BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan


PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. budaya organisasi, etos kerja, independensi auditor serta kinerja auditor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

BAB I PENDAHULUAN. website hukumonline.com pada tanggal 8 November Majelis hakim

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

Kode Etik Profesi. Ade Sarah H., M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

Tinjauan Umum Etika Profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas yang dihasilkan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercayai oleh

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM :

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB II. Theory) Jensen dan Meckling (1976) dalam Pebi (2010:9) menggambarkan teori

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II A. PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori a. Teori Keutamaan (Virtue Theory) Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000) dalam (Mutiara Ramadhina Syahputri, 2014). Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis.teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifatsifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina.karakter / sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisis sifat atau watak yang telah melekat atau dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik.mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut manusia hina. Bertens (2000) dalam (Mutiara Ramadhina Syahputri, 2014) memberikan contoh sifat keutamaan yaitu kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk perilaku bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki antara lain : kejujuran, kewajaran, 8

9 kepercayaan, dan keuletan. Menurut teori ini, auditor dituntut untuk bersikap sempurna. Dalam meningkatkan kinerjanya, seorang auditor harus menegakkan etika profesi yang tinggi, agar timbul kepercayaan dari masyarakat. Akuntan publik dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman pada prinsip-prinsip profesinya, seperti tanggung jawab profesi, kepentinan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional dan standar teknis. Teori ini menjelaskan mengenai aspek manusia dalam berorganisasi, khusunya auditor yaitu meneliti bagaimana perilaku auditor dengan adanya pengaruh profesionalisme, independensi, dan etika profesi. b. Teori Sikap dan Perilaku Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan perasaan tertentu dalam menanggapi objek yang terbentuk atas dasar pengalaman pengalaman, Krech dan Krutchfield ( 1983 ) dalam Ajeng Assofa ( 2015 ). Seseorang membentuk sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, pamunatan masyarakat, dan kelompok sosial.ketika pertama kali seseorang mempelajarinya sikap menjadi suatu bentuk bagian dari pribadi

10 individu yang membantu konsistensi perilaku.para akuntan harus memahami sikap dalam rangka memahami dan memprediksi perilaku. Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma norma sosial yang diterima secara umum, berhubungan dengan tindakan tindakan yang bermanfaat dan membahayakan. Perilaku kepribadian merupakan karakteristik individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, yang mliputi sifat, kemampuan, nilai, keterampilan, sikap, dan intelegensi yang muncul dalam pola perilaku seseorang. Teori ini menyatakan, bahwa perilaku ditentukan untuk apa orang orang ingin lakukan ( sikap ), apa yang mereka pikirkan akan mereka lakukan ( aturan aturan sosial ), apa yang mereka bisa lakukan ( kebiasaan ), dan dengan konsekuensi perilaku yang mereka pikirkan. Dari penjelasan diatas, teori ini berusaha menjelaskan mengenai aspek perilaku manusia dalam suatu organisasi, khususnya akuntan publik atau auditor yang meneliti tentang bagaimana perilaku auditor dengan adanya faktor faktor yang mempengaruhi etika dalam beprofesi, profesionalisme, dan independensi. Dimana auditor dalam bersikap harus didasari oleh prinsip prinsip dan kode etik dalam organisasi. Hal ini yang akan membedakan akuntan publik yang berperilaku etis dan tidak.

11 2. Auditing a. Pengertian Auditing Menurut Arens et al. dalam bukunya Auditing dan Jasa Assurance edisi ke lima belas jilid 1 (2015), mendefinisikan audit sebagai berikut : Pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menetukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Pengertian Auditing menurut Alvin A.Arens, Randal.J.Elder, Mark.S.Beasly (2008) dalam Ana Yuliana (2013) auditing adalah: Pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno (2012) dalam Feryansyah Putra (2015), auditing adalah : Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

12 3. Kinerja Auditor Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana Mangkunegara (2005:67) dalam Sri Trisnaningsih (2007) mengemukakan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Menurut Asih (2006) dalam Elizabeth Hanna dan Friska Firnanti (2013) kinerja auditor adalah hasil yang diperoleh seorang akuntan publik yang menjalankan tugasnya. Tugas yang dimaksud adalah melakukan pemeriksaan secara objektif dan independen atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi, untuk melihat apakah laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi. Kinerja Auditor adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi. Robbin (2001), dalam Elya Wati, dkk (2010) kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama,

13 pengertian kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai individu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kapadanya. Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kineja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005) dalam Sri Trisnaningsih (2007). Kinerja Auditor dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007) dalam (Aditya Wisnu, 2015). Mangkunegara (2009:14) dalam Moch Nizar Akbar dkk (2015) mengatakan bahwa kinerja auditor dipengaruhi oleh 3 faktor atau dimensi, yaitu faktor/dimensi individual, faktor/dimensi upaya kerja, dan faktor/dimensi organisasi (dukungan organisasi). Faktor/dimensi individual meliputi indikator : a) kemampuan kecakapan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan, b) keahlian auditor dibidangnya, c) latar belakang pendidikan auditor.

14 Faktor/dimensi upaya kerja meliputi indikator: a) persepsi bagaimana seorang auditor melihat dan menafsirkan suatu obyek, b) sikap seorang auditor dalam lingkungan organisasi, c) kepribadian seorang auditor, d) motivasi untuk mencapai tujuan. Faktor/dimensi dukungan organisasi meliputi indikator: a) sumber daya informasi dan manusia, b) kepemimpinan yaitu entitas yang mengarahkan para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, c) penghargaan bagaimana organisasinya memberikan apresiasi terhadap kinerja karyawan, d) struktur organisasi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. 4. Profesionalisme Secara sederhana profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu perilaku, cara dan kualitas yang menjadi ciri dari suatu profesi. Pekerjaan professional dapat dinilai melalui suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan pada keilmuwan yang dapat dimiliki dan dapat dipertanggung jawabkan

15 secara ilmiah ( Wina Sanjaya,2006 ) dalam (Mutiara Ramadhina Syahputri, 2014 ). Menurut Rahma (2012) dalam Kompiang Martina dan I.D.G Dharma ( 2013 ) profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Jadi dapat dikatakan bahwa profesionalisme itu adalah sikap tanggungjawab dari seorang auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan keikhlasan hatinya sebagai seorang auditor. Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI, antara lain: a. Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi, b. Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan, c. Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya, dan d. Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.

16 Menurut Hall (1998) dalam Adelia Lukyta Armusari (2014) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu: a. Pengabdian pada profesi Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimilki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. b. Kewajiban sosial Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. c. Kemandirian Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). d. Keyakinan pada profesi Keyakinan pada profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

17 e. Hubungan dengan sesama profesi Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalahkonsep untuk mengukur bagaimana para professional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka dengan anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya sikap profesionalisme tercermin dari perilaku yang professional. 5. Independensi Menurut Halim (2008:46), independensi merupakan suatu cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih pihak siapapun dalam melakukan audit. Independensi adalah sikap mental seorang auditor dimana ia dituntut untuk bersikap jujur dan tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit dan dalam memposisikan dirinya dengan auditee-nyasecara tidak memihak dan dipandang tidak

18 memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil auditnya. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2000:83). Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. The CPA Handbook E.B. Wilcox menyatakan bahwa independensi merupakan suatu standar auditing yang penting, karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993). Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap manajemen maupun pemilik (IAI, 2013: Seksi 220)

19 2007) : Aspek independensi ada tiga, yaitu (Taylor, 1997 dalam Herawaty, a. Independensi sikap mental (independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. b. Independensi penampilan (appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik. c. Independensi dari sudut keahlian (Independence in competence). Keahlian juga merupakan faktor independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah disebutkan. Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahlian mengenai hal tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.

20 6. Etika Profesi Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai prinsip prinsip atau nilai nilai atau keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Sedangkan menurut arti sempit, etika berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan benturan kepentingan. Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Aditya Wisnu (2015) mendefinisikan etika ialah : sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.

21 Arens (2010:67) dalam Adelia Lukyta Armusari (2014) mendefinisikan etika secara umum sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi di bidang akuntansi di Indonesia memiliki kode etik yang mengikat para anggotanya. Menurut IAPI, Kode Etik Profesi Akuntan Publik Indonesia tahun 2011, yaitu : a. Prinsip kesatu adalah Tanggung Jawab Profesi. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegagalan yang dilakukannya. Sebagai seorang professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat, sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa professional mereka.

22 b. Prinsip kedua adalah Kepentingan Umum ( Publik ). Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. c. Prinsip ketiga adalah Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus bersikap tegas, jujur, dan adil dalam hubungan professional di dalam bisnisnya. d. Prinsip keempat adalah Objektifitas. Setiap anggota harus menjaga objektifitas, bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak pihak lain dalam pemenuhan kewajiban profesionalisnya. e. Prinsip kelima adalah Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati hatian professional. Setiap anggota harus melakukan jasa profesionalnya dengan kehati hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keahlian professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.

23 f. Prinsip keenam adalah Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa ada persetujuan, kecuali bila ada hak dan kewajiban professional atau ada hukum untuk mengungkapkannya. g. Prinsip ketujuh adalah Perilaku Professional Setiap anggota harus mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga. h. Prinsip kedelapan adalah Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa professional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut yang sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai kode etik.

24 7. Penelitian Terdahulu Ika Sukriah, Akram, Biana Adha Inapty (2009) meneliti tentang pengaruh independensi, integritas, pengalaman kerja, dan kompetensi terhadap kualitas hasil kineja auditor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan kompetensi berpengaruh secara signifikan, namun independensi dan integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil kinerja auditor. Elya Wati, Lismawati, Nila Aprilia (2010) meneliti tentang pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemandirian, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah. Victor Siahaan (2010) meneliti mengenai pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. I Gede Bandar Wira dan Dodik Ariyanto (2011) meneliti mengenai pengaruh independensi, profesionalisme, struktur audit dan role stress terhadap kinerja auditor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa independensi dan struktur audit secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, sedangkan

25 profesionalisme dan role stress tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Ana Yuliana (2013) meneliti tentang pengaruh independensi auditor, integritas auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi dan motivasi terhadap kinerja auditor. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi dan motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan integritas auditor mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Kompiang dan Dharma (2013) meneliti tentang pengaruh independensi, profesionalisme, dan etika profesi terhadap kinerja auditor.sampel penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Bali. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, profesionalisme, dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat independensi, profesionalisme, dan etika profesi maka semakin tinggi hasil kinerja yang dihasilkan oleh auditor. Komang Rachma, Nyoman Trisna dan Ni Kadek (2014) meneliti tentang pengaruh independensi, komitmen profesi dan etika profesi terhadap kinerja auditor. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa independensi, komitmen profesi dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.

26 Feryansyah Putra (2015) meneliti tentang pengaruh etika profesi, independensi, komitmen profesionalisme dan pengalaman kerja terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaetika profesi dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, sedangkan komitmen profesionalisme dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit Ajeng Assofa (2015) meneliti mengenai pengaruh independensi, profesionalisme, kompetensi, dan etika profesi terhadaap kinerja auditor. Hasil penelitian menunjukkan independensi dan komitmen tidak berpengaruh, sedangkan profesionalisme dan etika profesi berpengaruh signifikan Moch Nizar Akbar, Hendra Gunawan, dan Harlianto Utomo ( 2015 ) meneliti tentang pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap kinerja auditor. Sampel penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi dan profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

27 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti Variabel Hasil Penelitian 1 Ika Sukriah, Akram, Biana Adha Inapty (2009) 2 Elya Wati, Lismawati, Nila Aprilia (2010) 3 Victor Siahaan (2010) 4 I Gede Bandar Wira dan Dodik Ariyanto (2011) Variabel Independen : Pengalaman kerja, independensi, integritas dan kompetensi. Variabel Dependen : Kualitas Hasil Kinerja Auditor Variabel Independen : Independensi, GayaKepemimpinan, KomitmenOrganisasi, dan Pemahaman Good Governance Variabel Dependen : Kinerja auditor Variabel Indipenden : Profesionalisme Variabel Dependen : Kinerja auditor Variabel Independen : Independensi, Profesionalisme, dan Struktur Audit Variabel Dependen : Kinerja Auditor Pengalaman kerja dan kompetensi berpengaruh secara signifikan, namun independensi dan integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil kinerja auditor Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Dan Pemahaman Good Governance Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Auditor Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor Independensi dan struktur audit secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, sedangkan profesionalisme dan role stress tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor 5 Ana Yuliana (2013) 6 Kompiang dan Dharma (2013) Variabel Independen : Independensi auditor, komitmen organisasi, integritas auditor, budaya organisasi dan motivasi Variabel Dependen : Kinerja Auditor Variabel Independen : Independensi, Profesionalisme, Dan Etika Profesi Variabel Dependen: Kinerja Auditor Independensi auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi dan motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan integritas auditor mempunyai pengaruh terhadap kinerja audtor. Independensi, profesionalisme, dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor

28 7 Komang Rachma, Nyoman Trisna dan Ni Kadek (2014) Variabel Independen : Independen, Komitmen Profesi dan Etika Profesi Variabel Dependen : Kinerja Auditor Independensi, Komitmen Profesi dan Etika Profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor 8 Feryansyah Putra (2015) Variabel Independen : Etika Profesi, Independensi, Komitmen Profesonal, dan Pengalaman Kerja Variabel Dependen : Kinerja Auditor 9 Ajeng Assofa (2015) Variabel Independen : Independensi, Profesionalisme, Kompetensi Auditor, Etika Profesi Etika profesi dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, sedangkan koitmen profesionalisme dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Independensi dan kompetensi auditor tidak berpengaruh, sedangkan profesionalisme dan etika profesi berpengaruh signifikan. 10 Moch Nizar Akbar, Hendra Gunawan, dan Harlianto Utomo ( 2015 ) Variabel Dependen : Kinerja Variabel Independen : Independensi Profesionalisme Variabel Dependen : Kinerja Auditor Independensi dan profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

29 B. Rerangka Pemikiran Teoritis 1. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor Profesionalisme merupakan sikap bertanggung jawab terhadap apa yang telah ditugaskan kepadanya. Profesionalisme mempunyai lima faktor penting, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Profesionalisme auditor dapat diwujudkan dengan baik apabila adanya komitmen berdasarkan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja maupun pemeriksaan dengan tujuan tertentu, dengan demikian auditor dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan persyaratan profesional. Hal tersebut didukung oleh penelitian menurut Moch Nizar Akbar, Hendra Gunawan, dan Harlianto Utomo (2015) bahwa profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Koefisien profesionalisme bertanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi profesionalisme akan meningkatkan kinerja auditor. Dalam SPKN juga dinyatakan bahwa seorang auditor dalam melaksanakan pemeriksaan keuangan harus bertindak profesional.

30 2. Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor Independensi merupakan standar umum nomor dua dari ketiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dalam penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Independensi akuntan public merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi (auditing) terhadap kliennya. Keindependensian ini menjelaskan pricnsipal menginginkan pihak yang independen untuk memeriksa atas laporan yang dibuat manajemen. Pada penelitian yang dilakukan Elya Wati (2010) menemukan bahwa independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sama halnya dengan penelitian sebelumnya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Semakin tidak berpihaknya (independen) seorang auditor pemerintah melakukan audit, maka hasil pemeriksaannya akan sesuai dengan fakta-fakta yang ada sehingga kinerja auditor pemerintah akan semakin baik.

31 3. Pengaruh Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Berdasarkan teori keutamaan, etika profesi ini dapat mempengaruhi kinerja auditor karena dalam teori keutamaan sifat dan karakter yang harus dimiliki adalah kejujuran, kewajaran, serta keadilan. Dimana auditor tersebut harus memiliki etika atau perilaku serta moral yang baik dalam melakukan pekerjaannya. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Kompiang dan Dharma (2013) menemukan bahwa etika profesi berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, karena semakin tinggi etika seorang auditor maka kinerja yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini berarti, seorang auditor haruslah memegang teguh etika profesinya sebagai seorang auditor agar tidak menyalahgunakan profesinya sendiri.

32 Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka model rangka penelitian ini dapat disampaikan dalam gambar dibawah ini. Profesionalisme (X1) Independensi (X2) Kinerja Auditor (Y) Etika Profesi (X3) Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran C. Hipotesis Berdasarkan pada kajian pustaka, penelitian terdahulu dan rerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. H1 : Diduga profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2. H2 : Diduga independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. 3. H3 : Diduga etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor.