BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejalan dengan semakin berkembangnya industrialisasi yang selanjutnya juga turut


BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan akan memberikan dampak sosial dan lingkungan disekitar

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. baru pada saat ini tetapi telah ada sejak abad ke-19, yang dimulai dengan revolusi

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Peran bisnis di seluruh dunia telah berkembang selama beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

17 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. (shareholders) namun juga bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

pada perusahaan sektor pertambangan dan otomotif di Indonesia Disusun Oleh : Alif Puspo Ardianto F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya dengan mengejar profit saja, ini dibuktikan dengan adanya fenomenafenomena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang di sekeliling yang menggunakannya. Akan tetapi sekarang hutan. emas dan batubara (Akuntan Indonesia, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. direflesikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga dituntut agar dapat mengembangkan hubungan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kesejaterahan pemegang saham (maximization wealth of stakeholder). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena kian maraknya pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut harus memperhatikan 3P yaitu keuntungan (profit),

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan perusahaan dibutuhkan untuk memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan usaha yang bergerak langsung di bidang pemanfaatan. langsung memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebuah perusahaan didirikan memiliki orientasi memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. mengemukakan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tentang. dampak positif secara keseluruhan pada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan seringkali mengabaikan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan berpotensi menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, misalnya penggundulan hutan, polusi udara dan air serta perubahan iklim. Selain itu beberapa kasus yang akhir akhir ini menjadi sorotan masyarakat seperti banjir lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, pencemaran di teluk Buyat oleh PT. Newmont, pemberdayaan masyarakat suku di wilayah pertambangan Freeport Papua dan lain lain membuat masyarakat berpandangan negatif terhadap kegiatan operasional entitas bisnis. Pada era ini, tanggung jawab sosial semakin mendapat perhatian oleh kalangan dunia usaha. Selain itu masyarakat juga semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Perubahan tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadaran baru terhadap perusahaan tentang pentingnya melaksanakan pengungkapan tanggung jawab soisal perusahaan. Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan (triple bottom line) yang konsepnya

dikembangkan oleh Elkington ( Rachman, Zain dan Haj, 2011 ), yaitu memperhatikan 3P yang terdiri dari perusahaan selain mengejar profit juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat ( people ), dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan ( planet ). Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Gagasan pembangunan berkelanjutan digunakan untuk menentukan keberlanjutan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan stakeholder langsung dan stakeholder tidak langsung ( karyawan, nasabah, masyarakat dan lain lain ) tanpa mengorbankan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan masa depan ( Branco dan Rodrigues, 2006 ). Keberlanjutan perusahaan terkait dengan pendekatan triple bottom line yaitu kinerja perusahaan dikaitkan dengan ekonomi, dampak lingkungan dan sosial. Wang, Song dan Yao ( 2013 ) berpendapat bahwa hubungan antara perusahaan dan lingkungannya berperan dalam pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Selama beberapa dekade terakhir hal tersebut menjadi isu bisnis yang penting. Selain itu Corprate Social Responsibility ( CSR ) atau tanggung jawab sosial perusahaan terkait dengan isu isu kompleks seperti manajemen sumber daya manusia ( SDM ), kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, hubungan dengan masyarakat lokal dan hubungan dengan pemasok dan konsumen (Branco dan Rodrigues, 2006 ). Maloni dan Brown ( 2006 ) berpendapat bahwa ide dari CSR berpusat pada kegiatan perusahaan yang dilakukan secara luas, sosial dan akuntabel oleh

berbagai pemangku kepentingan seperti customer, karyawan, pemerintah, masyarakat, LSM, investor, regulator dan media. Selain itu Gray et al ( dalam Kamil dan Herusetya, 2012 ) mendefinisikan CSR sebagai proses memberikan informasi yang telah dirancang untuk tujuan akuntabilitas pada publik dan tanggung jawab sosial. Rachman, Zain dan Haj ( 2011 ) menekankan bahwa CSR umumnya dipahami sebagai cara perusahaan mencapai keseimbangan atau integrasi kepentingan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Program Corporate Social Responsibility ( CSR ) merupakan suatu cara agar perusahaan tak terkecuali untuk perusahaan yang dimiliki oleh negara atau biasa disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengelola usahanya tidak hanya untuk kepentingan para pemegang saham (shareholder) tetapi juga untuk pihak-pihak lain diluar perusahaan seperti pemerintah, lingkungan, Lembaga Swadaya Masyarakat, para pekerja dan komunitas lokal atau yang sering disebut sebagai pihak stakeholder. Friedman ( 1993) menegaskan bahwa tanggung jawab perusahaan adalah untuk masyarakat. Sehingga dalam rangka mewujudkan kondisi good corporate maka tidak saja menuntut terciptanya bisnis yang secara ekonomi membawa keuntungan yang besar, tetapi juga perlu disertai adanya perilaku bisnis berkualitas etis, yaitu dengan perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility- selanjutnya disingkat menjadi CSR) secara baik. Perkembangan CSR terkait semakin banyaknya masalah lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan harus menganggap CSR sebagai strategi jangka panjang yang menguntungkan, bukan sebagai

aktivitas yang merugikan ( Heinkel, Robert, Kraus dan Zechner, 2001 ). Selain itu, Chariri (2008) berpendapat bahwa pengungkapan CSR dapat digunakan sebagai alat manajerial untuk menghindari masalah sosial dan lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut, perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan sumber daya alam wajib mengungkapkan CSR, hal itu termuat dalam UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Utama, 2007). Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan membutuhkan suatu respon yang positif dari masyarakat yang diperoleh melalui apa yang dilakukan oleh perusahaan kepada para stakeholder, termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar ( Kamil dan Antonius, 2012 ). Gossling dan Voucht ( 2007 ) berpendapat bahwa CSR dapat dipandang sebagai kewajiban dunia bisnis untuk menjadi akuntabel terhadap seluruh stakeholder, bukan hanya terhadap salah satu stakeholder saja. Kesadaran stakeholder akan pentingnya pembangunan berkelanjutan yang dilakukan oleh perusahaan mendorong perusahaan untuk mengungkapkan praktik-praktik atau kegiatan CSR yang dilakukan. Jumlah perusahaan yang melaksanakan program CSR sejak tahun 2000 menunjukkan trend yang meningkat, tetapi jika dilihat dari jumlah totalnya saat ini masih sangat minim karena masih ada pengusaha yang mempunyai pemahaman bahwa CSR adalah beban yang harus ditanggung perusahaan kepada

lingkungan sekitar, yang meningkatkan biaya sehingga pebisnis membuat alasan untuk menaikkan harga jual, dan jika menaikkan harga jual maka dapat menurunkan daya saing produk, sehingga mengakibatkan keengganan perusahaan memasukkan kalkulasi biaya sosial dalam struktur biaya produksi (Indarti, 2012). Jadi CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal tetapi mengaharuskan perusahaan dalam pengambilan keputusannya harus sungguh sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder ) termasuk lingkungan hidup. Penelitian mengenai corporate social responsibility ( CSR ) telah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di negara lain, misalnya Rahman, Zain, dan Al - Haj ( 2011 ), Abdifatah ( 2013 ),Tjakrawala dan Pangesti ( 2011 ), Reverte ( 2009 ). Penelitian Rahman, Zain, dan Al- Haj ( 2011 ) meneliti tentang CSR yang terkait dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia dan untuk menentukan karakteristik perusahaan dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas dan leverage perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR sedangkan variabel lain tidak berpengaruh. Penelitian Abdifatah ( 2013 ) meneliti tentang pengungkapan CSR perusahaan yang dilakukan ketika negara Malaysia mengalami krisis keuangan dan perubahan peraturan. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah ukuran dewan, kepemilikan direktur, kepemilikan pemerintah dan ukuran perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan direktur,

kepemilikan pemerintah dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Penelitian Reverte ( 2009 ) meneliti tentang determinan pengungkapan rating CSR pada perusahaan yang terdaftar di Spanyol dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan, sensivitas industri, profitabilitas, struktur kepemilikan, international listing, leverage dan soroton media. Hasilnya bahwa variabel yang paling berpengaruh dalam penjelasan variasi yang dimiliki oleh perusahaan dalam rating CSR adalah sorotan media yang diikuti oleh ukuran perusahaan dan sensivitas industri. Penelitian Tjakrawala dan Pangesti ( 2011 ) meneliti tentang parameter determinan perusahaan yang melaksanakan pelaporan tanggung jawab sosial dengan menggunakan variabel karakteristik perusahaan yaitu profitabilitas, sensivitas industri, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan leverage. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel sensivitas industri berpengaruh signifikan terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Namun pada ketiga peraturan tersebut memang sampai pada saat ini belum mengatur secara detail mengenai CSR, misalnya tentang anggaran dana untuk CSR yang diwajibkan. Sejalan dengan perkembangan tersebut, Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Pasal 74 tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan menjelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Konsep CSR di Indonesia menjadi isu yang hangat sejak tahun 2001, karena banyak perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) sudah mulai menjalankan CSR sebagai sebuah program untuk memberdayakan masyarakat. Kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar atau relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, tetapi secara singkat dapat dipahami sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya bersama bagi organisasi dan komunitas ( Semuel dan Wijaya, 2008 ). Penelitian Chambers ( dalam Wibisono, 2008 ), diantara tujuh Negara ( India, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia ) yang diteliti dengan 50 perusahaan yang berada pada peringkat atas berdasarkan pendapatan operasional pada tahun 2002 menunjukkan Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rendah dalam melaksanakan CSR dan keterlibatan komunitasnya dibandingkan enam negara lainnya. Kajian dalam penelitian ini dilakukan di perusahaan BUMN, karena BUMN diwajibkan menyisihkan 1-2% dari laba setelah pajak untuk melaksanakan CSR. Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan ( PKBL ) yang pembiayaannya berasal dari penyisihan laba setelah pajak. Selain itu perusahaan BUMN lebih luas dalam mengungkapkan tanggung jawab social perusahaan ( CSR Disclosure ) karena

perusahaan BUMN sebagian besar sahamnya yaitu sebesar 51% dimiliki oleh pemerintah atau negara atau rakyat. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, BUMN diawasi langsung oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan reprersentasi dari rakyat. Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba untuk mengkaji lebih jauh mengenai determinan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan ( CSRD ) di BUMN. B. Rumusan Masalah Penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan hasil yang beragam. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah untuk perusahaan manufaktur yang listing di masing masing negara. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan yang dimiliki oleh negara atau biasa disebut dengan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel utama yaitu kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, kepemilikan asing dan komisaris independen. Dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol yang terdiri dari leverage perusahaan, profitabilitas, kualitas auditor dan umur perusahaan. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah faktor kepemilikan pemerintah, ukuran perusahaan, kepemilikan asing, dan komisaris independen merupakan determinan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di BUMN?.

Sesuai dengan perumusan masalah ini, maka dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah kepemilikan pemerintah merupakan determinan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN? 2. Apakah ukuran perusahaan merupakan determinan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN? 3. Apakah kepemilikan asing merupakan determinan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN? 4. Apakah komisaris independen merupakan determinan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Memberikan bukti empiris bahwa kepemilikan pemerintah merupakan determinan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN. 2. Memberikan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan merupakan determinan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN. 3. Memberikan bukti empiris bahwa kepemilikan asing merupakan determinan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN. 4. Memberikan bukti empiris bahwa komisaris independen merupakan determinan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak : 1. Bagi BUMN Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan sekaligus acuan dalam menentukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga dapat menetapkan standar yang lebih baik di masa yang akan datang. 2. Bagi regulator Dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan serta sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan untuk meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial perusahaan. 3. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bukti kajian literatur akademik dan tambahan bukti empiris yang berkaitan mengenai determinan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di BUMN.