BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dimasa yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukimanyang sehat. Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila eceng gondok dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya. Visi pengembangan sistem pengelolaan gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal ecenggondok berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generative. Perkembangan dengancara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian badan Pengendalian dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m persegi. Heyne (1987) menyatakan bahwa dalam waktu enam bulan pertumbuhan ecenggondok pada areal 1 hektar dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton.perkembang biakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman ecenggondok telah berubah menja ditanaman gulma dibeberapa wilayah perairan Indonesia. Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir-bibir pantai sampai sejauh 5-20 meter,perkembang biakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi Universitas Mercubuana 1
dan sedimentasi lahan, berbagai aktivitas masyarakat (mandi, cuci, kakus), budi daya perikanan (keramba jaring apung),limbah transportasi air, dan limbah pertanian. Pertumbuhan ecenggondok yang sangat cepat juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain mempercepat pendangkalan sungai atau danau, menurunkan produksikan, mempersulit saluran irigasi, dan menyebabkan penguapan air sampai 3 sampai 7 kali lebih besar dari pada penguapan air di perairan terbuka (Soemarwoto, 1977), sedangkan Oshawa dan Risdiono (1977) menyatakan bahwa kehilangan air di Rawa Pening karena penguapan oleh enceng gondok, 4 kali lebih besar dari pada penguapan air pada perairan terbuka. Namun dibalik berbagai efek negatif yang diberikan oleh eceng gondok. Sebenarnya, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Biogas atau gas bio merupakan salah satu jenis energy yang dapat dibuat dari banyak jenis bahan buangan dan bahan sisa, semacam sampah, kotoran ternak, jerami, ecenggondok, serta banyak bahan-bahan lainnya lagi Pendeknya, segala jenis bahan yang dalam istilah kimia termasuk senyawa organik, entah berasal dari sisa dan kotoran hewan ataupun sisa tanaman, dapat dijadikan bahan biogas (Suria wirira dan unus, 2002). Pemilihan biogas sebagaisumber energy alternatif didasari pada keunggulan yang menjadi energi alternatif yang dapat bermanfaat untuk permukiman Sehat Yang bersih dan dapat menghasikan energi yang dapat dimanfaatkan dari Ecenggondok (Eichorniacrassipes). Menggambarkan keinginan terwujudnya salah satu upaya yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma Eceng Gondok di kawasan perairan adalah dengan memanfaatkan tanaman Eceng Gondok sebagai bahan baku biogas. Eceng Gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas karena mengandung gas methan (CH4), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen (N2), Karbon Monoksida (CO), Oksigen Universitas Mercubuana 2
(O2),Hydrogen Sulfida (H2S) ini dihasilkan dari penguraian bahan organik yang dilakukan jasad renik seperti mikroba, baik jamur maupun bakteri kondisi lingkungan yang baik dan dapat menciptakan energi alternatif dari pengolah gulma ecenggondok yang dapat bermanfaat untuk lingkungan setempat. Secara umum wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air dangkal yang baik akan dapat ditunjukan memiliki kondisi sebagai berikut: a. Seluruh masyarakat memiliki akses untuk menghasilkan gas yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih jika telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat baik. c. Dapat mengurangi kadar bakteri pathogen yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan penyakit bila kotoran tersebut ditimbun begitu saja serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran air. d. Yang paling utama adalah dapat mengurangi permasalah penanggulangan menjadi sesuatu yang bermanfaat (Ihwan,2003) dalam hal ini gulma seperti eceng gondok juga dapat digunakan sebagai bahan baku akibat penguraian bahan organik yang dilakukan jasadrenik seperti mikroba, baik jamur maupun bakteri, maka akan terbentuk zat atau senyawa lain yang lebih sederhana diantaranya yaitu berbentuk gas methan (CH4)serta masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untukberpartisipasi dalam pengelolaan ecenggondok menjadi sumber energi yang dapat di manfaatkan sehingga memperolehkeuntungan bagi kesejahteraannya lingkungan sekitar,pertambahan Universitas Mercubuana 3
jumlah gulma Ecenggondok (Eichorniacrassipes) diimbangi dengan pengelolaan sumber energi yang ramah lingkungan yang menguntungkan dagi umat manusia dan lingkunga sekitar. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah mekanisme proses pembuatan biogas dengan berbahan baku Ecenggondok? 2. Berapa besarkah efisiensi gas methan yang dihasilkanoleh biogas berbahan baku eceng gondok jika dibandingkan dengan biogas berbahan baku kotoran hewan memamah biak dan dari tumbuhan lain? 3. Bagaimana ketersediaan jumlah bahan baku eceng gondok jika dibandingkan dengan ketersediaan kotoran hewan memamah biak? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mempelajari potensi dari pemanfaatan gulma eceng gondok dengan cara fermentasi 1.4 Batasan Masalah Lingkup Penelitian Dalam penyusunan tugas akhir ini, agar pembahasannya tidak melebar dan lebih fokus maka penulis hanya membahas: Cara pembuatan biogas darengan menggunakan eceng gondok dan kotoran kerbau dalam sekala bio gaster sederhana dengan 2 tengki yang memiliki kapasitas masing 250 liter. Universitas Mercubuana 4
1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian ini ditujukan kepada pemerintah, masyarakat, dan individu. Bagi Pemerintah dapat memberikan masukan untuk mendapatkan sumber energy alternatif lain dalam hal ini biogas berbahan baku eceng gondok. Serta memberikan masukan terhadap solusi pengangkatan gulma eceng gondok pada perairan. 2. Bagi Masyarakat Membantu masyarakat disekitar aliran air sungai atau danau yang terserang gulma eceng gondok untuk memanfaatkan gulma ini guna meningkatkan pengetahuan mengenai sumber energy lain dalam bentuk biogas berbahan baku eceng gondok. 3. Bagi Penulis Tulisan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat untuk menemukan ide-ide kreatif berkaitan dengan pengembangan sumber-sumber energy alternative terbarukan serta dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. 4. Manfaat bagi pemerintah A. Menghemat subsidi negara terhadap BBM, karena biogas dari eceng gondok merupakan alternatif bahan bakar yang murah dan efisien. B. Mengurangi angka pengangguran dengan terbukanya lapangan kerja baru dalam sektor industri pengolahan biogas dari eceng gondok. C. Menyeimbangkan ekosistem dengan mengendalikan laju pertumbuhan eceng gondok. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Universitas Mercubuana 5
Makalah yang di sampaikan dalam penulisan tugas akhir ini di sajikan dalam bentuk sistematika sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan BAB II DASAR TIORI Dalambab ini membahas teori dasar yang mendukung BAB III METODE PENELITIAN oleh penulis. Dalam bab ini berisikan alur penelitian dan data hasil pengujian yang dilakukan BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA Pengumpulan dan analisa data yang sudah ada ketika melakukan uji coba digaster bio gas. BAB V PENUTUP Dalam bab ini di kemukakan simpulan yang dapat dari hasil pengujian serta memberikan saran saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi kepentingan pembaca Universitas Mercubuana 6