Studi Kasus Analisis Kerusakan Abutmen Jembatan Sungai Bahalang Kalimantan Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
INFO TEKNIK Volume 11 No. 1, Juli 2010 (55-75)

ANALISA KERUSAKAN ABUTMEN JEMBATAN KOTO GASIB KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

2.2 Data Tanah D. YULIANTO 1. PENDAHULUAN

Pemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga

DAFTAR ISI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

PERENCANAAN ABUTMEN DAN ALTERNATIF JALAN PENDEKAT JEMBATAN BRAWIJAYA KEDIRI. Wilman Firmansyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEGAGALAN PONDASI TIANG KELOMPOK PADA KONSTRUKSI PILAR JEMBATAN

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Penggunaan Soldier Pile Sebagai Dinding Penahan Tanah Kasus : Design and Build Gerbang di Suatu Real Estate Surabaya Barat.

STUDI STABILITAS SISTEM PONDASI BORED PILE PADA JEMBATAN KERETA API CIREBON KROYA

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN


PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV KRITERIA DESAIN

ANALISIS PONDASI JEMBATAN DENGAN PERMODELAN METODA ELEMEN HINGGA DAN BEDA HINGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN TANAH DASAR AKIBAT TIMBUNAN PADA JALAN AKSES JEMBATAN TAYAN

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

Kasus Kegagalan Konstruksi Dinding Penahan Tanah Rumah Mewah Di Atas Tanah Lunak

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

MEKANIKA TANAH 2. TEKANAN TANAH LATERAL At Rest...Rankine and Coulomb

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

pemikiran dan mempertajam konsep yang digunakan yang memuat penelitian yang optimal. Bab ini berisi tentang tinjauan umum dan penelitian sejenis

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Di daerah Kalimantan timur memiliki tanah organic clay yang menutupi

Oleb: HANINDYA KUSUMA ARTATI NTh1:

BAB II TI JAUA PUSTAKA

ANALISA PENGARUH KETEBALAN PILE CAP DAN JARAK ANTAR TIANG TERHADAP KAPASITAS KELOMPOK PONDASI DENGAN MENGGUNAKAN PLAXIS 3D

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI

STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN DINDING TURAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL DAN PROGRAM OASYS GEO 18.1

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

PERENCANAAN PERKUATAN TANGGUL UNTUK MENANGGULANGI LONGSOR DI TEBING SUNGAI SEGAH JALAN BUJANGGA, BERAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print D-44

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang melandasi setiap

ANALISIS LERENG DENGAN PERKUATAN PONDASI TIANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

STUDI PERILAKU TIANG PANCANG KELOMPOK MENGGUNAKAN PLAXIS 2D PADA TANAH LUNAK ( VERY SOFT SOIL SOFT SOIL )

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perencanaan Pondasi Jembatan dan Perbaikan Tanah untuk Oprit Jembatan Overpass Mungkung di Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono STA

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

ANALISIS STABILITAS LERENG BERTINGKAT DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA JALAN REL SEPANCAR - GILAS STA 217 MENGGUNAKAN METODE IRISAN BISHOP DAN PERANGKAT LUNAK PLAXIS ABSTRAK

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN ATAU TANPA PERKUATAN GEOTEXTILE DENGAN PERANGKAT LUNAK PLAXIS ABSTRAK

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh muatan (beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman

Alternatif Perbaikan Perkuatan Lereng Longsor Jalan Lintas Sumatra Ruas Jalan Lahat - Tebing tinggi Km

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10 Studi Kasus Analisis Kerusakan Abutmen Jembatan Sungai Bahalang Kalimantan Tengah Gawit Hidayat Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat Gedung Fakultas Teknik, Kampus Unlam, Banjarmasin 70123, Indonesia Abstract: Bahalang Bridge is a Class B truss bridge crossing the Bahalang River in Ampah (Central Kalimantan). It was built to connect roads for coal transportation. The bridge structure has a problem, namely an abutment failure in its east-side abutment. There has been a 30-degree rotation that the back side of abutment has moved about 2 meters downward and slipped from its place about 1 meter to the river. The purpose of this study is to study the behavior of the soil layers around the abutment and to find out the main cause of failure. The analysis is based on approximate calculation using Plaxis and Xstabl computer packages. Two options of calculation are considered. In the first option a water level of 29.5 m is used. Xstabl shows an SFmin of 0.764 and Plaxis shows a total displacement of 64.5 m. In the second one the water level of the river is assummed to be 27.4 m. Xstabl shows an SFmin of 0.807 and Plaxis shows a total displacement of 4.15 m. The results suggest that the collapse already took place during the backfill activity on the east-side approach road. During that process the backfill material consisting of sand was laid too rapidly by direct dumping from truck and spreading by excavators. The total displacement is 6.45 m. The pile bending moments aer found to be above the allowable value, that is 57.81 knm in front of the piles, and 63.90 knm on the back. It can be concluded that the failure is due to excessive displacement that has the potential to damage the piles. Keywords: abutment failure, bending moment, total displacement 1. Introduction 1.1 Latar Belakang Pembangunan jembatan rangka baja kelas B melintang sungai Bahalang di daerah Ampah Kalimantan Tengah sebagai penghubung jalan yang dibangun untuk angkutan batu bara, memegang peranan penting di dalam menunjang laju pertumbuhan perekonomian masyarakat wilayah setempat. lateral. Hal ini terlihat pada Gambar 2. Diperkirakan bahwa tiang di tumpukan bawah bagian belakang abutmen yang turun telah tertekuk atau menjauh dari struktur dan tidak memberikan dukungan beban. Usaha pembangunan jembatan mendapat kendala yaitu kerusakan pada abutmen yang terletak di bagian timur jembatan. Terjadi rotasi sebesar 30 sehingga bagian belakang abutmen mengalami penurunan sedalam 2 meter dan bergeser dari letak semula menuju ke arah sungai sejauh 1 meter seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 2. Pondasi tiang pada abutmen Kegagalan terjadi setelah pengurugan tanah timbunan di daerah belakang abutmen bagian sebelah timur. Timbunan terdiri dari bahan pasir yang ditempatkan secara cepat dan langsung dari bak truk, kemudian diratakan dengan excavator seperti pada Gambar 3. 1.2 Tujuan dan Manfaat Gambar 1. Keadaan abutmen Tujuan studi kasus ini adalah untuk menganalisa penyebab terjadi kerusakan abutmen jembatan dengan mengetahui berapa besar total displacement dan bending momen yang terjadi pada tiang pancang. Ujung dari abutmen tampaknya tetap melekat pada tumpuan pondasi yang telah mengalami perpindahan 9

Gawit Hidayat dalam perencanaan timbunan adalah sebagai berikut. Gambar 3. Pekerjaan timbunan di belakang abutmen 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Kekuatan Geser Tanah Kekuatan geser suatu massa tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud. Untuk menganalisis masalah stabilitas tanah seperti daya dukung, stabilitas talud (lereng), dan tekanan tanah ke samping pada turap maupun tembok penahan tanah, mula-mula kita harus mengetahui sifat-sifat ketahanan penggesernya tanah tersebut. Mohr [1] menyuguhkan sebuah teori tentang keruntuhan pada material yang menyatakan bahwa keruntuhan terjadi pada suatu material akibat kombinasi kritis antara tegangan normal dan geser, dan bukan hanya akibat tegangan normal maksimum atau tegangan geser maksimum saja. Jadi, hubungan antara tegangan normal dan geser pada sebuah bidang keruntuhan dapat dinyatakan, dalam bentuk τ f = f(σ) (1) Garis keruntuhan (failure envelop) yang dinyatakan oleh persamaan 1 sebenarnya berbentak garis lengkung. Untuk sebagian besar masalah-masalah mekanika tanah, garis tersebut cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang menunjukkan hubungan linear antara tegangan normal dan geser [1]. Persamaan itu dapat ditulis sebagai berikut: τ f = c + σ tan φ (2) dengan c adalah kohesi, dan φ adalah sudut geser dalam. Hubungan pada persamaan (2) disebut juga sebagai kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. 2.2 Prinsip Dasar Perencanaan Timbunan 1. Stabilitas Timbunan. Stabilitas timbunan adalah stabilitas konstruksi timbunannya dan stabilitas tanah dasamya (subgrade). Timbunan harus didesain dengan faktor keamanan yang cukup agar tidak terjadi kelongsoran, baik longsoran lereng, longsoran kaki dan longsoran dalam. Stabilitas konstruksi timbunan sangat dipengaruhi oleh jenis material timbunan dan pelaksanaan pemadatannya, sedangkan stabilitas tanah dasar tergantung dari jenis perlapisan dan kuat geser tanah dasarnya. Oleh karena itu, tanah dasar harus diselidiki dengan teliti dan dianalisis terhadap berbagai kemungkinan bentuk keruntuhan yang akan terjadi. Stabilitas lereng timbunan tergantung dari sudut lereng, tinggi timbunan dan kuat geser. 2. Penurunan Tanah Timbunan. Penurunan timbunan terdiri atas pemampatan tanah timbunan dan tanah dasarnya. Pemampatan pada tanah timbunan terjadi akibat berat timbunan dan pemadatan oleh arus lalu lintas terutama pada lapisan teratasnya. Penurunan tanah dasar diakibatkan adanya proses konsolidasi. Timbunan tidak boleh mengalami penurunan dan perbedaan penurunan yang besar sesudah pelaksanaan. 3. Tinggi Timbunan. Penentuan rencana tinggi timbunan harus mempertimbangkan tinggi maksimum timbunan yang mampu didukung lapisan tanah tanpa terjadi keruntuhan geser atau penurunan yang berlebihan. Tinggi timbunan kritis dihitung dengan rumus H k = 5,14 c u γ t (3) dimana H k tinggi timbunan kritis (m), c u adalah kuat geser undrained yang terkoreksi (kpa), dan t berat isi timbunan (kn/m 2 ). 3. Metode untuk Analisis Studi Kasus Metode untuk studi kasus ini adalah dengan menginventarisasi data sekunder berupa data sondir, bor mesin, dan pengukuran topografi yang kemudian dilanjutkan dengan interpretasi data yang tujuannya adalah untuk menganalisa penyebab kerusakan abutment jembatan. Kegiatan interpretasi ini meliputi Interpretasi data tanah, perhitungan pembebanan timbunan, analisis stabilitas lereng, dan analisa prilaku tanah dengan menggunakan program Plaxis. Tanah lunak memiliki memiliki keterbatasan dalam hal mendukung beban timbunan maka pembuatan jalan yang melintasi daerah tanah lunak harus direncanakan seteliti mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan 10 Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10

Studi Kasus Analisis Kerusakan Abutmen Jembatan Sungai Bahalang Kalimantan Tengah 4. Pembahasan 4.1 Geometri Tanah Dasar Pelaksanaan pekerjaan pembangunan jembatan Bahalang di bangun diatas tanah lunak. Untuk analisa geoteknik digunakan data berdasarkan data bor mesin (BH-1), karena lokasi penyelidikan berdekatan dengan abutmen yang rusak. Starifikasi lapisan tanahnya dapat dilihat pada Gambar 4. 4.3 Perhitungan Kekuatan Bahan Dari Buku Teknik Sipil untuk tiang pancang pipa baja diameter 21,63 cm didapatkan data sebagai berikut: Tebal D = 12 mm = 2163 mm A = 29,94 cm 2 Ws = 23,5 kg/m = 0,235 kn/m Ip = 1680 cm 4 Mutu baja = 2400 kg/cm 2 (Bj-37) ijin = 1200 kg/cm 2. Maka kekuatan tiang pancang baja diperhitungkan sebagai berikut: P ijin = σ baja A ijin = 351,48 kn. Gambar 4. Stratifikasi lapisan tanah 4.2 Analisis Stabilitas Lereng Analisis keruntuhan terhadap lereng sungai Bahalang menggunakan analisis metode Bishop dengan aplikasi program komputer Xstabl versi 5.202, maka akan didapatkan tipe keruntuhan dan besaran angka keamanan. Persamaan faktor keamanan untuk analisis stabilitas lereng cara Bishop adalah F s = p i=1 cb i + W i u i b i tanφ W i sinθ i cosθ i 1 + tanθ i tanφ/f s Analisis stabilitas lereng dimodelkan dalam beberapa kondisi seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan nilai faktor keamanan lereng Kondisi Beban Elevasi Faktor Stabilitas Lereng No. Timbunan MAT (m) Keamanan (stabil, jika >1,4) 1. Belum ada 29,5 2,874 stabil 2. ada 29,5 0,764 Tidak stabil 3 ada 27,4 0,807 Tidak stabil Hasil analisa perhitungan stabilitas lereng untuk kondisi awal didapatkan SF = 2,874. Hal ini berarti bahwa lereng tersebut aman sebelum ada tambahan beban timbunan. Sedangkan hasil analisa dengan tambahan beban timbunan didapatkan faktor keamanan < 1 maka stabilitas lereng terhadap longsoran adalah tidak aman. Keruntuhan yang terjadi pada lereng timbunan adalah keruntuhan dasar lereng. Pengaruh aliran air atau rembesan menjadi faktor yang sangat penting dalam stabilitas lereng. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan hasil faktor keamanan pada tinggi muka air yang berbeda. (4) M ijin = σ baja I p = 18,64078 kn. m 0,5D Jadi allowable axial load dari tiang berdasarkan kekuatan bahannya adalah 351,48 kn dan bending moment yang diijinkan adalah 18,64078 knm. 4.4 Analisis Perilaku Tanah dengan Program Plaxis Berdasarkan Gambar 4 maka akan dibuat model lereng yang akan dianalisis. Model lereng ini merupakan pendekatan dari kondisi sebenarnya di lapangan. Metode elemen hingga digunakan dalam analisis balik ini dengan bantuan program Plaxis vers 8.5. Model keruntuhan tanah yang digunakan adalah Mohr Coulomb. Pada pelaksanaan di lapangan, suatu konstruksi dan pekerjaan timbunan merupakan sebuah proses yang dapat terdiri dari beberapa tahapan. Dalam Plaxis proses tersebut disimulasikan dengan menggunakan pilihan perhitungan berupa Tahapan Konstruksi. Tahapan Konstruksi memungkinkan pengaktifan atau penonaktifan dari berat, kekakuan dan kekuatan dari komponen-komponen yang diinginkan dalam model. Metode ini juga memudahkan mengubah distribusi tekanan air. Gambar 4 menggambarkan stratifikasi tanah yang akan digunakan sebagai input geometri. Permodelan tanah di analisis dalam beberapa kondisi yang tertera dalam Tabel 2. Beban q adalah beban yang perhitungkan sebagai beban preloading. Tiang yang digunakan adalah tiang pipa baja diameter 21,63 cm. Hasil analisis menggunakan Plaxis dijelaskan berdasarkan beberapa kondisi. 4.5 Kondisi A Pada kondisi ini, timbunan di modelkan secara bertahap per satu meter sampai setinggi 4,5 meter dengan ketinggian muka air 29,5 meter. Dari hasil Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10 11

Gawit Hidayat analisis diperoleh besaran total displacement dan bending moment seperti pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 8. Pada Gambar 6 digambarkan arah pergerakan tanah dengan displacement sebesar 64,50 meter. Kondisi Tabel 2. Kondisi permodelan tanah Tinggi Timbunan (m) Tinggi MAT (m) Beban q (kn/m 2 ) A 4,5 29,5 - B 4,5 27,5 - c 2 27,5 3 Untuk bending moment tiang pancang, didapatkan bending moment tiang belakang lebih besar daripada tiang pancang depan. Hal ini karena tiang pancang belakang lebih banyak menahan beban bekerja. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3. Terlihat bahwa bending momen yang terjadi melebihi dari bending momen ijin tiang pancang. Hal ini dapat menyebabkan tiang pancang patah. Pergerakan tersebut terjadi pada tinggi timbunan 3 meter. 4.6 Kondisi B Timbunan dimodelkan secara bertahap per satu meter sampai setinggi 4,5 meter dengan ketinggian muka air 27,4 meter. Dari hasil analisis diperoleh besaran total displacement dan bending momen seperti pada Gambar 9 sampai dengan Gambar 12. Pada Gambar 10 terlihat arah pergerakan tanah dengan displacement sebesar 4,15 meter. Untuk bending momen tiang pancang, didapatkan bending momen tiang belakang lebih besar daripada tiang pancang depan. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4. Gambar 5. Deformed mesh akibat timbunan pada kondisi A Gambar 6. Deformed mesh arah pergerakan tanah pada kondisi A 12 Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10

Studi Kasus Analisis Kerusakan Abutmen Jembatan Sungai Bahalang Kalimantan Tengah Gambar 7. Diagram bending moment tiang depan pada kondisi A Gambar 8. Diagram bending moment tiang belakang pada kondisi A Tabel 3. Total displacement dan bending moment pada kondisi A Keterangan Satuan Hasil Total displacement m 64,50 Bending moment tiang depan knm/m 131,03 Bending moment tiang belakang knm/m 140,33 Bending moment ijin knm 18,64078 Hasil bending moment yang terjadi melebihi dari bending momen ijin tiang, hal ini dapat mengakibatkan tiang patah. Pada kondisi B keruntuhan terjadi pada saat tinggi timbunan 3 meter. Kondisi tinggi muka air sangat mempengaruhi terhadap besar displacement yang terjadi. Terlihat dari hasil pada Tabel 3 dan Tabel 4. perbedaan yang cukup jauh. Semakin tinggi muka air semakin besar displacement yang dihasilkan. Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10 13

Gawit Hidayat Gambar 9. Deformed mesh akibat timbunan pada kondisi B Gambar 10. Deformed mesh arah pergerakan tanah pada kondisi B Gambar 11. Diagram bending moment tiang depan pada kondisi B 14 Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10

Studi Kasus Analisis Kerusakan Abutmen Jembatan Sungai Bahalang Kalimantan Tengah Gambar 12. Diagram bending Mmoment tiang belakang pada kondisi B Tabel 4. Total displacement dan bending moment pada kondisi B Keterangan Satuan Hasil Total displacement m 4,15 Bending moment tiang depan knm/m 19,74 Bending moment tiang belakang knm/m 19,95 Bending moment ijin knm 18,64078 4.7 Kondisi C sebesar 3 kn/m 2. Hal ini berdasarkan keadaan di lapangan pada saat sebelum keruntuhan abutmen terjadi, timbunan ditempatkan secara cepat dan langsung dari truk, kemudian diratakan dengan excavator. Ketinggian muka air adalah 27,4 meter. Hasil analisis diperoleh besaran total displacement dan bending moment seperti pada Gambar 13 sampai dengan Gambar 16. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5. Pada kondisi ini dilakukan pembebanan secara langsung setinggi 2 m yang ditambah beban preloading Gambar 13. Deformed mesh akibat timbunan pada kondisi C Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10 15

Gawit Hidayat Gambar 14. Deformed mesh arah pergerakan tanah pada kondisi C Gambar 15. Diagram bending moment tiang depan pada kondisi C 16 Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10

Studi Kasus Analisis Kerusakan Abutmen Jembatan Sungai Bahalang Kalimantan Tengah Gambar 16. Diagram bending moment tiang belakang pada kondisi C Tabel 5. Total displacement dan bending moment pada kondisi C Keterangan Satuan Hasil Total displacement m 6,42 Bending moment tiang depan knm/m 57,81 Bending moment tiang belakang knm/m 63,90 Bending moment ijin knm 18,64078 Dari hasil analisa diketahui bahwa faktor dominan yang menyebabkan terjadinya keruntuhan adalah terjadinya deformasi lateral tiang akibat pembebanan segera sehingga menimbulkan bending moment sebesar 63,90 knm/m pada tiang belakang dan 57,81 knm/m untuk tiang depan. Hal tersebut diakibatkan tinggi timbunan oprit melampaui tinggi kritisnya, sehingga terjadi keruntuhan timbunan oprit sebagai dampak akibat dari proses langsung di mana timbunan tersebut langsung diurug di atas tanah lembek dan diratakan dengan excavator. Excavator memberikan tambahan beban yang bekerja pada tanah sebesar 3 kn/m. Runtuhnya timbunan oprit menimbulkan extreme total displacement sebesar 6,42 meter yang mendorong bagian tiang yang tertanam pada tanah lunak. Dorongan yang bekerja ini bekerja dalam arah horisontal sepanjang pondasi tiang. Pondasi tiang pipa baja diameter 21,63 cm tidak cukup kuat menahan bending moment sebesar 63,90 knm/m sehingga tiang mengalami deformasi berlebih. Keadaan yang paling buruk adalah tiang tersebut patah di dalam tanah, sehingga tidak mampu memberikan daya dukung lagi. Faktor tinggi muka air sangat berpengaruh terhadap daya dukung tanah. Lapisan tanah dasar adalah jenis tanah lunak dengan sifat tanah lempung yang mudah mengalami proses kembang dan susut, dengan kondisi sungai yang mengalami perubahan posisi muka air secara cepat. Pada saat pasang tinggi (HWL) kuat geser tanah menjadi sangat rendah sebesar 5 kpa. Adanya penimbunan secara cepat dan langsung mengakibatkan bertambahnya gaya geser tanpa adanya perubahan kuat geser tanah dasar. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari hasil studi kasus analisa kerusakan abutmen Jembatan sungai Bahalang di daerah Ampah (Kalimantan Tengah) dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal penting yang tidak diperhatikan selama perencanaan dan pada saat pelaksanaan sehingga mengakibatkan kegagalan struktur. Adapun hal-hal tersebut adalah 1. Lapisan tanah dasar adalah jenis tanah lunak dengan sifatnya yang mudah berkurang kekuatan geser apabila terjadi perubahan pasang surut yang cepat. 2. Dari Hasil analisa dengan menggunakan Program Plaxis timbunan setinggi 2 meter yang melampaui tinggi kritis dengan metode urug lapangan secara cepat dan langsung, serta diratakan dengan excavator mengakibatkan total displacement sebesar 6,42 meter. Dengan nilai total displacement yang begitu besar ini sangat berpotensi terjadi keruntuhan geser tanah. 3. Pondasi tidak mampu menahan gaya lateral akibat penimbunan 2 meter dan beban preloading sebesar 3 kn/m dimana bending moment yang terjadi setelah ditimbun adalah sebesar 63,90 knm/m yang nilainya telah melampaui bending moment ijin tiang dan terjadi di kedalaman 14 meter di bawah permukaan. Dengan demikian bisa dipastikan tiang akan mengalami failure/patah dimana potensi terbesar adalah dibagian sambungan. Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10 17

Gawit Hidayat 5.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka penulis menyampaikan beberapa saran, yaitu 1. Kegiatan penyelidikan tanah memegang peranan penting khususnya dalam pekerjaan perencanaan konstruksi jembatan. Sebaiknya perencana berhatihati dalam melakukan perhitungan yaitu dengan memasukkan banyak pertimbangan dari beberapa aspek geoteknik sehingga bisa menghasilkan perencanaan yang lebih akurat dan aman. 2. Agar pondasi tiang mampu mendukung beban yang bekerja sebaiknya diameter tiang dapat diperbesar atau ditambah jumlahnya sesuai keperluan. 3. Konfigurasi tiang sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga tiang bekerja tidak hanya pada ujung abutmen namun sepanjang abutmen. 4. Untuk kondisi lapisan tanah seperti di lapangan sebaiknya pelaksanaan penimbunan dilakukan secara bertahap dalam jeda waktu tertentu. 5. Gaya horisontal dan momen sebaiknya juga di perhitungkan dalam perancangan, konfigurasi tiang bukan hanya utuk menahan gaya vertikal namun juga harus dapat menahan gaya lateral. References [1] J. E. Bowles, Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga, Jakarta, 1981. 18 Jurnal Teknologi Berkelanjutan Vol. I Ed. 1 (April 2011) 1-10