BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya

dokumen-dokumen yang mirip
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENGANTAR. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Analisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

pres-lambang01.gif (3256 bytes)

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

Internasionalisasi Selat Malaka

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital

Model Traffic Separation Scheme (TSS) Di Alur Laut Kepulauan Indonesia (AlKI) I Di Selat Sunda Dalam Mewujudkan Ketahanan Wilayah

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

BAB III JALUR ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) dapat segera membuka jalur ALKI Timur Barat, atau jalur ALKI IV.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA BERDASARKAN REKOMENDASI IMO TAHUN 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

SETDIJEN PERHUBUNGAN DARAT

NAVIGASI. Pengertian Lintas (Art. Art. 18 LOSC) SELAT SELAT REZIM HAK LINTAS. Dalam arti geografis: Dalam arti yuridis: lain.

PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347)

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);

STRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK

BAB 6 PENUTUP. BAB VI PenUTUP

TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINDAKLANJUTI HASIL PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG LLASDP

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha, tentulah diikuti dengan risiko. Apabila risiko tesebut datang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

Perlukah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) IV?

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012,

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

SIMULASI SISTEM TRANSPORTASI KAPAL FERRY STUDI KASUS PELABUHAN PENYEBERANGAN KETAPANG GILIMANUK. Ahmed Assqol Hany 1), A.A.B.

BERANTAS KEMISKINAN DENGAN MP3EI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 September 2016 s/d 26 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya dimensi militer dan terangkatnya dimensi ekonomi. Dua gejala penting yang dapat langsung dirasakan adalah, pertama, meningkatnya nasionalisme sumberdaya bersamaan dengan krisis energi dan meningkatnya globalisasi ekonomi dunia. Kedua, adalah semakin tergantungnya negara-negara Asia Pasifik pada perdagangan menjadikan sea lines of communication menjadi semakin penting untuk menjamin pasokan energi dan bahan mentah yang diperlukan untuk menyangga pertumbuhan ekonomi. Negara-negara Asia Timur, misalnya, sangat tergantung pada kawasan perairan Asia Tenggara untuk kelangsungan pembangunan ekonomi mereka. Semakin banyak dan semakin meningkatnya lalu lintas di Alur Laut Kepulauan semakin berat tugas pengawasan jalur laut, bukan hanya dalam perlindungan lingkungan laut dan lalu lintas perdagangan tetapi juga ancaman pembajakan. Laporan IMO menyebutkan pada tahun 1994, dilaporkan terjadi pembajakan sebanyak 90,40% diantaranya terjadi di perairan Asia, 22% di perairan Asia Tenggara dan 14% di Laut Cina Selatan. Angka-angka tersebut bisa melonjak tajam, seiring dengan dinamisme ekonomi Asia Pasifik dan liberalisasi perdagangan (Anggoro, 2003). Selama ini Selat Malaka merupakan chokepoints shipping dunia, menempatkan selat paling sibuk di dunia setelah Selat Hormuz. Akibat dampak 1

2 tingginya frekwensi pelayaran, menjadi kendala bagi pengguna jalur selat ini seperti traffic congestions misalnya, yang menyebabkan kemacetan akibat menyempitnya alur dan terjadinya pendangkalan di beberapa bagian selat. Sehingga timbul pelambatan kecepatan kapal akibat padatnya alur, potensi tubrukan dan kandas serta munculnya potensi masalah baru seperti pembajakan dan perompakan. Semua itu membawa biaya tambahan yang tidak sedikit bagi pengguna seperti waktu tempuh yang lebih lama, sistem pengamanan ekstra bagi kapal-kapal yang melintas serta pembiayaan asuransi resiko yang tinggi (Pranoto, 2012). Jalur transportasi minyak dan gas untuk kebutuhan energi di Asia Timur selain melalui Selat Malaka, adalah di Selat Sunda, Selat Lombok. Oleh sebab itu ketiganya merupakan selat vital bagi negara-negara Asia Timur, khususnya Cina dan Jepang. Bilamana terjadi hambatan pelayaran di Selat Malaka maka jalur alternatif paling dekat adalah Selat Sunda. Penggunaan Selat Sunda juga mengantisipasi jika titik kulminasi akibat perang terbuka antara Cina dan USA, dimana jalur Selat Malaka dipastikan "tersumbat". Maka Selat Sunda dianggap rute alternatif tersingkat dari jalur-jalur lazimnya. Disisi lain, potensi ini merupakan keuntungan geopolitik Indonesia dari negara-negara yang terlibat konflik. Betapa dahsyat urgensi Selat Sunda dan alur-alur laut lain di mata dunia, karena banyak negara tergantung pada wilayah perairannya (Pranoto, 2012). Selat Sunda merupakan bagian dari Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, yang menghubungkan perairan Samudera Hindia melewati Selat Karimata menuju Laut China Selatan atau sebaliknya, menghubungkan lalu lintas maritim

3 dari Afrika, Australia Barat ke Laut Cina Selatan, Jepang ataupun sebaliknya. ALKI merupakan konsekuensi Indonesia sebagai negara kepulauan setelah pemerintah Indonesia meratifikasi Hukum Laut Internasional UNCLOS 1982 melalui Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1985. Indonesia telah menetapkan tiga ALKI sebagai jalur lintas kapal asing dalam pelayaran dari suatu Laut bebas (ZEE) ke Laut bebas lainnya yang mencakup jalur udara di atasnya (Buntoro, 2012:95) Selat Sunda terletak antara pulau Sumatera dengan Pulau Jawa, menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut Jawa dengan batas-batas, Timurlaut adalah garis yang menghubungkan Tanjung Sumur Batu (pada posisi 05 50'S - 105 47'E) yang berada di pantai Tenggara Pulau Sumatera ke arah Timur dan Tanjung Pujut (pada posisi 05 53'S - 105 02'E) berada di ujung Baratdaya Pulau Jawa, atau titik perbatasan lazim dengan Laut Jawa (Gambar 1). Batas Baratdaya adalah garis yang menghubungkan Tanjung Guha Kolak (06 50'S - 105 15'E), pada Baratdaya Pulau Jawa ke arah Tanjung Cuku Balimbing (05 56'S - 104 33'E) pada Pulau Sumatera (batas lazim dengan Samudera Hindia) (IHO, 2002:6-16). Aspek lalu lintas pelayaran di Selat Sunda menjadi semakin komplek, manakala di selat yang sempit ini juga memintas jalur ferry dan kapal cepat penumpang lainnya, sebagai sarana transportasi yang menghubungkan Jawa dengan Sumatera melalui Pelabuhan Merak di Banten dengan Pelabuhan Bakauheni di Lampung. Seiring dengan laju pembangunan di kedua pulau ini, lalu lintas pelayaran dari Merak ke Bakauheni atau sebaliknya semakin padat dan

4 makin semrawut. Belum optimalnya pola pengaturan lalu lintas yang diterapkan di lintas Merak-Bakauheni sering menyebabkan penumpukan kapal ferry di satu titik. Hal ini meningkatkan potensi tubrukan antar kapal laut yang melintasi perairan itu. Beberapa kejadian tubrukan antar kapal di Selat Sunda sudah sering terjadi. Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) pun telah memberikan rekomendasi khusus untuk mengurangi kejadian tubrukan di selat ini, yaitu dengan membagi alur pelayaran menjadi dua (Traffic Separation Scheme) sehingga menjadi lebih teratur. Saat keadaan lalulintas pelayaran sangat ramai komunikasi antar kapal dalam menghindari tubrukan juga tidak lagi begitu efektif (Nugroho, 2013). Rekomendasi KNKT tersebut malah kemudian tidak diteruskan dan terhenti akibat prioritas pembangunan yang lebih memilih pembangunan jembatan di atas Selat Sunda yang menghubungkan Jawa dan Sumatera. Beruntung rencana itu kemudian gagal dilakukan dan meneruskan pembangunan sarana transportasi Laut Jawa-Sumatera dengan membangun armada baru. Hingga saat ini, apa yang telah menjadi rekomendasi KNKT hanya baru sebatas wacana, belum sampai pada skenario dan modelmodel serta implikasinya bagi ketahanan nasional. Oleh karena itu, diperlukan skenario dan modelmodel yang sesuai baik dengan memperhatikan kondisi alamiahnya maupun pendanaannya serta keunggulannya.

5 1.2. Permasalahan Penelitian Selat Sunda merupakan rute pelayaran terdekat dengan Selat Malaka, rute ini menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik. Tingginya kepadatan lalu lintas Laut serta resiko keselamatan navigasi di Selat Malaka, membuat perusahaan pelayaran mengalihkan rute pelayaran kapalkapal besarnya ke Selat Sunda. Rute pendek menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, serta keberadaan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I menjadikan Selat Sunda rute yang biasa digunakan untuk pelayaran internasional. Pada perairan ini juga terdapat jalur penyeberangan dari Pulau Jawa (pelabuhan Merak) ke Pulau Sumatera (pelabuhan Bakauheni) yang dioperasikan oleh Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Kementerian Perhubungan RI. Kepadatan lalu lintas Laut tersebut meningkatnya potensi terjadinya kecelakaan di Laut akibat tubrukan. Perlu pemecahan permasalahan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan Laut, Traffic Separation Scheme (TSS) dapat menjadi salah satu alternatif utama. Adapun rangkuman masalah adalah sebagai berikut : a. Bagaimana bentuk / ujud model Traffic Separation Scheme (TSS) di Alur Laut Kepulauan Indonesia di Selat Sunda? b. Apakah dampak model Traffic Separation Scheme (TSS) di Alur Laut Kepulauan Indonesia di Selat Sunda bagi ketahanan wilayah?

6 1.3. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian telah dilakukan baik di Selat Sunda dan perairan sekeliling yang berbatasan dengan perairan ini, seperti Tabel 1. berikut: Tabel 1.1 : Tabel penelitian yang pernah dilakukan di perairan Selat Sunda. Nama Tahun Judul Tujuan Metode Hasil 1 2 3 4 5 6 Dishidros 1972 Survei pangkalan Angkatan Laut Teluk Ratai Dishidros 1986 Survei Hidrooseanografi Teluk Semangka Dishidros 1998 Survei Pelabuhan Ciwandan University of Bremen, Jerman 2005 PABESIA ( Rekonstruktion der Paläoumweltbedi ngungen im Bereich des südlichen Indonesischen Archipels atau rekonstruksi kondisi lingkungan Teluk Ratai untuk Pembangunan Pangkalan Angkatan Laut Kawasan Barat Teluk Semangka Pelabuhan Ciwandan rekonstruksi kondisi lingkungan purba di bagian Selatan Kepulauan Indonesia Survei hidrografi, oseanografi,me teorology dan geografi maritim Melakukan penelaahan lingkungan secara terpadu untuk kepentingan pembangunan pangkalan angkatan Laut Survei geologi dengan sampling sedimen, sampai dengan kedalaman 26 m (proses sejak 150.000 yl) Teluk Ratai layak untuk dikembangkan menjadi pangkalan angkatan Laut Deskripsi kondisi iklim purba sejak 150.000 tahun yang lalu diperairan Selatan Selat Sunda dan Samudera Hindia Selatan Sumatera sampai P. Rote

7 STTAL Hidros 1 2 3 4 5 6 purba di bagian Selatan Kepulauan Indonesia) Primkopal Dishidros 2006 Survei Pangkalaan Angkatan Laut Piabung 2010 Survei Dermaga Tanjung Sekong Teluk Piabung dermaga Tanjung Sekong Dishidros 2015 Survei Hari TNI Perairan dermaga Indah Kiat Pada Selat Sunda ini kajian ilmiah ataupun jurnal ilmiah masih belum pernah ada yang membahas tentang alur pelayaran di perairan ini sedangkan penelitian yang telah ada merupakan penelitian terapan untuk area lokal kawasankawasan perairan yang masuk ke dalam Selat Sunda, terkait dengan pengembangan infrastruktur pelabuhan dan alur pelayaran di depan pelabuhan, baik untuk kepentingan sipil dan militer. Penelitian di sekitar Selat Sunda merupakan bagian dari penelitian global Samudera Hindia Selatan perairan Indonesia, untuk mempelajari iklim purba. Penelitian yang diajukan ini merupakan evaluasi terhadap potensi perairan Selat Sunda guna meningkatan keselamatan pelayaran, dalam rangka ketahanan nasional. Hasil penelitian

8 terdahulu yang telah ada dijadikan pendukung untuk melengkapi penelitian ini, terutama dari aspek hidro-oseanografi. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Membuat model sistem Traffic Separation Scheme (TSS) di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I Selat Sunda. b. Mengkaji dampak pembangunan model TSS bagi ketahanan wilayah Selat Sunda. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademis maupun praktis: a. Manfaat akademis. Sebagai referensi dalam rencana pembangunan TSS di ALKI I Selat Sunda. Secara akademis model-model Traffic Separation Scheme (TSS) dapat menjadi petunjuk bagi kajian-kajian teknis kartometri pada permasalahan-permasalahan serupa. b. Manfaat praktis. Memberikan kepastian hukum baik dalam skala nasional maupun internasional karena penelitian ini mengacu pada ketentuan hukum internasional dan perundang-undangan nasional, meningkatkan keamanan navigasi pelayaran serta memperlancar arus transportasi di ALKI I melalui Selat Sunda yang berimplikasi pada ketahanan wilayah.