PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI ROBOT THREE OMNI-DIRECTIONAL MENGGUNAKAN KONTROLER PID PADA ROBOT KONTES ROBOT ABU INDONESIA (KRAI)

IMPLEMENTASI INVERS KINEMATICS PADA SISTEM PERGERAKAN MOBILE ROBOT RODA MEKANUM

PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt

Implementasi Kamera OV7670 Sebagai Pendeteksi Garis Pada Robot Line Follower

PERANCANGAN DAN ANALISIS PERBANDINGAN POSISI SENSOR GARIS PADA ROBOT MANAGEMENT SAMPAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

IMPLEMENTASI INVERSE KINEMATIC PADA PERGERAKAN MOBILE ROBOT KRPAI DIVISI BERKAKI

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya

Pengendalian Gerak Robot Penghindar Halangan Menggunakan Citra dengan Kontrol PID

TELAH DI-REVIEW DAN DISETUJUI ISINYA OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Internasional Batam

DESAIN DAN IMPLEMETASI GRID-BASED MAP SEBAGAI SISTEM PENGENALAN POSISI PADA KONTES ROBOT PEMADAM API INDONESIA (KRPAI) DIVISI BERODA

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Inggris, Jepang, Perancis) berlomba-lomba untuk menciptakan robot-robot

RANCANG BANGUN ACRYLIC BENDING MACHINE DENGAN SUDUT YANG DAPAT DITENTUKAN

Perancangan Robot Pengikut Garis Sederhana Sebagai Perangkat Pelatihan Tingkat Pemula

Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51

Implementasi Sistem Voice Recognition pada Robot Pemindah Objek sebagai Sistem Navigasi

ARIEF SARDJONO, ST, MT.

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram

PERANCANGAN ALAT BANTU MOBILITAS BERSUARA DALAM RUANGAN BAGI TUNANETRA BERBASIS RFID (Radio Frequency Identification)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI PID SEBAGAI PENGONTROL KECEPATAN ROBOT MOBIL PADA LINTASAN DATAR, TANJAKAN, DAN TURUNAN TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. pesat ditandai dengan persaingan sangat kuat dalam bidang teknologi. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan sistem robot tanpa awak yang dapat dikendalikan secara otomatis

Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom 1 2

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh : M. NUR SHOBAKH

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (

PERANCANGAN MOBILE ROBOT DENGAN SENSOR KAMERA MENGGUNAKAN SISTEM KENDALI FUZZY

Kata kunci: Algoritma identifikasi ruang, robot berkaki enam, sensor jarak, sensor fotodioda, kompas elektronik

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

Kendaraan Otonom Berbasis Kendali Teaching And Playback Dengan Kemampuan Menghindari Halangan

Media Informatika Vol. 15 No. 2 (2016) SIMULASI ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN PROTEUS. Sudimanto

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Monitoring Sudut Hadap Payload terhadap Titik Peluncuran Roket

MOBILE ROBOT DENGAN PENGONTROLAN PERINTAH SUARA BERBASIS ANDROID

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Penerapan Algoritma Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1]

ROBOT PENGHINDAR HALANGAN DENGAN MIKROKONTROLER AT89C51

BAB III PERANCANGAN ALAT

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai proses pengendalian. Keterbatasan keterbatasan tersebut lambat laun

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik Odometry

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1. Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. 2. Ir. Tasripan, MT.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. terpisah dari penampang untuk penerima data dari sensor cahaya (LDR) dan modul yang

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

IMPLEMENTASI SISTEM KESEIMBANGAN ROBOT BERODA DUA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL

Perbaikan Sistem Kendali Robot Tangan EH1 Milano Menggunakan Sistem Kendali Loop Tertutup

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51

Perancangan Serial Stepper

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALAT PENGECEKAN PERSEDIAAN MOBIL PADA PERUSAHAAN PERSEWAAN MOBIL MENGGUNAKAN RFID DENGAN SMS SEBAGAI MEDIA TRANSMISI DATA

DT-51 Application Note

Rancang Bangun Troller dengan Menggunakan Sistem Remote Kontrol RF YS-1020

IV. PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN SISTEM PERINGATAN KEAMANAN SERTA PENGAMAN KUNCI KONTAK MOBIL MENGGUNAKAN SENSOR SIDIK JARI DAN FASILITAS SMS PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI

NAVIGASI 4 WHEEL OMNI DRIVE ROBOT MANUAL PADA KRAI 2014 BERBASIS TRAJEKTORI i. JUDUL TUGAS AKHIR

Aplikasi Penggerak Lengan Robot dalam memindahkan barang pada sistem roda berjalan.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Merancang dan merealisasikan robot pengikut dinding dengan menerapkan algoritma logika fuzzy.

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANGKAIAN PENGENDALI DAN PROGRAM PENGENDALI SIMULATOR MESIN PEMBEGKOK

APLIKASI PENGENALAN SUARA SEBAGAI PENGENDALI PERALATAN LISTRIK BERBASIS ARDUINO UNO

BAB III PERANCANGAN SISTEM

SIMULASI AUTONOMOUS VEHICLE DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC. Publikasi Jurnal Skripsi

SISTEM PENGENDALI PERLAMBATAN KECEPATAN MOTOR PADA ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN SENSOR ULTRASONIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Bab III Perangkat Pengujian

Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik

REAKSI ROBOT BERKAKI ENAM MENGHINDARI RINTANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 SKRIPSI. Diajukan Oleh : Muhammad Gibran Narendra NPM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

ROBOT MOBIL PENCARI RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN METODE STEEPEST ASCENT HILL CLIMBING

Sistem Keamanan Pintu Gerbang Berbasis AT89C51 Teroptimasi Basisdata Melalui Antarmuka Port Serial

RANCANG BANGUN ROBOT PENGIKUT GARIS (LINE FOLLOWER) MENGGUNAKAN SENSOR INFRA MERAH (PHOTODIODE)

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Transkripsi:

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA NAMA : SLAMET BASORI NIM : 105060300111010-63 PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRONIKA JUDUL SKRIPSI : IMPLEMENTASI ODOMETRY PADA ROBOT OTOMATIS KONTES ROBOT ABU INDONESIA TELAH DI-REVIEW DAN DISETUJUI ISINYA OLEH: Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Ir. Nanang Sulistiyanto, M.T NIP. 19700113 199403 1 002 Moch. Rif an, S.T., M.T NIP. 19710301 200012 1 001

IMPLEMENTASI ODOMETRY PADA ROBOT OTOMATIS KONTES ROBOT ABU INDONESIA PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: SLAMET BASORI NIM. 105060300111010-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014

IMPLEMENTASI ODOMETRY PADA ROBOT OTOMATIS KONTES ROBOT ABU INDONESIA Slamet Basori. 1, Nanang Sulistiyanto, Ir., MT. 2, Mochammad Rif an, ST., MT. 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro Univ. Brawijaya, 2 Dosen Teknik Elektro Univ. Brawijaya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: 105060300111010@mail.ub.ac.id Abstrak - Penelitian ini mengimplementasikan sistem umpan balik odometry pada mobile robot dengan sistem differential drive. Data dari dua buah rotary encoder akan diolah dengan metode odometry sehingga dihasilkan koordinat posisi robot dan arah hadap robot dari waktu ke waktu. Pengujian akhir pada sistem menunjukkan kinerja dengan kesalahan pembacaan sudut hadap terbesar adalah 3.68 sedangkan untuk pembacaan posisi kesalahan sebesar 4.86 mm saat bergerak lurus sejauh 1000 mm dan kesalahan sebesar 9.60 mm saat bergerak lurus sejauh 2000 mm. Sedangkan saat pengujian bergerak kombinasi lurus dan belok ke kiri sejauh 1500 mm terdapat kesalahan pembacaan sebesar 6.93 mm. Kata kunci : odometry, mobile robot, differential drive. A. PENDAHULUAN Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI) adalah sebuah kontes robotika perguruan tinggi di Indonesia. KRAI juga merupakan ajang seleksi untuk menentukan wakil indonesia dalam ABU Robocon. Dalam KRAI setiap tim diwajibkan untuk membuat robot manual dan robot otomatis. Robot manual dikontrol secara manual oleh manusia sedangkan robot otomatis dituntut untuk bergerak menuju sasaran dan melaksanakan tugas lain sesuai tema secara otomatis. Untuk dapat menuju sasaran tentunya diperlukan sistem navigasi yang cepat dan akurat. Untuk navigasi kebanyakan robot yang dilombakan masih menggunakan teknologi line follower atau teknologi penjejak garis dengan menggunakan sensor optik untuk mendeteksi jalur. Dengan sistem seperti ini, mau tidak mau robot harus berjalan sesuai dengan jalur yang disediakan sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai sasaran relatif lama. Hal yang mungkin untuk dilakukan adalah dengan tidak berjalan pada jalur yang disediakan. Selain jarak tempuh relatif lebih panjang, kelemahan lain menggunakan teknologi penjejak garis adalah kalibrasi sensor yang cukup sulit. Karena teknologi penjejak garis memanfaatkan pantulan cahaya pada jalur, intensitas cahaya di lapangan akan sangat berpengaruh pada sensor. Jika ada perbedaan intensitas cahaya di lapangan pertandingan dengan intensitas cahaya di tempat latihan tentunya akan diperlukan kalibrasi ulang 1 pada sensor. Bahkan jika perbedaan intensitas cahaya terlalu besar, bisa berdampak sensor tidak berfungsi sama sekali. Maka dari itu, diperlukan sistem navigasi yang meminimalisir atau menghilangkan pengaruh cahaya dari luar.selain jarak tempuh relatif lebih panjang, kelemahan lain menggunakan teknologi penjejak garis adalah kalibrasi sensor yang cukup sulit. Karena teknologi penjejak garis memanfaatkan pantulan cahaya pada jalur, intensitas cahaya di lapangan akan sangat berpengaruh pada sensor. Jika ada perbedaan intensitas cahaya di lapangan pertandingan dengan intensitas cahaya di tempat latihan tentunya akan diperlukan kalibrasi ulang pada sensor. Bahkan jika perbedaan intensitas cahaya terlalu besar, bisa berdampak sensor tidak berfungsi sama sekali. Maka dari itu, diperlukan sistem navigasi yang meminimalisir atau menghilangkan pengaruh cahaya dari luar. Odometry adalah penggunaan data dari sensor pergerakan untuk memperkirakan perubahan posisi dari waktu ke waktu. odometry digunakan untuk memperkirakan posisi relatif terhadap posisi awal [1]. Odometry membutuhkan sistem elektronik penunjang, bagian penting dari sistem elektronik penunjang odometry adalah sensor pergerakan. Sensor pergerakan yang bisa digunakan untuk sistem odometry antara lain kamera, sensor inersia, maupun rotary encoder. rotary encoder lebih disukai karena cara akses sensor yang relatif lebih mudah sehingga bisa langsung diproses dengan menggunakan mikrokontroler. B. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme differential drive umumnya banyak digunakan dalam kompetisi robot karena robot tidak punya cukup ruang untuk berbelok pada arena pertandingan [2]. Sistem odometry pada robot differential drive ditunjukkan dalam Gambar 2. Tiga parameter utama odometry adalah roda jarijari roda kanan dan kiri (R l dan R r) dan juga jarak antara roda kanan dan roda kiri (D) [3]. Dari tiga parameter tersebut dapat diketahui jarak tempuh robot (V S) dengan menggunakan Persamaan 2. Perubahan sudut hadap robot (ω) dihitung dengan menggunakan Persamaan 1.

Roda rotary encoder Ø 54 mm Roda penggerak Ø 150 mm 335 mm Roda omni 500 mm Gambar 2. sistem odometry differential drive Setelah mengetahui perubahan sudut hadap robot maka dapat diketahui sudut hadap robot saat dilakukan pembacaan posisi (θ). Setelah sudut hadap robot diketahui, perubahan posisi robot dapat diketahui dengan Persamaan 3 dan Persamaan 4. ω = ω r R r + ω l R l D V S = ω r R r + ω l R l 2 (1) (2) x = V s cos (θ) (3) y = V s sin(θ) (4) Gambar 4. Rancangan robot tampak atas Badan robot terbuat dari aluminium lebar 20 mm dengan dimensi panjang 500 mm dan lebar 500 mm. Pemilihan ukuran robot berdasarkan ukuran yang biasa ada pada rule KRAI. Roda pergerakan robot berdiameter 150 mm dengan tebal 30 mm. Pada bagian tengah depan dan belakang robot dipasang roda omni untuk menjaga kestabilan robot. Roda rotary encoder berdiameter 54 mm dengan lebar 10 mm. Jarak antar roda rotary encoder sepanjang 335 mm. Sebuah pegas diletakkan pada bantalan rotary untuk menjaga supaya roda rotary encoder tetap menapak ke lantai. Desain pemasangan roda rotary encoder dengan pegas ditunjukkan dalam Gambar 5. C. PERANCANGAN SISTEM 1. Perancangan Sistem Keseluruhan Prinsip kerja sistem ini adalah mikrokontroler setiap waktu tertentu membaca data dari sensor rotary encoder kemudian mengolah data yang berupa jarak tempuh roda kiri dan roda kanan sehingga dihasilkan koordinat posisi robot dan arah hadap robot. Blok diagram sistem ditunjukkan Gambar 3. Gambar 5. Desain pemasangan roda rotary encoder 3. Perancangan Antarmuka Rotary encoder dengan Mikrokontroler Robot pada perancangan ini didesain untuk dapat membaca posisi saat robot bergerak maju ataupun mundur. Maka dari itu diperlukan rotary encoder yang selain dapat membaca jumlah putaran juga dapat membaca arah putaran roda. Pada perancangan ini digunakan rotary encoder yang memiliki 2 keluaran yang berbeda fasa seperti ditunjukkan dalam Gambar 6. [4] Gambar 3 Diagram Blok Perancangan Perancangan Keras (hardware) Sistem Secara Keseluruhan 2. Perancangan Desain Mekanik Sistem mekanik yang baik berpengaruh besar pada pergerakan robot, oleh karena itu perancangan mekanik dalam hal ini bodi dan rangka robot haruslah dibuat sepresisi mungkin. Gambar 4 menunjukkan bentuk dan ukuran mekanik robot. 2 Gambar 6. Sinyal keluaran rotary encoder

Dengan 2 keluaran yang berbeda fasa tersebut rotary dapat digunakan untuk mengetahui arah putaran roda dengan cara menggunakan keluaran A untuk menghitung putaran dan keluaran B untuk mengetahui arahnya. Pada perancangan ini keluaran rotary A dimasukkan pada input interupsi dengan mode tepi turun. Setiap terjadi tepi turun pada keluaran A mikrokontroler akan memeriksa kondisi logika pada keluaran B untuk mengetahui arah putarnya. Diagram alir pembacaan rotary ditunjukkan dalam Gambar 7. Interupsi eksternal Interupsi setiap 1 ms Baca nilai sensor Hitung jarak tempuh robot Hitung perubahan arah hadap robot Hitung posisi robot Reset nilai sensor kembali Keluaran B = High Y putaranrotary = putaranrotary + 1 T putaranrotary = putaranrotary - 1 Gambar 9. Diagram Alir Algoritma Odometry D. PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian dan analisis dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem, apakah sistem telah sesuai dengan perancangan. Pengujian dilakukan per blok sistem kemudian secara keseluruhan. kembali Gambar 7. Algoritma pembacaan rotary encoder 4. Perancangan Algoritma Odometry Untuk mendapatkan kinerja mikrokontroler yang maksimal, sebelum mengaplikasikan algoritma odometry pada mikrokontroler secara langsung terlebih dahulu penulis melakukan debugging pada simulator Atmel Studio untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam algoritma odometry. Hasil debugging ditunjukkan dalam Gambar 8. 1. Pengujian Komunikasi Serial Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroler dapat mengirimkan data melalui komunikasi serial UART. Untuk pengujian ini mikrokontroler mengirimkan data pada terminla komputer dengan konfigurasi baudrate 9600 bps, 8 bit data, tanpa paritas dan 1 stop bit. Data yang dikirimkan beruapa paket data yang berisi kalimat uji UART 9600 bps. Hasil pengujian ditunjukkan dalam Gambar 10. Gambar 8. Hasil debugging pada software Atmel Studio Dari debugging diketahui untuk sekali menjalankan algoritma odometry dibutuhkan waktu 314 us. Dengan itu dapat diputuskan untuk melakukan sampling program setiap 1ms dengan pertimbangan sisa waktu sekitar 680 us untuk menangani pembacaan sensor rotary encoder melalui interupsi eksternal. Diagram alir algoritma odometry sepenuhnya ditunjukkan dalam Gambar 9. 3 Gambar 10. Pengujian UART Baudrate 9600 bps Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data dapat dikirim dengan baik tanpa ada karakter yang hilang. 2. Pengujian Modul RF Pengujian modul RF dilakukan untuk mengetahui apakah modul RF dapat bekerja sesuai spesifikasi yang ada pada datasheet dan juga untuk mengetahui jarak maksimal yang bisa ditangani oleh modul RF. Pengujian dilakukan mengirimkan data dari mikrokontroler dengan menggunakan

UART dengan konfigurasi baudrate 9600 bps, 8 bit data, tanpa paritas dan 1 stop bit. Media fisik yang semula kabel diganti dengan modul RF. Data yang dikirim berupa paket data kalimat pegujian UART+RF 9600 bps. Gambar 13. Hasil pengujian putaran berlawanan jarum jam Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa rangkaian sensor rotary encoder bekerja dengan baik. Sinyal keluaran A dan B dapat terdeteksi sebagai sinyal quadrature sehingga arah putar dapat diketahui, dimana saat searah jarum jam chanel A mengalami tepi turun saat chanel B berlogika rendah dan chanel A mengalami tepi turun saat chanel B berlogika tinggi ketika diputar berlawanan arah jarum jam. Gambar 11. Hasil pengujian RF dengan baudrate 9600 pada jarak > 150 m Dari hasil pengujian RF dapat mengirimkan data dengan tanpa ada karakter saat jarak pengiriman < 150 m. Pada saat jarak pengiriman > 150 m karakter yang diterima pada PC tidak sesuai dengan data yang dikirim seperti ditunjukkan dalam Gambar 11. 3. Pengujian Sensor Rotary encoder Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan rotary encoder dalam mendeteksi arah putaran dan respon rangkaian sensor dalam mendeteksi putaran. Selain itu pengujian juga bertujuan untuk mengetahui apakah sinyal keluaran rotary encoder sudah sesuai dengan spesifikasi yang tercantum di datasheet sehingga nantinya dapat diputuskan apakah rotary encoder bisa langsung disambung dengan mikrokontroler. Pengujian dilakukan dengan menggunakan osiloskop PCSU1000. Sinyal keluaran rotary encoder yaitu sinyal A dihubungkan dengan chanel 1 dan sinyal B dihubungkan dengan chanel 2 pada osiloskop. Selanjutnya rotary encoder diputar dengan kecepatan konstan. Pengujian dilakukan dua kali dengan arah putar yang berbeda, searah dan berlawanan jarum jam. Hasil pengujian ditunjukkan dalam Gambar 12 dan Gambar 13. Gambar 12. Hasil pengujian putaran searah jarum jam 4 4. Pengujian Sudut Hadap Robot Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa dari algoritma odometry yang diimplementasikan pada robot untuk membaca arah hadap robot. Prosedur pengujian dilakukan dengan memutar robot ke sudut tertentu kemudian sudut hasil pembacaan ditampilkan pada terminal komunikasi serial pada PC. Hasil pengujian pembacaan sudut robot ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengujian Pembacaan Arah Hadap Robot Sudut Sebenarnya ( ) 45 90 135 180 225 270 315 Sudut Terbaca ( 0 ) 44,10 45,65 45,10 89,45 89,21 90,59 136,06 134,45 134,69 178,31 178,72 178,19 223,54 224,74 224,02 267,94 267,52 267,28 311,67 311,91 311,32 Kesalahan ( ) 0,9 0,65 0,1 0,55 0,79 0,59 1,06 0,55 0,31 1,69 1,28 1,81 1,46 0,26 0,98 2,06 2,48 2,33 3,33 3,09 3,68 Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil pembacaan sudut hadap robot dengan kesalahan

terbesar 3,68. kesalahan terbesar terjadi pada sudut putaran 315. Sedangkan kesalahan rata-rata pembacaan sudut dari 0 sampai 315 adalah 1,44. 5. Pengujian pembacaan posisi robot Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa dari algoritma odometry untuk membaca posisi robot pada lapangan. Prosedur pengujian dilakukan dengan membuat sebuah lintasan pada lapangan kemudian robot digerakkan secara manual mengukuti lintasan tersebut. Hasil pembacaan posisi robot dikirim ke PC untuk diplot. Pengujian pertama dilakukan pada lintasan lurus sepanjang 2000 mm. Hasil pengujian pembacaan posisi robot pada lintasan lurus sepanjang 2000 mm ditunjukkan dalam Gambar 14. 2500 2000 1500 1000 500 0-200 0 200 Gambar 14. Hasil Pengujian Pada Lintasan Lurus Berdasarkan hasil pengujian dalam Gambar 14 diperoleh hasil pembacaan posisi robot pada lintasan lurus yang sesuai dengan lintasan sebenarnya. Pada posisi akhir pembacaan terdapat kesalahan sebesar 9,6 mm. Pengujian kedua dilakukan dengan menggerakkan robot dengan gerakan kombinasi serong dan lurus. Pada pengujian ini robot digerakkan ke posisi koordinat (-1000,500) yaitu robot digerakkan serong ke kiri kemudian lurus. Hasil pembacaan posisi ditunjukkan dalam Gambar 15. 1000 500 posisi sebenarnya posisi terbaca Posisi terbaca 0-1500 -1000-500 0 500 Gambar 15. Pembacaan posisi robot saat gerakan kombinasi serong kekiri dan lurus. 5 Dari hasil pengujian didapatkan kesalahan pembacaan posisi pada posisi akhir sebesar 6,93 mm. E. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil perancangan dan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sistem odometry menggunakan sensor rotary encoder dengan keluaran sinyal quadrature untuk mengetahui jumlah dan arah putaran roda sensor. 2. Dari hasil pengujian pembacaan sudut hadap robot antara 0 sampai 315 didapatkan kesalahan pembacaan sudut hadap rata-rata 1.44. 3. Pada pengujian pembacaan posisi robot didapatkan kesalahan pada posisi akhir sebesar 9,6 mm pada pada gerakan lurus sepanjang 2000 mm dan kesalahan sebesar 6,93 pada gerakan serong kekiri dan lurus sepanjang 1500 mm. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan : 1. Menggunakan mikrokontroler dengan spesifikasi yang lebih tinggi sehingga resolusi odometry menjadi lebih akurat. 2. Mengimplementasikan algoritma kontrol PID atau Fuzzy dengan umpan balik odometry untuk membuat robot bisa bergerak menuju sasaran secara otomatis. F. REFERENSI [1] Martha, B.S, Fernando dan Anom. 2011. Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik Odometry. Proceedings of IES 2011 Emerging Technology For Better Human Life: 2. Surabaya. EEPIS. [2] Chen, C-L dan Jun-hao, Z. 2013. Using Odometry for Differential Wheled Robot. Proceedings of IEEE 2nd International Symposium on Next-Generation Electronics (ISNE): 596. Kaohsiung. IEEE. [3] Evangelos, P dan Michael, M. 2007. On Differential Drive Robot Odometry with Application to Path Planning. Proceedings of European Control Conference: 5493. Kos. European Union Control Association. [4] Autonics. 2009. Rotary Encoder (Incremental Type) E40H. http://www.farnell.com/datasheets/1756233. pdf. Diakses Tanggal 7 Juni 2014.