BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN (FORECASTING)

EMA302 Manajemen Operasional

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Manajemen Pengertian Manajemen

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari

BAB II LANDASAN TEORI

Pembahasan Materi #7

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

METODE TRANSPORTASI Permintaan Masalah diatas diilustrasikan sebagai suatu model jaringan pada gambar sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian semakin ketat.perusahaan-perusahaan beroperasi dan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII METODE TRANSPORTASI

UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Heizer dan Render (2009:4) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah

TRANSPORTASI NORTH WEST CORNER (NWC)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

Riset Operasional TABEL TRANSPORTASI. Keterangan: S m = Sumber barang T n = Tujuan barang X mn = Jumlah barang yang didistribusikan

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut James A.F. Stoner (2006, p7), manajemen adalah suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif.

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PRODUKSI

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI TEKNIK PROYEKSI BISNIS DODI TISNA AMIJAYA SE.,MM METODA METODA -- METODA PERAMALAN METODA PERAMALAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #3 Ganjil 2015/2016. EMA302 Manajemen Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN

biaya distribusi dapat ditekan seminimal mungkin

Hermansyah, Helmi, Eka Wulan Ramadhani INTISARI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

TRANSPORTASI APROKSIMASI VOGEL

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20

MASALAH TRANSPORTASI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

Metode Transportasi. Muhlis Tahir

Membuat keputusan yang baik

Matakuliah : Ekonomi Produksi Peternakan Tahun : Oleh. Suhardi, S.Pt.,MP

PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Metode Transportasi. Rudi Susanto

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

TRANSPORTASI LEAST COST

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI

ANALISA PERBANDINGAN METODE VAM DAN MODI DALAM PENGIRIMAN BARANG PADA PT. MITRA MAYA INDONESIA

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-11

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

Pertemuan 10 STRATEGI DISTRIBUSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Hasibuan dalam bukunya manajemen (2003 : 1) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Manullang dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen (2004 : 5) manajemen didefinisikan sebagai berikut : Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses dimana suatu organisasi dalam melakukan suatu usaha harus mempunyai prinsip-prinsip manajemen dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. 2.1.2 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Sedangkan menurut Eddy Harjanto (2007 : 2) adalah : manajemen operasi adalah merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa, dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. Jadi, manajemen operasi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam mengubah atau mentransformasikan semua masukan (input) perusahaan menjadi keluaran atau output perusahaan. 9

10 2.1.3 Jenis-jenis metode Transportasi Metode untuk memudahkan perusahaan dalam menentukan pengalokasian produk adalah menggunakan metode transportasi.metode transportasi dapat dijabarkan ssebagai berikut. 1. Metode North West Corner Menurut Siswanto (2006,p.274): Metode Sudut Barat Laut (North West Corner Method) adalah sebuah metode awal untuk menyusun table awal dengan cara mengalokasian distribusi mulai dari sel yang terletak pada sudut kiri atas.itulah sebabnya dinamakan metode barat laut. Menurut Mulyono, Sri (2007,p.117): Metode North West Corner adalah metode paling sederhana diantara keempat metode yang telah disebutkan untuk mencari solusi awal. Langkah-langkahnya dapat diringkas sebagai berikut. 1. Mulai pada pojok barat laut table dan alokasikan sebanyak mungkin pada tabel bagian sudut kiri atas tanpa menyimpang dari kendala penawaran atau permintaan (artinya X11 ditetapkan sama dengan yang terkecil diantara nilai S1 dan D1) 2. Ini akan habiskan penawaran pada sumber 1 dan atau permintaan pasa tujuan 1.Akibatnya,tak ada lagi barang yang dapat dialokasikan ke kolom atau baris yang telah dihabiskan dan kemudian baris baris atau kolom itu dihilangkan. Pindahlah secara diagonal ke kotak berikutnya. 3. Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran telah dihabiskan dan keperluan permintaan telah dipenuhi

11 Menurut Render dan Heizer (2006,p.633): Aturan North West Corner mengharuskan perhitungan dimulai pada bagian kiri atas (northwest-corner)tabel dan mengalokasikan unit keperluan permintaan telah dipenuhi. 2. Least Cost Menurut Mulyono (1991:110), metode Least-Cost mencapai tujuan minimasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak sesuai dengan besarnya biaya transportasi per unit. Prosedur metode ini adalah: 1. Pilih variabel Xij (kotak) dengan biaya transport (Cij) terkecil dan alokasikan sebanyak mungkin. Untuk Cij terkecil, Xij = minimum [Si, Dj]. Ini akan menghabiskan baris i atau kolom j. 2. Dari kotak-kotak sisanya yang layak (yaitu yang tidak terisi atau tidak dihilangkan), pilih nilai Cij terkecil dan alokasikan sebanyak mungkin. 3. Lanjutkan proses ini sampai semua penawaran dan permintaan terpenuhi. 3. Metode Vogel s Apporoximation (VAM) Menurut Siswanto (2006 : 279): Langkah-langkah metode VAM dapat diringkas sebagai berikut : 1. Buatlah matrik yang menunjukan kebutuhan masing-masing sumber dan biaya transportasi per unit. 2. Carilah selisih antara dua biaya terkecil di masing-masing kolom baris. 3. Pilh selisih terbesar di antara selisih-selisih yang telah dihitung pada langkah pertama. 4. Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukan

12 alokasi yang sudah dilakukan.hilangkan semua baris dan kolom dimana penawaran dan permintaan telah dihabiskan. 5. Jika semua penawaran dan permintaan belum dipenuhi, kembali ke langkah 1, jika semua penawaran dan permintaan solusi awal terperoleh Tujuan dari jalur ini adalah untuk mempertahankan kendala penawaran dan permintaan sambil dilakukan alokasi ulang barang ke suatu kotak kosong. Semua variable non basis (kotak kosong) dievaluasi dengan cara yang sama untuk menentukan apakah mereka akan menurukan biaya dan karena itu menjadi calon entering variable. Jika semua kotak kosong memiliki perubahan biaya positif, berarti solusi telah optimum. 2.1.4 Saluran Distribusi Penentuan saluran distribusi dalam suatu perusahaan merupakan salah satu keputusan yang sangat penting bagi perusahaan. Dimana perusahaan berusaha agar dengan saluran distribusi yang dipilih,dapat membantu penyaluran produknya dengan tepat. Dengan demikian akan memudahkan konsumen untuk melakukan pembelian produk yang mereka butuhkan,dan dapat bekerja secara efektif dan efisien bagi kedua belah pihak yaitu konsumen dan produsen. Berikut ini beberapa pengertian saluran distribusi menurut teori dari beberapa sumber : Saluran distribusi menurut Kotler (2007 : 122), dalam bukunya Manajemen Pemasaran yaitu: Saluran distribusi merupakan organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produksi atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Sedangkan menurut Saladin (2006 : 153), menyebutkan bahwa : Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.

13 Menurut Yunarto (2006 : 42) menyatakan bahwa dalam saluran distribusi dikenal tiga komponen utama yaitu Intermediary (perantara), Agent (agen), & facilitator (fasilitator). - Intermediary (perantara) adalah pihak-pihak seperti wholeseller (grosir / pedagang besar) dan retailer (pengecer) yang membeli barang, memilikinya dan menjual kembali barang tersebut. Wholeseller dan retailer sering disebut juga dengan istilah merchant (pedagang). - Agent (agen/wakil) adalah pihak-pihak seperti broker (pedagang perantara yang biasanya dibayar dengan imbalan komisi) dan sales agent (agen penjualan). Broker dan agent akan mencari pembeli, bertindak di pihak penjual, negosiasi dengan pembeli, tetapi tidak memiliki barang yang diperantarakan atau diperdagangkan itu. - Facilitator (fasilitator) adalah pihak-pihak lain yang memfasilitasi atau membantu proses distribusi dalam hal pengiriman secara fisik, pengiriman informasi, ataupun proses pembayaran. Fasilitator adalah pihak ketiga yang tidak terlibat proses jual-beli barang dan tidak memiliki barang yang dikirim atau diperdagangkan tersebut. Jadi disini tugas fasilitator hanyalah untuk membantu dan kemudian dia dibayar atas bantuan yang diberikannya ini. Contoh dari fasilitator adalah perusahaan transportasi/ ekspedisi, bank, provider internet (untuk pertukaran informasi), biro iklan, independent warehouse (gudang milik perusahaan lain). Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian saluran distribusi mempunyai kegiatan untuk menyalurkan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan terutama yang menyangkut dengan distribusi dapat berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

14 2.1.5 F ungsi Saluran Distribusi Sebuah saluran distribusi melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Menurut Saladin (2006 : 154) dalam buku Manajemen Pemasaran, fungsi-fungsi dari saluran distribusi adalah sebagai berikut : 1. Informasi, yaitu sebagai pengumpul dan penyebar informasi riset pemasaran tentang potensi dan kemampuan pasar,pesaing dan kekuatan-kekuatan lain dalam lingkungan pemasaran. 2. Promosi, yaitu sebagai pengembangan dan penyebaran komunikasi. 3. Negosiasi, yaitu usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perpindahan hak milik. 4. Pemesanan, yaitu komunikasi saluran ke belakang mengenai minat pembeli oleh anggota saluran pemasaran ke produsen. 5. Pembiayaan, yaitu permintaan dan penyebaran dana untuk menutup biaya saluran distribusi tersebut. 6. Pengambilan resiko, yaitu perkiraan besar resiko berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. 7. Kepemilikan fisik, yaitu milik dari penyimpangan dan pergerakan barang secara fisik dari bahan mentah sampai ke konsumen akhir. 8. Pembayaran, yaitu arus pembayaran atau uang kepada penjual atas jasa atau produk yang telah diserahkan. 9. Kepemilikan, yaitu arus kepemilikan dari suatu lembaga pemasaran ke lembaga pemasaran lainnya. Dari definisi fungsi-fungsi saluran distribusi di atas dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi tersebut dapat membantu perusahaan mempercepat kegiatan operasional perusahaan yang lebih efektif dan penyalurannya dapat dilakukan dengan tepat.

15 2.1.6 Model Distribusi Menurut Yunarto (2006 : 49), Diantara producer dan customer bisa memiliki intermediary atau tidak. Berdasar pada ada tidaknya intermediary. Distribution channel dapat dibagi menjadi dua, yaitu : - Direct channel terjadi ketika produser langsung berhubungan dengan pemakai akhir dan tanpa melalui intermediary. Beberapa contoh sistem direct channel adalah direct sales, direct marketing, on-line marketing, tele-marketing, agent, dan lain-lain. - Indirect channel terjadi jika ada intermediary diantara produser dan pemakai akhir. Jumlah intermediary menentukan panjang pendeknya channel. Jika ada satu intermediary maka disebut channel 1 level, dua intermediary disebut channel 2 level, dan seterusnya. Menurut Yunarto (2006 : 50) : Model dari distribution channel dapat dikelompokkan berdasar tiga kelompok besar berdasarkan jenis produknya, yaitu: consumer products (produk konsumsi), industrial products (produk industri) dan services (jasa). 2.1.7 Faktor-Faktor dalam Pemilihan Saluran Distribusi Keputusan-keputusan saluran distribusi merupakan keputusan yang komplek dan penuh tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Setiap sistem saluran distribusi menciptakan tingkat penjualan dan biaya yang berbeda-beda dan apabila saluran distribusi sudah dipilih,maka saluran distribusi yang sudah dipilih itu akan memberi pengaruh terhadap penjualan. Dalam menentukan saluran distribusi perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Saat memilih saluran distribusi, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya, penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dalam saluran distribusi dikemukakan oleh Saladin (2006 : 157) dalam buku Manajemen Pemasaran yaitu:

16 A. Ciri-ciri produk: 1. Cepat atau tidak rusaknya produk tersebut. 2. Produk yang tidak terstandarisasi. 3. Nilainya tinggi. 4. Memerlukan jasa-jasa instalasi atau pelayanan. B. Ciri-ciri perantara : 1. Kekuatan dan kelemahan perantara. 2. Kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi seperti promosi,negosiasi,penyimpanan dan lain-lain. C. Ciri-ciri pesaing Mengetahui bagaimana pesaing menggunakan jasa-jasa perantara. D. Ciri-ciri perusahaan: 1. Keunggulan dan kelemahan finansial. 2. Ukuran perusahaan. 3. Kemampuan dan kejujuran perusahaan atau perantara. E. Sifat lingkungan 1. Kondisi perekonomian 2. Peraturan 2.1.8 Output Jasa Saluran Distribusi Perusahaan perlu menggunakan saluran distribusi yang berbeda. Dalam pasar yang lebih kecil, perusahaan langsung menjual ke pengecer. Di pasar yang lebih besar, perusahaan mungkin menjual melalui distributor. Menurut Saladin (2006 : 153) dalam buku Manajemen Pemasaran, dalam merancang saluran pemasaran, pemasar harus memahami level output

17 jasa yang diinginkan pelanggan sasaran. Saluran menghasilkan lima output jasa: 1. Ukuran jumlah (lot size : ukuran lot adalah jumlah unit yang diperbolehkan oleh saluran distribusi untuk dibeli oleh satu pelanggan biasa setiap kali pembelian. 2. Waktu tunggu (waiting time): waktu tunggu adalah rata-rata waktu tunggu dari pelanggan saluran untuk menerima barang, pelanggan biasanya menginginkan saluran pengiriman yang cepat. 3. Kenyamanan tempat (spatial convenience) : kenyamanan tempat menyatakan tingkat kemudahan yang disediakan saluan pemasaran bagi pelanggan untuk membeli produk tersebut. 4. Keragaman produk (product variety) : variasi produk menyatakan luasnya keragaman yang diberikan oleh saluran distribusi. Biasanya memilih keragaman yang lebih banyak karena meningkatkan peluang pelanggan untuk menemukan barang yang dibutuhkan. 2.2 Forecasting (Peramalan) 2.2.1 P engertian Peramalan Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:43). Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwaperistiwa di waktu yang akan datang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu, dan penggunaan kebijakan terhadap proyeksi- proyeksi dengan pola-pola di waktu yang lalu. Peramalan dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Dengan peramalan yang baik diharapkan pemborosan akan bisa dikurangi, dapat lebih terkonsentrasi pada sasaran tertentu, perencanaan lebih baik, sehingga dapat menjadi kenyataan.

18 2.2.2 Jenis-Jenis Peramalan Menurut Heizer dan Render (2009:164), organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan operasi. 1. P eramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. 3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. 2.2.3 Langkah-Langkah Sistem Peramalan Peramalan terdiri atas tujuh langkah dasar menurut (Heizer dan Render, 2009 : 165). Tujuh langkah peramalan tersebut, yaitu: 1. Menetapkan tujuan peramalan 2. Memilih unsur yang akan diramalkan 3. Menentukan horizon waktu peramalan 4. Memilih jenis model peramalan 5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan 6. Membuat peramalan 7. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan 2.2.4 Jenis-Jenis Metode Peramalan 1. Naive Method

19 Pada Metode Naive mempunyai beberapa model antara lain: a. Untuk data stasioner +1 = b. Untuk data tidak stasioner atau mengandung trend +1 = + ( 1) c. Untuk perbandingan perubahan antar periode +1 = d. Jika pola musiman kuat +1 = +1 S e. Jika pola data merupakan penggabungan trend dan musiman 1 + + ( 3 4) +1 = +1 S + S 2. Moving Averages Moving averages (MAs) adalah garis yang menunjukkan rata-rata fluktuasi harga dipasar agar menjadi tren yang lebih halus dan mudah diamati, sehingga kemungkinan distorsi dalam pengamatan tren dapat diminimalkan. Perubahan tren harga diidentifikasikan dengan harga yang memotong MAs, bukan dengan arah MAs yang berbalik. Ada banyak variasi dari moving averages yang digunakan di analisis teknikal. Beberapa yang paling umum adalah : simple moving averages (SMA), weighted moving averages (WMA), dan exponential moving averages (EMA). (Pring, 2002 : 154) Simple Moving Averages Pring (2002:154-156) menyatakan bahwa simple moving averages (SMA) adalah MAs yang paling banyak digunakan. Perhitungannya dilakukan dengan menjumlahkan variabel dari

20 data dan membagi totalnya dengan jumlah observasi. Hasilnya disebut dengan average atau mean average. Agar rata-rata tersebut bergerak, variabel data yang baru kemudian ditambahkan dan variabel data yang pertama dihilangkan. Total yang baru kemudian dibagi dengan jumlah observasi, demikian juga untuk proses selanjutnya. Rumus: Keterangan: F t+1 = Ramalan untuk waktu t+1 X t = Nilai akurat untuk waktu t N = Jumlah nilai yang dimasukkan dalam rata-rata Secara umum, MAs yang naik mengindikasikan kekuatan pasar dan MAs yang menurun mengindikasikan kelemahan pasar. Perubahan tren pasar dari naik menjadi turun diindikasikan dengan harga yang memotong MAs kearah bawah. Sedangkan sinyal bullish diindikasikan dengan harga yang memotong MAs kearah atas. Sinyal beli dan jual yang jelas dari penggunaan MAs mengurangi masalah subjektivitas dalam interpretasi tren harga. Tingkat keakuratan tergantung dari pemilihan MAs dan volatilitas dari komoditas ataupun sekuritas. Menurut Pring (2002:160-161), panjang MAs juga berpengaruh dalam keakuratannya. Secara umum, semakin panjang rentang waktu, semakin tinggi reliabilitas dari indikasi yang diberikan. Pemilihan MAs tergantung pada jenis tren pasar yang akan diidentifikasi, apakah jangka pendek, menengah, atau panjang. Pasar yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda dan bahkan pasar yang sama melalui fenomena siklus yang berbeda. Oleh karena itu, tidak

21 ada rentang waktu MAs maupun metode teknikal lainnya yang sempurna. Weighted Moving Averages Pring (2002:168-170) menjelaskan bahwa WMA berbeda dengan SMA dalam hal perlakuan terhadap data. WMA memberikan faktor penimbang terhadap data, sehingga data tidak memperoleh porsi yang seimbang dalam perhitungan average. Tujuannya adalah agar dapat menangkap sinyal perubahan tren lebih cepat dari SMA, karena WMA lebih memperhitungkan data harga yang lebih baru dibandingkan data harga yang lebih lama. Penimbang biasanya diberikan pada observasi yang paling baru. Rumus: Ada berbagai cara menimbang data, namun yang paling sering digunakan adalah teknik dimana periode data yang pertama dikalikan satu, yang kedua dikalikan dua, yang ketiga dikalikan tiga, dan seterusnya sampai periode data paling baru. Perhitungan untuk setiap periode kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah penimbang. Dibandingkan dengan SMA, interpretasi WMA lebih sensitif karena lebih mencerminkan tren harga paling baru. Perubahan arah tren harga lebih ditunjukkan dengan perubahan arah average daripada pemotongan. Exponential Moving Averages Menurut Pring (2002:170-171) EMA merupakan jalan pintas untuk memperoleh perhitungan sejenis WMA secara lebih cepat. Untuk menghitung EMA, diperlukan perhitungan SMA terlebih dulu. Average dari SMA kemudian digunakan sebagai

22 titik awal EMA. Perhitungan untuk periode (MAs) selanjutnya dibandingkan dengan EMA dari titik sebelumnya, dan selisihnya ditambahkan atau dikurangkan. Selisih tersebut lalu dikalikan dengan eksponen dan ditambahkan ke EMA periode sebelumnya. Rumus: Faktor eksponen yang digunakan bervariasi tergantung dari rentang waktu MAs. Jika EMA terlalu sensitif dalam menunjukkan arah tren, maka periode waktu dapat diperpanjang. Cara lain dapat dengan menambahkan EMA lain, dengan eksponen yang lebih besar. 3. Penghalusan Eksponensial Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Konstan penghalusan adalah faktor pembobotan yang digunakan dalam peramalan penghalusan eksponensial, antara nomor 0 dan 1. Penghalusan Eksponensial Sederhana Rumus ramalan penghalusan eksponensial sederhana: Ft+1 = α Dt + (1- α) Ft Keterangan: F t+1 = ramalan untuk periode berikutnya α = bobot atau konstanta penghalus Dt = permintaan aktual (periode sekarang)

23 Ft = ramalan yang telah ditentukan sebelumnya (periode sekarang) Penghalusan Eksponensial yang Disesuaikan Penghalusan eksponensial yang disesuaikan adalah ramalan penghalusan eksponensial sederhana dengan penambahan suatu faktor penyesuaian tren. Rumus ramalan penghalusan eksponensial yang disesuaikan: AF t+1 = F t+1 + T t+1 T = suatu faktor tren penghalusan eksponensial 4. Metode Analisis Regresi Linier Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat diramalkan. Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Hubungan fungsional antara satu variabel prediktor dengan satu variabel kriterium disebut analisis regresi sederhana (tunggal), sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel disebut analisis regresi ganda. Persamaan regresi linier sederhana dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b X Keterangan:

24 Y = variabel terikat X = variabel bebas a = intersep b = koefisien regresi/slop Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Rumus: Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + +b n X n Y = variabel terikat a = konstanta b 1,b 2 = koefisien regresi X 1, X 2 = variabel bebas 2.2.5 Mengukur Kesalahan Peramalan Menurut Nachrowi D, dan Hardius Usman (2004:239) menyatakan bahwa sebenarnya membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan membuat peramalan data yang sedang kita analisa atau tidak. Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai indikator apakah suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai MSE terkecil merupakan ramalan yang terbaik. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2005:80) menyatakan keharusan untuk membandingkan perhitungan yang memiliki nilai MAD paling kecil, karena semakin kecil MAD. Berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil forecasting dan nilai aktual.

25 Heizer danrender (2009:177) mengemukakan bahwa, tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) dan kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error - MSE). 1. Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation = MAD) MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n). 2. Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Square Error = MSE) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan. Vincent Gasperz (2004:80) mengatakan dalam buku Production Planning and Inventory Controlbahwa akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil.ketepatan dari sebuah ramalan merupakan hal yang sangat penting. Namun, hal yang perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap ramalan, yang selalu ada unsur kesalahannya. Sehingga yang penting diperhatikan adalah usaha untuk

26 memperkecil kemungkinan kesalahannya tersebut. Akhirnya, baik tidaknya suatu ramalan yang disusun sangat tergantung pada orang yang melakukannya, langkah-langkah peramalan yang dilakukannya dan metode yang dipergunakannya.