar, sehingga anggota poktan merasa bahwa potensi dan pengalamannya dalam berusaha tani sayuran organik dihargai sebagai acuan belajar di P4S. Upaya semacam itu juga dapat

202 menumbuhkembangkan keberanian dan kemampuan anggota poktan dalam berkomunikasi. Kemudian bagi Poktan Bangkit Merbabu, penjadwalan seluruh individu poktan untuk melakukan visitasi dan pendampingan ke sub-sub kelompok perlu dilakukan lebih merata dan lebih ditertibkan. Jika terdapat anggota yang merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan petani binaan, maka pengurus poktan sebaiknya mendampingi, supaya kelak kemampuan anggota Poktan BM dalam berkomunikasi dengan petani binaan dapat lebih terasah. 8. Peran aktif dari pengurus Poktan Tranggulasi dan Bangkit Merbabu perlu diperlihatkan dalam mengembangkan fungsi gapoktan KOMPOR Merbabu sebagai wadah belajar-mengajar. Minimal kegiatan belajar-mengajar antar kedua poktan (Poktan Tranggulasi dan Poktan Bangkit Merbabu) digiatkan kembali. Hal ini tentunya juga bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar poktan. 5.2.2. Saran Bagi Kaum Akademisi 1. Melakukan penelitian lanjutan dengan obyek yang sama dengan skripsi ini, namun menggunakan pendekatan deduktif atau metode kuantitatif. Dalam pelaksanaannya, skripsi ini diharapkan mampu menjadi bahan masukan untuk menyusun hipotesis, yang kemudian diuji menggunakan metode kuantitatif. 2. Perlu melakukan penelitian lanjutan mengenai perbedaan kelompok tani sayuran organik sebagai unit belajar di dua wilayah yang kondisinya relatif berbeda, baik dari segi karakteristik sumber daya alamnya, karakteristik sumber daya manusia, karakteristik sosial, maupun karakteristik budayanya.