INDUSTRI LISTRIK PLTA KOTOPANJANG Vs PERMASALAHAN LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN CATHMENT AREA PLTA KOTO PANJANG KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

BAB II GAMBARAN UMUN LOKASI PENELITIAN. Koto Tuo lama di mulai pada tahun 1990 dan baru berbentuk

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

VISI HIJAU UNTUK SUMATRA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kampar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau,

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR EXTENDED ABSTRACT

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

S M U BE B R E D R A D Y A A Y A TA T N A A N H

KAJIAN SEDIMENTASI RENCANA BANGUNAN PENAHAN SEDIMEN SUNGAI KAPUR KECIL

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

Transkripsi:

INDUSTRI LISTRIK PLTA KOTOPANJANG Vs PERMASALAHAN LINGKUNGAN Aras Mulyadi *) Abstract: Power plant PLTA Koto Panjang that was built in 1997 is one of energy resources that has great benefit to Riau. For that reason, its sustainability should be retained. Lately, there were environmental problems that became direct threat to the power plant, such as degradation of catchment area, and erosion and sedimentation. Both of them are caused by intensive land conversion in the upper area. Key words: power plant, Koto Panjang, catchment degradation, environmental problems Pendahuluan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu sumber energi yang berasal dari alam. Di daerah Riau, pada tahun 1997 telah dibangun proyek PLTA Koto Panjang dengan membendung induk sungai Kampar. Tepatnya PLTA Koto Panjang terletak di desa Merangin, Kecamatan Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau; berjarak lebih kurang 0 km dari ibukota Kabupaten, Bangkinang atau 87 km dari ibukota Provinsi, Pekanbaru. Bendungan PLTA Koto Panjang memanfaatkan aliran Sungai Kampar Kanan dengan konstruksi dam beton tipe concrete gravity setinggi 58 meter, sehingga terbentuk waduk seluas 1 km dengan kapasitas tampung 1.55 juta m 3 dan kapasitas tampung aktif 1.00 m 3. Ketinggian muka air waduk maksimal 85 meter dari permukaan laut (dpl), muka air normal 83 meter dpl dan minimum 73 meter dpl. Besar kapasitas terpasang pembangkit listrik sebesar 11 MW atau setara dengan 5 GWh per tahun. Pembangunan proyek PLTA Koto Panjang tentu akan memberikan pengaruh lingkungan, terutama komponen sosial budaya dan ekonomi serta biofisik lingkungan. Tidak kurang dari 10 desa dengan jumlah penduduk lebih kurang.886 KK yang terkena rendaman proyek ini. Permukiman yang terkena genangan proyek ini telah dialihkan ke permukiman baru yang lokasinya sebagian besar terkonsentrasi tidak jauh dari waduk. Komponen biofisik yang dominan menerima dampak proyek PLTA Koto Panjang antara lain flora dan fauna serta perubahan ekosistem perairan dari perairan mengalir menjadi perairan tergenang. Selain memberikan dampak terhadap lingkungan, kelestarian waduk PLTA Koto Panjang juga dipengaruhi oleh permasalahan lingkungan yang ada di sekitarnya. Atas dasar itu, maka tulisan ini mengkaji keberadaan waduk PLTA Koto Panjang sebagai industri pembangkit listrik berkaitan dengan permasalahan lingkungan sekitar yang mengemuka saat ini. Bahan dan Metode Kajian difokuskan kepada isuisu lingkungan sekitar yang dipandang sebagai ancaman terhadap industri pembangkit listrik tenaga air Waduk PLTA Koto Panjang, seperti: degradasi daerah tangkapan air ( catchment area) oleh berbagai aktivitas masyarakat, serta laju erosi dan sedimentasi di waduk PLTA Koto Panjang. Degradasi daerah tangkapan air di lihat melalui analisis tutupan vegetasi Dosen Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan, Faperika Universitas Riau Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 003 65

interpretasi Citra Landsat TM Juni 00 dengan analisis GIS (Geografis Information System). Laju erosi dan sedimentasi dilakukan dengan pengukuran melalui penangkapan sedimen menggunakan sediment trap pada bulan Oktober dan Nopember 003 di (empat) titik sampling: Batang Mahat Lama, Koto Tuo, Gulamo, Dam Site. Sebagai pendukung bahasan sedimentasi, juga dilakukan penghitungan potensi erosi dengan metoda USLE. Selain itu, juga dikumpulkan data pendukung, seperti kondisi dan kegiatan masyarakat sekitar waduk PLTA Koto Panjang. Hasil dan Pembahasan o Kondisi daerah dan masyarakat sekitar Waduk PLTA Koto Panjang Secara administrasi, proporsi terbesar Waduk PLTA Koto Panjang berada dalam wilayah Kabupaten Kampar khususnya Kecamatan XIII Koto Kampar; dan sebagian berada di Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya Kecamatan Pangkalan Baru. Tidak kurang dari 10 (sepuluh) desa di Kabupaten Kampar yang berhubungan langsung dengan Waduk PLTA Koto Panjang, yaitu: Pulau Gadang, Koto Mesjid, Ranah Sungkai, Lubuk Agung, Batu Bersurat, Binamang, Pongkai Baru, Pongkai Istiqomah, Tanjung Alai, Muara Takus, Koto Tuo. Penduduk dari 10 (sepuluh) desa itu berjumlah lebih kurang 15.381 jiwa (Tabel 1). Penduduk wanita lebih besar dari pada lakilaki, masingmasing berjumlah 7.586 jiwa dan 7.795 jiwa. Sebagian besar dari mereka berusaha di bidang pertanian dan nelayan. Bidang pertanian yang diusahakan masyarakat antara lain usaha kehutanan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan peternakan. Selain itu juga berusaha dalam bidang dagang, tukang, pensiunan dan Pegawai Negeri Sipil (Tabel ). Tabel 1. Jumlah penduduk desa di sekitar Waduk PLTA Koto Panjang Jenis Kelamin Desa/Kelurahan Lakilaki wanita Jumlah 1. Batu Bersurat 1.370 1.5.8. Koto Tuo 1.97 1.303.600 3. Binamang 688 761 1.9. Pongkai Istiqomah 386 360 76 5. Muara Takus 60 93 953 6. Gunung Bungsu 606 551 1.157 7. Koto Mesjid 69 776 1.70 8. Pulau Gadang 701 710 1.11 9. Lubuk Agung 53 556 1.090 10. Tanjung Alai 850 833 1.683 Jumlah 7.586 7.795 15.381 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 003 66

Tabel. Penduduk sekitar Waduk PLTA Koto Panjang dan jenis mata pencahariannya Tahun 003. sa/kelurahan PNS/ABRI Pensiunan Dagang Petani Nelayan Tukang Dll 1. Batu Bersurat. Koto Tuo 3. Binamang. Pongkai Istiqomah 5. Muara Takus 6. Gunung Bungsu 7. Koto Mesjid 8. Pulau Gadang 9. Lubuk Agung 10. Tanjung Alai 17 75 9 5 9 17 1 39 5 19 Jumlah 36 5 315 1.581 1.9 117 83 Sumber: Kantor Kepala Desa/Kelurahan Tahun 003. 7 0 1 6 5 1 35 30 16 5 10 50 15 55 78 10 50 168 66 55 60 115 89 15 135 190 175 15 0 195 15 18 3 1 15 6 1 8 7 0 11 6 8 o Ancaman terhadap Waduk PLTA Koto Panjang 1). Kegiatan Kehutanan(Illegal Logging). Kegiatan kehutanan yang dominan diusahakan di sekitar Waduk PLTA Koto dalam bentuk pengambilan hasil kayu tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan menjadi ancaman tersendiri kepada keselamatan waduk di masa akan datang. Kegiatankegiatan dimaksud antara lain melakukan praktek penebangan tanpa tebang pilih (tebang habis) dan praktek penebangan liar ( illegal logging) terutama pada daerah resapan air dan kawasan konservasi. ). Kegiatan Pertanian dan Perkebunan tak berwawasan lingkungan. Usaha pertanian yang dominan diupayakan masyarakat sekitar waduk PLTA Koto Panjang adalah bertanam padi dan sayursayuran. Sedangkan usaha perkebunan lebih didominasi oleh komoditas gambir, karet, lada, jeruk dan buahbuahan. Usaha pertanian dan perkebunan telah berkembang di sekitar waduk PLTA Koto Panjang, kadang tanpa memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan. 3). Kegiatan Perikanan tak ramah lingkungan. Usaha perikanan di Waduk PLTA Koto Panjang mulai berkembang secara baik. Usaha perikanan ini dilakukan oleh masyarakat sekitar melalui perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap merupakan usaha perikanan yang dominan dilakukan masyarakat sekitar. Sebaliknya, perikanan budidaya dengan sistem keramba juga telah mulai berkembang. Hingga akhir tahun 003, jumlah keramba pemeliharaan ikan yang telah diusahakan masyarakat Kabupaten kampar di Waduk PLTA Koto Panjang berjumlah tidak kurang dari 99 unit. Usaha perikanan ini masih dilaksanakan tanpa arahan yang jelas. Sehingga jumlah dan lokasi penempatan keramba masih ditentukan atas keinginan masyarakat. ). Kegiatan Pertambangan Tanpa Izin. Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 003 67

o Kegiatan penambangan yang banyak dijumpai di sekitar kawasan Waduk PLTA Koto Panjang adalah usaha penambangan batu. Kegiatan penambangan skala kecil ini diupayakan secara tradisional dan tanpa izin. Sungguhpun demikian, kegiatan ini juga akan mengancam waduk dari aspek laju sedimentasi karena akan memicu laju erosi. Isu lingkungan Waduk PLTA Koto Panjang 1) Degradasi Daerah Tangkapan Air. Pada tahun 1985 luas hutan di daerah tangkapan di sekitar waduk PLTA Koto Panjang sebesar 3.331 km, yang terdiri dari.1 km (6 %) hutan lindung dan 1.189 km (3 %) hutan konversi (Tim SAPS JBIC, 00). Berdasarkan interpretasi citra landsattm tahun 00, dari luas daerah tangkapannya sebesar 3.118,370 km masih tersisa luas hutan sekitar sebesar 1.167,080 km (Gambar 1). Ini berarti bahwa dalam rentang waktu 18 tahun sudah terjadi pengurangan luasan hutan sebesar.163,90 km. Kawasan hutan yang ada di sekitar waduk PLTA Koto Panjang saat ini hanya tersisa sebesar 37 persen dari luas daerah tangkapan, dan sisanya sebesar 6 persen disusun oleh belukar dan alangalang, kebun campuran, tanaman budidaya dan lahan terbuka (Tabel 3). Kawasan hutan yang tersisa sudah merupakan hutan sekunder. Penurunan kualitas daerah tangkapan air di sekitar waduk PLTA Koto Panjang terutama disebabkan akibat berbagai kegiatan masyarakat di sekitar waduk seperti dijelaskan sebelumnya, terutama penebangan liar (illegal logging), serta konversi lahan untuk areal perkebunan dan pertanian. ) Erosi dan Sedimentasi. Hasil perhitungan potensi erosi di sekitar waduk PLTA Koto Panjang pada Desember 003 diperoleh angka 35,55 ton/ha/tahun dengan asumsi lahan tanpa ada tindakan konservasi seperti terrasering dan sebagainya, serta dengan morfologi yang ada sekitar genangan. Potensi erosi yang ada, dengan dukungan debit air yang masuk ke dalam waduk pada kedua inlet (Batang Mahat dan Sungai Kampar) masingmasing 101,55 dan 03,105 m3/detik telah memicu laju sedimentasi ratarata pada perairan waduk antara 68,7515 897,0005 ton/ha/tahun (Tabel ). Laju sedimentasi tertinggi dijumpai sekitar Dam Site dan terendah di Gulamo. Laju sedimentasi ini terutama terkait erat dengan kualitas lahan di bagian atasnya. No. Penggunaan Lahan Luas (km) Persentase (%) 1.. 3.. 5. Tabel 3. Kondisi penggunaan lahan di sekitar genangan waduk PLTA Koto Panjang, Desember 003. Belukar/alangalang Hutan Kebun campuran Lahan terbuka Tanaman budidaya 07,73 1.167,080 63,91 1,665 668,981 Jumlah 3.118,370 100 Sumber: Interpretasi Citra Landsat tahun 00 13 37 0 8 1 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 003 68

Tabel. Laju sedimentasi di perairan waduk PLTA Koto Panjang bulan Oktober dan Nopember 003 No. 1.. 3.. Lokasi sampling Batang Mahat Lama Koto Tuo Gulamo Dam Site Laju Sedimentasi (ton/ha/tahun) Oktober 003 Nopember 003 Ratarata 31,196,71 8,8335 18,581 195,68 306,95 5,60 83,03 68,7515 1.737,01 56,960 897,0005 Gambar 1. Peta tutupan lahan di sekitar genangan waduk PLTA Koto Panjang. Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 003 69

Kesimpulan dan Rekomendasi Telah terjadi degradasi kualitas daerah tangkapan air di sekitar Waduk PLTA Koto Panjang. Degradasi ini antara lain diakibatkan oleh berbagai kegiatan masyarakat sekitarnya yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, antara lain kegiatan kehutanan, pertanian dan perkebunan, perikanan dan pertambangan. Degradasi daerah tangkapan ini juga memicu laju erosi dan sedimentasi yang masuk ke dalam waduk. Jika kondisi ini berlanjut terus maka diperkirakan akan dapat memperpendek umur waduk, yang pada gilirannya akan mengganggu industri listrik di daerah Riau. Untuk meminimalisir laju degradasi daerah tangkapan, serta laju erosi dan sedimentasi setidaknya dapat ditempuh arah kebijakan berikut: Pertama, diperlukan pengembangan tata ruang terpadu, baik yang untuk mengatur pemanfaatan daerah perairan waduk terlebihlebih untuk pemanfaatan daerah daratan. Kedua, diperlukan pengelolaan terpadu dengan pelibatan masyarakat tempatan (Integrated Community Base Management), dan Ketiga, penerapan konsep satu manejemen pengelolaan lingkungan (one plan one mangement) dalam mengelola kawasan waduk PLTA Koto Panjang dan sekitarnya. Untuk itu dituntut penuh koordinasi antara lain pihak PT. PLN (Persero), Pemerintahan Provinsi Riau dan Sumbar, Pemerintahan Kabupaten Kampar dan Kabupaten 50 Kota. Keempat, diperlukan adanya ciptaan lapangan ekonomi bagi masyarakat sehingga pemanfaatan waduk PLTA Koto Panjang dan daerah bagian atasnya dapat dikendalikan. Ucapan Terima Kasih Terima kasih penulis ucapkan kepada PT. PLN (Persero) khususnya PT. PLN Sektor Pekanbaru yang telah membantu dalam pengumpulan data di areal kerja PLTA Koto Panjang. Juga kepada Pemda Kabupaten Kampar, serta staf peneliti di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau yang telah memberi masukan berarti bagi penyempurnaan data dan analisis kajian ini. Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 003 630

Daftar Pustaka Mulyadi A. 000. OTORITA WADUK PLTA KOTO PANJANG: Harapan dari Seminar Sehari Pengelolaan Waduk PLTA Kotopanjang. Harian Riau Pos. Mulyadi A. 003. Waduk PLTA Koto Panjang: Perlu Rencana Tata Ruang (1). Harian Riau Pos. Mulyadi A. 003. Waduk PLTA Koto Panjang: Prosfek Perikanan Berwawasan Lingkungan (). Harian Riau Pos. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan PT. PLN (Perseor). 001. Hasil Pemantauan RKL dan RPL PLTA Koto Panjang: Periode Maret, Juni, September, Desember 001. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan PT. PLN (Perseor). 00. Hasil Pemantauan RKL dan RPL PLTA Koto Panjang: Periode Maret, Juni, September, Desember 00. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan PT. PLN (Perseor). 003. Hasil Pemantauan RKL dan RPL PLTA Koto Panjang: Periode Maret, Juni, September, Desember 003. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau dan Bapedalda Kampar. 003. Model Pembinaan Masyarakat di Sekitar PLTA Koto Panjang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Laporan Buku. Halaman. SAPS Team for JBIC. 00. JBIC Special Assistance for Project Sustainability (SAPS) for Koto Panjang Hydroelectric Power and Associated Transmission Line Project in Repuclic of Indonesia. Interim Report II. November 00. Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 003 631