BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para investor dapat melakukan investasi di pasar modal dalam bentuk surat berharga atau saham. Aktivitas investasi yang dilakukan bertujuan untuk memaksimumkan kekayaan yang diperoleh melalui tingkat pengembalian investasi (return) berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Agar para investor bersedia untuk menyalurkan dananya melalui pasar modal, para investor menginginkan perasaan aman akan investasinya. Maka, para investor berusaha mendapatkan berbagai jenis informasi yang berguna serta melakukan berbagai teknik analisis untuk mengurangi ketidakpastian investasi. Hal tersebut salah satunya dapat dilakukan investor dengan melihat kinerja suatu perusahaan yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam menentukan sekuritas apa yang harus dibeli dan dijual dan tentunya menghasilkan return yang tinggi. Laporan yang dihasilkan oleh perusahaan, seperti laporan keuangan maupun laporan tahunan juga merupakan suatu informasi yang diperlukan oleh pelaku pasar modal dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Raymond (2011) menyebutkan bahwa salah satu parameter yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja perusahaan oleh pemakai laporan keuangan adalah besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa dengan adanya penilaian kinerja manajemen, cenderung akan mendorong munculnya perilaku menyimpang dari pihak manajemen perusahaan, dimana salah satu bentuknya adalah manajemen laba. Manajemen laba merupakan campur tangan manajemen 1
dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan bagi eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri (Saputro dan Setiawati, 2004). Chief Executive Officer (CEO) mempunyai peran penting dalam suatu perusahaan. Di Indonesia yang dikatakan sebagai CEO adalah direktur utama atau pimpinan tertinggi dalam suatu manajemen perusahaan. CEO mempunyai tanggung jawab utama perihal pelaporan keuangan perusahaan. Semakin banyak prestasi baik yang dimiliki CEO, maka membuktikan semakin baik pula kinerja CEO tersebut (Setiawan, 2007). Penelitian mengenai manajemen laba yang dimotivasi oleh adanya penggantian Chief Executive Officer (CEO) sangat menarik untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh CEO sebagai orang yang dipercaya, baik untuk penyusunan strategi maupun pengambilan keputusan dalam rangka untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu memperoleh laba dengan maksimal. Dengan demikian, ia akan berusaha untuk memperlihatkan kinerja sebaik-baiknya agar posisinya tidak diganti. Hazarika et al. (2009) membuktikan bahwa CEO yang memiliki risiko kehilangan pekerjaan cenderung akan melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba perusahaan agar mereka dapat tetap mempertahankan posisinya. Haris (2004) dalam Putra (2011) menyatakan bahwa berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, sesungguhnya manajer sebagai manusia biasa adalah pribadi yang cenderung bertindak untuk mengutamakan kepentingan dirinya, karenanya CEO yang akan habis masa kontraknya akan cenderung menggunakan metode-metode akuntansi yang menaikkan laba (income increasing) untuk memaksimumkan bonus terakhir yang akan diterimanya. Bagaimanapun juga, 2
CEO yang berada dalam situasi ini adalah CEO yang berpendapat bahwa langkahlangkah bisnis yang nyata untuk memaksimumkan laba sudah tidak bisa lagi dilakukan, periode ini adalah periode akhir masa jabatannya di perusahaan, dan sepertinya hampir mustahil untuk melakukan perbaikan bisnis yang pesat hanya dalam satu tahun saja. Pihak manajemen melakukan hal tersebut mungkin didasari keinginan untuk memenuhi tujuan pribadi mereka sendiri dan/atau untuk memanfaatkan insentif tersebut terkait dengan penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan (Ball dan Shivakumar, 2005). Manajemen laba dilakukan dengan memanfaatkan celah dalam penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan sehingga manajer dapat mengatur laba dengan cara menaikkan, menurunkan, atau meratakan laba. Manajemen laba juga muncul sebagai dampak dari masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Konflik ini terjadi karena principal tidak dapat mengawasi aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa pihak manajemen sudah bertindak sesuai dengan keinginan principal. Hal ini menyebabkan pihak manajemen lebih banyak memiliki informasi mengenai lingkungan dan kondisi perusahaan sehingga seringkali terjadi asimetri informasi antara manajemen dan investor (Widyaningdyah: 2001). Manajemen laba merupakan suatu fenomena yang sampai saat ini masih diperdebatkan mengenai pemahaman etis dan tanggung jawab sosialnya. Alasannya, ada perbedaan pemahaman etis dan tanggung jawab sosial antara satu orang dengan orang lain dalam memahami suatu peristiwa tertentu. Alasan inilah 3
yang menjelaskan mengapa laporan keuangan disebut sebagai cermin perilaku etis dan tanggung jawab sosial pribadi orang yang menyusun informasi tersebut (Sulistyanto, 2008: 110). Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba mengungkapkan bahwa manajemen laba merupakan tindakan yang kontroversial di dalam dunia akuntansi dan bisnis. Permasalahan manajemen laba dimulai ketika membawa pengaruh negatif dan cenderung menyesatkan bagi pengguna informasi dalam pelaporan keuangannya. Hal tersebut mengurangi kepercayaan pihak-pihak yang berkepentingan seperti masyarakat terhadap kinerja suatu manajemen atau peusahaan (Dhinata dan Wirama, 2015). Ditambah dengan kenyataannya dengan adanya asimetri informasi yang memungkinkan pihak internal lebih mengetahui informasi lebih banyak daripada pihak eksternal sehingga mengakibatkan manajemen memiliki banyak kesempatan untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan manajemen atau mengarah pada tindakan yang ilegal. Menurut Fischer dan Rosenzweig (1995) menyatakan bahwa banyak manajer menganggap praktik manajemen laba sebagai tindakan wajar dan etis serta merupakan alat sah manajer dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendapatkan keuntungan atau return perusahaan. Serta pendapat dari Merchant dan Rockness (1994) berdasarkan studi yang dilakukan, manajemen laba yang banyak dilakukan selama ini dianggap perbuatan yang legal, dengan artian tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Adanya perbedaan pandangan mengenai manajemen laba antara praktisi dan akdemisi membuat manajemen laba hingga saat ini masih menarik untuk diperdebatkan. 4
Tindakan manajemen laba merupakan tindakan yang berada di daerah abuabu (grey area), yaitu antara aktivitas yang diijinkan oleh prinsip akuntansi dan aktivitas yang merupakan kecurangan. Kesempatan untuk melakukan manajemen laba tersebut timbul karena metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektivitas dalam menyusun estimasi (Worthy, 1984). Di sisi lain, adanya asimetri informasi menyebabkan manajemen perusahaan dapat melakukan manajemen terhadap laba perusahaan sesuai dengan keinginannya tanpa diketahui oleh pemakai laporan keuangan dari pihak eksternal. Pada tahun 1995, FJ Fabozzi menyatakan hipotesis reaksi yang berlebihan, yaitu ketika terdapat berita-berita tidak terduga yang menguntungkan saham suatu perusahaan, para investor akan memberikan reaksi terhadap berita tersebut. Reaksi tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan harga saham yang lebih besar daripada yang seharusnya diberikan informasi tersebut, sehingga akan diikuti koreksi berupa penurunan harga saham. Sebaliknya, reaksi yang berlebih terhadap berita-berita tidak diantisipasi yang mempunyai dampak merugikan ekonomi suatu perusahaan, akan memaksa harga saham turun terlalu jauh dan akan diikuti koreksi yang akan menaikkan harga saham. Reaksi yang berlebihan dari para investor tersebut akan menghasilkan suatu pengembalian abnormal (abnormal return), yang merupakan perbedaan antara pengembalian aktual dan pengembalian yang diharapkan dalam suatu investasi (Wahyuningsih, 2007). Laporan yang rentan terhadap praktik manajemen laba ini, nantinya menjadi acuan atau sumber informasi oleh para pelaku pasar modal dalam membuat 5
keputusan investasi. Investor melihat laba yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan mengetahui laba perusahaan yang nilainya meningkat atau menurun investor dapat meramalkan profitabilitas yang mungkin di dapatkan. Setiap informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan akan direspon oleh pasar apabila informasi tersebut mengandung suatu informasi. Respon ini dilihat melalui return atau abnormal return (Jogiyanto, 2010: 537). Para investor harus bereaksi secara cepat terhadap informasi baru untuk mendapat keuntungan dari berita-berita yang diinginkan atau untuk mengurangi kerugian akibat berita-berita yang tidak diinginkan. Penelitian Ball & Brown (1968) menyatakan bahwa harga saham akan cenderung naik jika laba sesuai harapan dan harga saham akan cenderung turun jika laba yang dilaporkan lebih kecil dari harapan. Praktek manajemen laba dapat menyebabkan pengungkapan informasi dalam laporan laba tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak memperoleh informasi keuangan yang akurat untuk dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Sehingga, laporan laba yang mengandung praktek manajemen laba dapat menyesatkan investor dalam mengestimasi return yang diharapkan (Wahyuningsih, 2007). Fenomena hubungan antara manajemen laba dan respon pasar semakin menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Kaitan antara manajemen laba dan respon pasar telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian Bangun dan Safei (2011) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara manajemen laba terhadap return saham dengan mempertimbangkan kualitas 6
auditor perusahaan. Hasil serupa juga ditemukan pada penelitian Assih (2000) cummulative abnormal return antara perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba (income smoothing) dengan yang tidak melakukan berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investor telah merespons secara mendetail informasi laba perusahaan. Akan tetapi pada penelitian Muid dan Catur (2005) menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara tindakan manajemen laba dengan reaksi pasar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil lainnya juga ditemukan pada penelitian Wahyuningsih (2007) yang menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan cummulative abnormal return antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan perusahaan yang tidak melakukan menajemen laba. Berdasarkan ketidakkonsistean hasil penelitian sebelumnya, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai manajemen laba serta respon pasar yang terjadi pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2010-2014 dengan mengkhususkan penelitian pada event terjadinya pergantian CEO. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah terjadi praktik manajemen laba pada akhir masa jabatan CEO? 2) Apakah terdapat perbedaan respon pasar atas manajemen laba di sekitar event pergantian CEO? 7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan yang ada, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1) Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai praktik manajemen laba yang terjadi pada akhir masa jabatan CEO. 2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai perbedaan respon pasar atas manajemen laba di sekitar event pergantian CEO. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap teori keagenan yang nantinya dapat digunakan sebagai suatu hasil studi empiris yang dapat memberikan suatu wawasan dan pemahaman yang lebih dalam mengenai praktik manajemen laba di sekitar event pergantian CEO serta pengaruhnya pada respon pasar pada perusahaan manufaktur di BEI. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya yang sejenis. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan bagi para pelaku pasar modal dalam tindakan pengambilan keputusan berinvestasi. 8
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis. Gambaran umum mengenai isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika dalam penulisan skripsi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan dan hasil penelitian sebelumnya yang diperlukan dalam menjawab masalah penelitian yang akan dibahas dalam skripsi. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum Bursa Efek Indonesia (BEI), hasil uji statistik deskriptif, hasil uji normalitas, hasil uji hipotesis, beserta pembahasannya. 9
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan simpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan disertakan pula saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 10