KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

Dampak Pertambangan Terhadap Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Bagi Masyarakat Sekitar Tambang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP DAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KALIMANTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Perubahan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

Pembangunan Kehutanan

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

PENDAHULUAN. hujan tropis Indonesia diperkirakan seluas 1,148,400-an kilometer persegi yang

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

PROSES PENAMBANGAN EKSPLORASI METODE TAMBANG KAPAL KERUK TAMBANG GP PEMBERSIHAN KAWASAN PEMBERSIHAN KAWASAN PEMBUANGAN TANAH PENUTUP

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

EKOSISTEM SEBAGAI MODAL ALAM

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

BAB II Metodologi Pelaksanaan

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ( Pertemuan ke-6 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

Transkripsi:

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks sehingga membutuhkan penataan secara baik dalam pengelolaan lahan, harus dapat dibedakan secara seksama antara lahan sebagai sumber daya (resources) dan lahan sebagai lingkungan (environment). Hutan Hujan Tropis di Kalimantan Timur Penggunaan lahan yang berkelanjutan adalah penggunaan lahan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini, dan pada saat yang sama, dapat mengkonservasi sumber daya alam untuk generasi mendatang. Untuk mencapai itu, dibutuhkan kombinasi dari upaya produksi dan konservasi. Produksi barang-barang yang dibutuhkan oleh generasi sekarang, dikombinasikan dengan konservasi sumber daya alam dimana produksi tersebut bergantung, sehingga memastikan bahwa produksi dapat berkelanjutan di masa mendatang. Komunitas yang mengeksploitasi dan melakukan pengurasan lahan secara berlebihan dengan tidak bijaksana, berarti mengorbankan masa depannya dan generasi sesudahnya, bahkan dapat menimbulkan dampak bagi wilayah/kawasan sekitarnya. Fenomena bencana lingkungan yang terjadi akhir akhir ini seperti banjir, kekeringan dan tanah longsor mengindikasikan bahwa kemampuan atau daya dukung sumber daya lahan dan lingkungan semakin rendah. Kerusakan lahan disebabkan oleh banyak faktor antara lain deforestasi, pertambangan batubara dan mineral, usaha migas, pertanian dan industri pengolahan. Saat ini, banyak penggunaan lahan sebagai sumber daya tidak memperhatikan lingkungan hidup. Sebagai contoh

banyaknya eksploitasi tambang secara besar-besaran tanpa memperhitungan kebutuhan. Serta ditemukan banyak lahan bekas tambang yang ditinggal dan dibiarkan oleh perusahaan setelah selesai eksploitasi tanpa direklamasi sesuai komitmen perusahaan yang tertulis di RKL-RPL pada saat pengajuan ijin lingkungan. Sehingga lahan tersebut menjadi terbengkalai tidak dapat digunakan bahkan membahayakan bagi lingkungan sekitarnya. Berikut tabel data perubahan luas hutan Kalimantan yang dikonversi menjadi area pertambangan: Tabel perubahan luas hutan di Kalimantan yang dikonversi menjadi area pertambangan Sumber: Analisis PPE Kalimantan, 2013 Dalam penambangan, penggundulan hutan (deforestasi) merupakan tekanan utama pada lingkungan, yang lambat laun akan dapat mengubah ketersediaan makanan dan tempat tinggal bagi satwa liar. Penggundulan hutan juga dapat meningkatkan potensi banjir, tanah longsor dan kekeringan di musim kemarau. Hutan adalah ekosistem daratan yang paling beragam secara biologis. Indonesia, Kalimantan khususnya, memiliki hutan tropis yang sangat beragam dan menyediakan sumber terbesar dari spesies tumbuhan endemik di dunia. Kerusakan hutan Kalimantan akan menyebabkan terjadinya penurunan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang dapat memberi efek langsung maupun tidak langsung bagi manusia, sebagai sebuah komponen ekosistem alam yang saling berkaitan

Gambar 2. Tambang Batubara di Kalimantan Timur Keterangan: PKP2B : KP Gambar 3. Peta Ijin Usaha Pertambangan Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Sumber: JATAM Kaltim, 2008)

Pada skala yang lebih luas, kegiatan pertambangan dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati dengan mengubah komposisi jenis dan struktur vegetasi atau biota. Misalnya, air asam dan konsentrasi logam yang tinggi di sungai akan mengakibatkan keanekaragaman hayati pada lingkungan perairan menjadi miskin. Lahan basah seperti muara, hutan bakau, hutan rawa gambut, danau, delta dan laguna, dapat terdegradasi langsung melalui punahnya habitat yang ada karena pencemaran logam berat atau tumpahan minyak dari hulu akibat kegiatan pertambangan. Di Kalimantan, kerusakan lahan dan lingkungan akibat dampak pertambangan sudah tampak di beberapa daerah, seperti di Kalimantan Timur, dimana lahan terbuka bekas tambang telah memakan korban akibat tenggelam di lubang bekas tambang. Di Galangan, Kalimantan Tengah, terdapat pertambangan emas yang terbentang sepanjang beberapa kilometer dengan pohon-pohon yang gundul dan dihiasi dengan kolam ber-merkuri yang telah mengubah berhektar-hektar hutan hujan tropis menjadi gurun. Hal ini dikarenakan kegiatan pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya. Pertambangan yang dilakukan dengan mengabaikan kondisi geologi lapangan dan keselamatan kerja, berpotensi menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang, dan gempa. Gambar 3. Kerusakan lahan akibat pertambangan emas di Kalimantan Tengah

Peran wawasan lingkungan sangat penting untuk merubah pola pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan dari pola yang eksploitatif dan destruktif menjadi pola yang bersahabat lingkungan untuk menghindari bertambahnya kerusakan lahan. Upaya pendidikan lingkungan perlu terus ditingkatkan dengan didukung oleh data dan informasi yang akurat. Pada tahap dimana pengetahuan dan kepedulian terhadap dampak permasalahan lingkungan telah tumbuh di masyarakat maka akan semakin besar tingkat kepedulian masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya termasuk permasalahan kerusakan lahan. Pemerintah, swasta dan masyarakat. perlu terus kerja bersama dalam peningkatan upaya pendidikan lingkungan serta penyediaan data dan informasi kerusakan lahan.