BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Setidak-tidaknya, apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan nilai test atau nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005). Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Lain halnya dengan Woordworth dalam sofyan (2010) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Winkel (1996:51) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan menurut Nana Sudjana Hasil Belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2009:20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar, hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, Oemar Hamalik, (2011:30). Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Senada dengan pendapat tersebut menurut Nana Sudjana (2012:2), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu 4
5 untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. 2.1.2 Pembelajaran IPA IPA mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikat sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prnsip-prinsip serta teori-teori. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dalam hal ini, pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ir. Ribkahwati, M.Si dkk berpendapat IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang pengungkapan manusia dan gejala alam, meliputi asal mula alam semesta dengan segala isinya termasuk proses, mekanisme,sifat benda maupun peristiwa yang terjadi. Ilmu ini terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, terutama tentang benda yang ada sekelilingnya. Karena kemampuan berpikir pada manusia yang menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini merupakan dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan alam. Pendapat diatas mirip dengan Permen No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
6 fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Lain halnya dengan Drs.Nono Sutarno, M.Pd berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bidang studi yang memberikan banyak kesempatan untuk mengungkapkan nilai-nilai, sebab IPA menyentuh banyak segi kehidupan kita. Berdasarkan beberapa definisi diatas disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu cara dalam mencari tahu tentang pola dari alam yang dapat dimengerti dan yang dapat diselidiki atau ditemukan secara alami. 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Roger, dkk 1992). Stahl (1994) mengemukakan, melalui model cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berfikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Selanjutnya Zaltman (dalam isjoni 1972:24) mengemukakan pula, siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual. Kerja sama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Harmin (dalam Santos,1983) dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yan baik. Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
7 Parker (1994) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.pendapat tersebut mirip dengan Artz dan Newman (1990) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil pembelajar atau siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Sementara itu, Davidson (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan manusia. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. 2.2.2 Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Model belajar mengajar Two Stay Two Stray ( Dua Tinggal Dua Tamu ) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Pembelajaran dengan model ini diawali dengan pembagian kelompok. Dalam model pembelajaran Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Dalam pembelajaran ini akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam diskusi kelompok, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Alasan lain menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Adapun kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut: 1). Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan 2). Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
8 3). Lebih berorientasi pada keaktifan 4). Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya 5). Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa 6). Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan 7). Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar Sedangkan kekurangan dari model Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut: 1). Membutuhkan waktu yang lama 2). Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok; 3). Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga); 4). Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Two Stay Two Stray adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan model Two Stay Two Stray membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan langkah-langkah model ini. Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut (Lie, 2002:60-61): 1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. 2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain. 3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
9 Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray, yaitu: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. 4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu. Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: Persiapan Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa. Presentasi Guru Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan Kelompok. Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
10 Formalisasi Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal. Evaluasi Kelompok Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eni Susiloningtiyas 2011. Tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa SD kelas 4, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Pada pembelajaran menggunakan model Two Stay Two Stray hasil belajar yang diperoleh lebih baik dibanding dengan pembelajaran tanpa menggunakan model Two Stay Two Stray yang meningkat dengan rata-rata nilai siswa 87.20. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti, Dwi Antasari. 2007. Tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Two Stay Two Stray berbantuan CD pembelajaran dan LKS pokok bahasan segi empat pada siswa SMP, menunjukkan hasil belajar dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (78,54) dengan nilai rata-rata lebih baik dari pada hasil belajar dengan metode STAD (66,52). Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model Two Stay Two Stray akan dapat meningkatkan prestasi belajar. Namun demikian perlu dibuktikan lagi pada penelitian tindakan kelas ini.
11 2.3 Kerangka Pikir Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Guru perlu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar mengajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut (Piaget, 1952 & 1960; Freire,1970). Penggunaan model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketepatan pemilihan dan penggunaan model pembelajaran akan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran. Untuk itu penggunaan model pembelajaran akan membantu siswa dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran dan membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Pada pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray diawali dengan pembagian kelompok. Dalam model pembelajaran Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Mengajukan permasalahan dan menyelesaikannya berdasarkan situasi yang diberikan kemudian dikerjakan secara bersama-sama, sehingga diharapkan kreativitas siswa dapat berkembang. Model pembelajaran Two Stay Two Stay juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa lebih aktif dalam kelas dan akhirnya diharapkan siswa dapat berpikir logis dan kritis dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis Tindakan pada penelitian ini adalah: Penggunaan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas 4 semester 2 SDN Sidorejo Lor 04 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013.