BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin. mengancam penurunan kualitas hidup manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta. meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era jaman globalisasi seperti ini, meningkatnya era industri di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ButterworthHeinemann : Oxford. Hal : Lawson,Kari Standard of Care: Plantar Fasciitis. Brighamand Women s Hospital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bermobilisasi adalah kaki. Untuk melindungi bagian tubuh yang penting ini

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengancam penurunan kualitas manusia jika tidak segera

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FASCIITIS PLANTARIS BILATERAL DI RST. dr. SOEDJONO MAGELANG

Clara Shinta Febrianti ( ) Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. munculnya masalah tersebut, seseorang akan mengkompensasinya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian integral kesehatan (Ibid dkk, 2009). kita, hal itu ditunjukkan dalam aktivitas kita sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,7% hingga 66,7%. Keluhan tentang keluhan bahu juga sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EFEK PENAMBAHAN TAPING PADA INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMY DAN STRETCHING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KONDISI PLANTAR FASCIITIS

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini mengakibatkan dampak yang positif tetapi juga bisa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keluhan dan gangguan. Hal ini terjadi karena kurangnya

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan. kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CALCANEUS SPUR SINISTRA DENGAN MICRO WAVE DIATHERMY (MWD) DAN MASSAGE DI RSAL DR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan rutin, hal tersebut menjadi suatu hal yang alamiah untuk memenuhi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FASCIITIS PLANTARIS BILATERALL DI RST. Dr. SOEDJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga kesehatan kadang di abaikan dalam kehidupan manusia.dari tahun ketahun masalah kesehatan didunia terus-menerus mengalami perubahan baik pola penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin mengancam penurunan kualitas hidup manusia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomis.dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. (Ibis, 2009). Masyarakat modern cenderung mempunyai pola hidup yang mementingkan kesibukan sehingga mengesampingkan kesehatan, ditambah lagi dengan kurangnya olah raga untuk mengimbangi aktivitas yang sangat padat. Aktivitas aktivitas yang terganggu salah satunya gangguan pada kaki.secara biomekanik, kaki dan pergelangan kaki merupakan titik tumpuan berat badan pada saat berjalan atau berlari karena beban tubuh diterima oleh kedua sisi pergelangan kaki secara bergantian sehingga bagian kaki 1

cenderung mudah mengalami gangguan gerak dan fungsi yang sangat beragam, salah satunya keluhan yang sering dijumpai adalah plantar fasciitis. Plantar fasciitis adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris. (Kari, 2007) Plantar fasciitis diawali karena adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan apponeurosis plantaris yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Adanya radang pada sisi tempat perlengketan fascia akan menimbulkan cidera, inflamasi dan nyeri pada fascia plantaris. Plantar fasciitis sering terjadi pada usia 40-70 tahun, tapi bisa kurang dari 40 tahun bila mempunyai kelainan bentuk kaki yaitu telapak kaki datar dan kebanyakan wanita sering mengalaminya. Sebanyak 40% terjadi pada pekerja yang berdiri lebih dari 6 jam, 70 % terjadi pada orang kegemukan/obesitas dan lebih dari 30% pada orang berusia diatas 50 tahun. Plantar fasciitis dapat disebabkan oleh banyak factor, antara lain: obesitas, flat foot dan pes cavus, tightness otot gastronemius atau soleus, dan degenerative. Obesitas adalah factor utama pada pasien dengan kasus plantar fasciitis.dimana pada obesitas berat masa tubuh pada seseorang meningkat akibatnya beban yang diterima kaki dan pergelangan kaki besar dan dapat mempengaruhi terjadinya suatu tekanan yang kuat pada fascia plantaris. Meningkatnya pembebanan pada kaki maka meningkatnya juga pembebanan pada arkus longitudinal sehingga akan mempengaruhi fascia plantaris dan terjadi cidera inflamasi. Struktur kaki yang tidak normal seperti flat foot dan pes caves juga dapat mempengaruhi seseorang untuk terkena plantar fasciitis. Pronasi yang 2

berlebihan pada sendi subcalar akan menyebabkan eversi yang berlebihan pada calcaneus. Eversi yang berlebihan akan menyebabkan tarikan pada fascia plantaris selama fase flaat foot pada pola berjalan seperti arkus medial longitudinal akan lebih panjang dari pada kaki yang normal Sedangkan kaki yang bentuk pes cavus akan lebih terbatas eversi pada calcaneus dan juga terbatas sendi subtalar. Biasanya struktur ini kaku dan arkus lebih tinggi pada fore foot dan hind foot, hal ini menyebabkan terjadinya pemendekan pada fascia plantaris.kemampuan yang dimiliki dari kaki pes cavus untuk menghilangkan beban berat badan sedikit terbatas. Karena struktur tulang dari kaki yang pes cavus biasannya tidak bergerak, maka jaringan lunak pada kaki akan menyerap beban berat badan pada daerah tersebut. Struktur pada daerah pes cavus bila diberikan tekanan berlebih maka tekanan tersebut akan mengalami peningkatan tekanan pada insersio fascia plantaris dicalcaneus dan dapat mempengaruhi seseorang terkena plantar fasciitis. Tightness calf muscle menyebabkan adanya pembatasan kemampuan dari and foot untuk melakukan supinasi serta terjadinya pengurangan dorsal fleksi pada saat terminal stance dan preswing. Weekness yang terjadi pada posterior calf muscle dapat memungkinkan terjadinya penurunan jumlah dorongan selama push off. Sehingga pada otot kaki dan origo fascia plantaris dalam hal ini mengalami suatu peningkatan beban kerja yang berlebihan. Kemudian pada usia degenerative juga fasciitis plantaris dapat terjadi, hal itu dikarenakan adanya perubahan musculoskeletal pada usia lanjut sehingga akan menyebabkan penurunan kadar air, matrika, dan perubahan 3

serabut kolagen. Dengan adanya penurunan fleksibiltas jaringan maka dapat mempengaruhi elastisitas dan kelenturan dari fascia plantaris. Fascia plantaris yang tidak lentur tersebut akan sangat mudah untuk mengalami iritasi. Semua bentuk dari adanya penekanan berlebih yang diberikan pada fascia plantaris akan menghasilkan tarikan atau peregangan pada insersio medial tuberositas calcaneus. Hal ini akan menyebabkan kegagalan pada periosteal dan selanjutnya avulse dari periesteum pada tuberositas calcaneus kemudia avulsi tersebut akan diikuti oleh pengisian kalsium sehingga akan terbentuk calcaneal spur heel spur. Biomekanik saat berjalan dan berlari pun juga harus diperhatikan. Fase berjalan dimulai dari stance phase (heel strike, foot flat, mid stance, toe off) dan swing phase (acceleration, mid swing, deceleration). Fase berlari dimulai dari heel strike ( yang ikuti swing phase pada kaki lainnya) dilanjutkan mid stance (forward swing) dan diakhiri dengan toe off ( foot descent). Secara fisiologis nyeri dapat dirasakan hilang-timbul dengan penggunaan atau setelah lama beraktifitas dan berolahraga. Hal ini akan menganggu gerak fungsional mulai dari tidak dapat melakukan aktivitas berjalan dengan waktu yang lama, pola jalan berubah menjadi antalgic gait, kecepatan dan jarak tempuh berlari akan berkurang, jarak tinggi lompatan pun akan mengalami penurunan jika seseorang terkena plantar fasciitis. Seseorang yang mengalami cedera tentunya ingin cepat pulih untuk menjalani aktivitas sehari-harinya. Pemulihan seseorang dari cedera plantar fasciitis sekitar 3-4 minggu ( J Orthop Sports Phys Ther.2008). Seseorang dikatakan pulih dari cedera plantar fasciitsjika pola jalan tidak antalgic gait, 4

berjalan dengan waktu yang lama, melompat dan berlari.tanpa keluhan nyeri disaat dan akhir setelah aktivitas tersebut. Cedera pada tungkai bawah sering ditemukan disemua umur dimana yang banyak menggunakan tungkai bawah seperti berjalan, berlari dan melompat. Berdasarkan ICD-10: M72.2 Plantar Fasciitis kondisi ini tentunya memiliki gangguan fungsi terhadap tungkai bawah. Menurut International Classification of Functioning, disability and health, pasien pada kondisi ini akan merasakan nyeri akibat inflamasi pada fascia, terjadi penumpukan zat-zat iritan yang dapat meningkatkan sensitifitas nosiceptor sehingga pasien merasakan nyeri pada tungkai bawah (b28015 pain in lower limb). Hal ini terlihat dari pola jalan yang berubah menjadi antalgic gait (b770 Gait pattern function, antalgic gait) yang diakibatkan sebagai kompensasi dari ketidakmampuan fascia plantaris mereabsorbsi tekanan dari bawah saat kaki menapak, sehingga kaki yang sakit akan sesegera mungkin tidak mendapat beban berat tubuh saat fase berjalan. Perubahan pola jalan ini akan mengganggu aktivitas seperti berjalan jarak jauh (d4501) karena akan menurunkan daya tahan dalam mempertahankan kekuatan jalan jarak jauh, kecepatan berlari (d4552) juga akan mengalami penurunan, dikarenakan microtear dan fibrous pada serabut otot dan fascia tendon akan mengurangi kekuatan otot saat kontraksi dan tinggi lompatan akan mengalami gangguan akibat tidak kuatnya ankle saat menjadi tumpuan saat melompat (d4553) dan mendarat diakhir lompatan. Menurunya kekuatan dan fleksibilitas otot saat aktivitas sehari-hari seperti berjalan, berlari dan melompat.gangguan fungsional ini terkadang 5

tidak diatasi secara optimal sehingga dapat mengganggu aktivitas khususnya aktivitas sehari-hari dan olahraga.hal ini dikarenakan kurangnya pemeriksaan secara spesifik sesuai dengan jaringan terkait dan penerapan intervensi yang kurang tepat, efektif dan efisiensi pada jaringan tersebut. Sehingga sebagai seorang fisioterapi yang menangani keluhan pada gerak dan fungsi harus memiliki kemampuan untuk melakuan pemeriksaan spesifik yang tepat sesuai dengan gangguan neuromuscular vegetative mechanism dan target jaringan spesifik terkait, sehingga dapat menegakkan diagnosa fisioterapi yang tepat dan menerapkan jenis intervensi yang tepat sesuai patalogi. Seseeorang yang mengalami cedera tentunya ingin cepat pulih untuk menjalani aktivitas sehari-hari.pemulihan sesorang dari cedera mempunyai tingkat yang berbeda, yang ditentukan dari kondisi pulihnya tungkai yang terkena cedera tersebut, bukan dari berapa hari atau minggu sejak cedera terjadi. Seseorang dikatakan pulih dari cedera plantar fascitis jika dapat berjalan, melompat, jogging, running, dan sprinting tanpa keluhan nyeri disaat dan akhir setelah latihan. Penanganan yang akan diberikan dalam mengurangi masalah pada plantar fasciitis.diantaranya dengan menggunakan manual, modalitas elektroterapi dan terapi latihan/ pelatihan fungsi. Yang Peneliti akan berikan kepada pasien dengan kasus plantar fasciitis menggunakan modalitas ultrasound, kinesiotapingdan latihan calf raise sebagai modalitas utama yang peneliti lakukan selama penelitian. 6

Ultrasound (US) dimana salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi sangat tinggi (0,75 Mhz 3 Mhz). (John, 2000) Efek yang ditimbul pada Ultrasound adalah efek mekanik dan heating serta efek biologis. Gelombang ultrasounik pada saat diserap oleh jaringan tubuh akan menyebabkan komprensi dan ekspansi dengan gaya maksimal 4 bar dalam jaringan tubuh dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari gelombang ultrasonic yang masuk, sehingga terjadi variasi tekanan disinilah kemudian timbul efek mekanik yang dikenal dengan istilah micromassage yang berfungsi sebagai penurun intensitas nyeri yang akan menghasilkan efek heating, serta dapat merangsang reinflamasi fisiologis yang dapat merangsang penyembuhan luka sehingga terjadi peningkatan pada fungsional ankle seperti gerakan berjalan, melompat dan berlari. Kinesiotaping adalah metode rehabilitasi yang dapat menstabilkan otot, sendi, serta melancarkan peredaran darah dan limfe. Sehingga mengurangi nyeri pada proses penyembuhan tanpa membatasi gerak tubuh. Beberapa pakar pysiologi of exercise seperti Dr Stewart Bruce Low juga mengakui bahwa kinesiotaping dapat meningkatkan kekuatan dengan mengurangi energy yang hilang bersamaan sewaktu melakukan pergerakan. Metode kinesiotaping dengan cara melalui aktivasi system saraf dan peredaran darah. Metode ini pada dasarnya berasal dari ilmu kinesiology, kinesiotaping dapat digunakan diberbagai kondisi karena kemampuannya untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi peradangan, mengendurkan otot, 7

meningkatkan kerja dan memfasilitasi rehabilitasi sementara yang mendukung otot-otot dalam gerak. (Kase, 2005) Pemberian kinesiotaping pada plantar fasiitis adalah untuk meningkatkan fungsional dimana fase-fase dalam berjalan tidak ada yang kurang seperti fase heel strike, foot flat, mid stance, push off, toe off, acelaration, mid swing, decelaration begitupun dengan berlari dan melompat yaitu dengan efek mengurangi nyeri dengan mengurangi proses inflamasi, meningkatkan sirkulasi darah, untuk menormalkan tonus otot dan gangguan pada fasicia dalam persendian yang diakibatkan oleh plantar fasciitis. Selain itu, pemberian kinesiotaping dapat memberikan support muscle pada kelemahan otot-otot plantaris yang disebabkan karena proses immobilisasiakibat nyeri yang ditimbulkan dari plantar fascia tersebut. Salah satu teknik latiha yang dapat diaplikasikan pada kondisi plantar fasciitis adalah Calfrise. Calf raise diberikan pada kasus plantar fasciitis. Latihan calf raise di gunakan untuk meningkatkan fungsional pada kasus plantar fasciitis, Latihan ini menggunakan beban dari dalam tubuh sendiri, dengan memaksimalkan kekuatan dari otot sehingga pada otot terjadi peningkatan tonus otot, yang berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot. Latihan calf raise pada saraf juga dapat mengaktivasi saraf sehingga proprioceptif juga meningkat, maka dengan latihan ini akan menghasilkan suatu perfomance yang lebih baik.. Latihan calf raise pada ankle ditujukan untuk memulihkan berbagai sendi gerak dan fleksibilitas otot, meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta meningkatkan stabilisasi pada ankle, sehingga ankle lebih fungsional dan 8

stabil.karna itu semua latihan ini berperan penting pada gerakan-gerakan ankle seperti berjalan, melompat, dan berlari. B. Identifikasi Masalah Plantar fasciitis adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris. (Kari, 2009) Plantar fasciitis diawali karena adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan apponeurosis plantaris yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Adanya radang pada sisi tempat perlengketan fascia akan menimbulkan cidera, inflamasi dan nyeri pada fascia plantaris. Timbulnya rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien berusaha untuk mengurangi gerakan pada kaki sehingga terjadi inaktivitas, efek dari inaktivitas ini akan memunculkan masalah-masalah baru. Salah satunya adalah terjadinya mal posisi (elongasi) sehingga akan menyebabkan terjadinya penurunan jaringan kontraktil yang akan mengakibatkan terjadinya kelemahan-kelamahan otot-otot intrinsik kaki. in-aktivitas juga akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar air dan matriks sehingga terjadi penumpukan serabut kolagen yang mengakibatkan terjadinya abnormal crosslink. Hal Ini akan mengganggu gerak fungsional ektremitas bawah yang lebih dominan digunakan untuk aktivitas seperti berjalan, berlari, dan lompat. Secara fisiologis nyeri dapat dirasakan hilang-timbul dengan penggunaan atau setelah lama beraktifitas olahraga. Hal ini akan menganggu 9

gerak fungsional mulai dari tidak dapat melakukan aktivitas berjalan dengan waktu yang lama, lompat sampai berlari. Fisioterapis dapat melakukan beberapa pemeriksaan fungsi gerak dasar yang lebih spesifik pada kasus ini misalnya palpasi. Palpasi dilakukan dengan cara memberi tekanan pada arkus plantarisnya dimana didapatkan tenderness yang membentuk seperti jalinan tali dan lunak saat di palpasi Tujuannya untuk memprovokasi timbulnya nyeri. Untuk menangani masalah yang ada pada plantar fasciitis banyak modalitas fisioterapi yang dapat di aplikasikan, seperti MWD, US, manual terapi, friction, peregangan manual longitudinal, latihan peregangan eccentric dan tapping. Namun tidak semua modalitas tersebut efektif terhadap masalah yang timbul, oleh sebab itu fisioterapis perlu untuk mengetahui efektivitas dari treatment yang diberikan.setelah dapat dipastikan bahwa pasien tersebut menderita fasciitis plantaris, kita dapat melakukan perencanaan terapi yang sesuai dengan problem yang ditemukan. Tetapi dalam penelitian ini peneliti mencoba memadukan beberapa pilihan metode diatas yaitu Ultrasound (US) yang bertujuan untuk melepaskan perlengketan pada jaringan dan kinesiotaping untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi peradangan, mengendurkan otot, meningkatkan kinerja dan rehabilitasi sementara yang mendukung otot-otot dalam gerak, sehingga tidak ada keterbatasan dalam bergerak. Pada kesempatan ini penulis akan mencoba meneliti dengan menambahkan latihan calf raise pada intervensi ultrasound, kinesiotaping dan pemberian intervensi ultrasound (US) dan kinesiotaping. 10

Untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan pengukuran terhadap tingkat fungsional, agar evaluasi pengukuran tingkat fungsional setelah pengobatan yang dilakukansebagian control secara tepat dapat diukur. Banyak sekali metode atau cara pengukuran/evaluasi terhadap tingkat fungsional namun pada penelitian ini penelitian ini pengukuran ftingkat ungsional yang peneliti pergunakan dalam penelitian ini adalah Foot ankle ability measures (FAAM). C. Perumusan Masalah Perumusan masalah menurut penguraian diatas adalah sebagai berikut: 1) Apakah pemberian intervensi ultrasound dan kinesiotaping meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis? 2) Apakah penambahan latihancalf raise pada intervensi ultrasound dan kinesiotaping meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis? 3) Apakah penambahan latihan calf raise pada intervensi ultrasound dan kinesiotaping lebih baik untuk meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis? 11

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : untuk mengetahui penambahan Latihan Calf Raise pada Intervensi ultrasound dan kinesiotaping lebih baik untuk meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. 2. Tujuan Khusus : a. Untuk mengetahui intervensiultrasound dan kinesiotaping terhadap peningkatan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. b. Untuk mengetahui intervensi ultrasound dan kinesiotaping dengan yang diberikan penambahan Latihan Calf Raise dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis dan diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk diteliti lebih lanjut. 2. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Fisioterapis mempunyai banyak metode dan teknik yang dapat diaplikasikan dalam praktek klinik sehari-hari untuk meningkatkan fungsional ankle pada kondisi plantar fasciitis, tetapi tidak semua metode dan teknik tersebut aman dan efektif dalam penerapannya. Penelitian ini 12

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi fisioterapis dalam menangani kasus plantar fasciitis. 3. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan terhadap pasien dengan kasus plantar fasciitis. 13