Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

dokumen-dokumen yang mirip
Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob

RSNI3 2527:2012 SNI. Standar Nasional Indonesia. Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob

Cara uji kelarutan aspal

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

sasi Nasional Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA

Tata cara perbandingan hasil simulasi model aliran air tanah terhadap informasi lapangan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji daktilitas aspal

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH Rabu - Kamis, Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

BAB III HIDROGEOLOGI

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Cara uji sifat tahan lekang batu

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Cara uji geser langsung batu

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Tata cara pencatatan akuifer dengan metode logging geolistrik tahanan jenis short normal (SN) dan long normal (LN) dalam rangka eksplorasi air tanah

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Spesifikasi geometri teluk bus

Cara uji penetrasi aspal

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji berat jenis aspal keras

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole

Tata cara pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan menggunakan infiltrometer cincin ganda

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

sasi Nasional Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Bambu lamina penggunaan umum

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Metode uji CBR laboratorium

Semen portland komposit

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Analisis kadar abu contoh batubara

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH

Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Tuna dalam kemasan kaleng

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Air mineral alami SNI 6242:2015

Cara uji penyulingan aspal cair

Rambu evakuasi tsunami

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Bibit sapi perah holstein indonesia

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Air demineral SNI 6241:2015

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Kulit masohi SNI 7941:2013

Metode uji CBR laboratorium

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia SNI 8061:2015 Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Persyaratan... 2 5 Prinsip metode analisis Hantush-Bierschenk... 2 6 Cara uji... 3 7 Penentuan surutan, B, C dan persamaan surutan S w... 4 Lampiran A Gambar... 5 Lampiran B Tabel... 6 Lampiran C Grafik tahapan penentuan pada Metode Hantush-Bierschenk... 7 Lampiran D Contoh penentuan penurunan spesifik... 8 Bibliografi... 9 Gambar A.1 - Contoh sumur bor... 5 Gambar D.1 - Contoh penentuan Parameter B dan C dengan metode Hantush-Bierschenk... 8 Tabel B - Surutan sumur (m) (Contoh data uji surutan bertahap... 6 Tabel D.1 - Contoh penentuan penurunan spesifik dengan metode Hantush-Bierchenk... 8 BSN 2015 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk merupakan standar yang berasal dari hasil penelitian, yang dimaksudkan untuk menyediakan standar nasional dalam penentuan serahan optimum yang dihasilkan sumur uji atau sumur produksi. Standar ini disusun oleh Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada SubkomiteTeknis 91-01-S1 Sumber Daya Air melalui Gugus Kerja Hidrologi dan Tata Air. Standar ini telah melalui tahapan perumusan sebelumnya, dan telah melalui rapat konsensus pada tanggal 11 November 2013 yang melibatkan para narasumber, pakar dan instansi terkait serta telah melalui proses jajak pendapat tanggal 28 Agustus 2014 sampai dengan 27 Oktober 2014. BSN 2015 ii

Pendahuluan Standar ini menetapkan karakteristik kinerja sumur uji atau sumur produksi dalam rangka penentuan serahan optimum yang dihasilkan sumur tersebut melalui analisis data uji pemompaan surutan bertahap (step drawdown test) dengan menggunakan metode Hantush- Bierschenk, Uji surutan bertahap ini adalah uji pemompaan yang dilakukan terhadap sumur uji atau sumur produksi dengan melakukan pemompaan air dengan debit tetap dalam periode tertentu dan dilanjutkan dengan debit tetap yang lebih tinggi selang waktu tertentu berikutnya dan begitu seterusnya. BSN 2015 iii i

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan karakteristik kinerja sumur uji atau sumur produksi dalam rangka penentuan serahan optimum yang dihasilkan sumur tersebut melalui analisis data uji pemompaan surutan bertahap (step drawdown test). 2 Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan standar ini. SNI 03-3970-1995, Metode Pengukuran tinggi muka air tanah bebas di sumur SNI 19-6739-2002, Metode pengujian untuk penentuan kapasitas jenis dan penaksiran transmisivitas pada sumur uji SNI 19-6740-2002, Metode pengujian untuk penentuan transmisivitas akuifer tertekan dengan cara pemulihan Theis SNI 19-6741-2002, Metode pengujian untuk penentuan transmisivitas akuifer tertekan dengan cara uji kolom air SNI 19-6742-2002, Metode pengujian kolom air di lapangan untuk penentuan sifat-sifat hidraulik akuifer SNI 19-6743-2002, Metode pengujian sifat hidraulik akuifer dengan cara Theis SNI 19-6744-2002, Tata cara pemilihan metode uji sifat hidraulik akuifer dengan teknik sumur 3 Istilah dan definisi Istilah dan definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini. 3.1 uji surutan bertahap uji pemompaan yang dilakukan terhadap sumur uji atau sumur produksi dengan melakukan pemompaan air dengan debit tetap dalam selang periode tertentu dan dilanjutkan dengan debit tetap yang lebih tinggi dalam selang waktu tertentu berikutnya dan begitu seterusnya 3.2 kehilangan tinggi tekan akuifer kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh hambatan dari formasi akuifer terhadap aliran ke sumur BSN 2015 1 dari 9

3.3 kehilangan tinggi tekan sumur linear kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh hambatan terhadap aliran masuk ke sumur akibat lumpur sisa yang berada di zone penetrasi dan di dalam selubung kerikil serta di sekitar bukaan pipa penyaring 3.4 kehilangan tinggi tekan sumur nonlinear kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh turbulensi dan gesekan dalam pipa sumur 3.5 kehilangan tinggi tekan sumur total kehilangan tinggi tekan akuifer (surutan teoritis) ditambah kehilangan tinggi tekan sumur linear dan non linear, yang menghasilkan surutan total 4 Persyaratan 4.1 Penggunaan cara uji Cara uji dengan metode analisis Hantush-Bierschenk bisa diterapkan dengan pengambilan anggapan dan persyaratan berikut : a) akuifer dalam kondisi terkekang, tidak tertekang atau bebas; b) akuifer terbentang meluas tak berhingga; c) akuifer homogen, isotropik dengan ketebalan seragam seluas daerah yang dipengaruhi oleh uji pemompaan; d) sebelum pemompaan muka air dalam kedudukan mendatar seluas daerah yang dipengaruhi oleh uji pemompaan; e) akuifer dipompa secara bertahap dengan debit yang bertambah; f) aliran di dalam sumur dalam kondisi tak langgeng (unsteady state); g) kehilangan tinggi tekan non linear di dalam sumur cukup berarti dan bervariasi menurut pernyataan CQ 2. 4.2 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk cara uji harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) kertas grafik berskala linear; 2) kertas grafik berskala semilog. 5 Prinsip metode analisis Hantush-Bierschenk Beberapa metode analisis untuk tujuan yang sama dapat dipilih metode Hantush- Bierschenk, Eden-Hazel, Rorabaugh dan Sheahan. Dalam hal dipilih prosedur analisis metode Hantush-Bierschenk. Jacob (1947) pertama kali menggunakan rumus berikut untuk penerapan uji surutan bertahap : s w = B(r ew, t) Q + C Q 2... (1) B(r ew, t) = B l (rew, t) + B 2... (2) BSN 2015 2 dari 9

Keterangan : S w adalah surutan; B l (rew, t) adalah konstanta kehilangan tinggi tekan akuifer linear; B 2 adalah konstanta kehilangan tinggi tekan sumur linear; C adalah konstanta kehilangan tinggi tekan sumur nonlinear; r ew adalah adalah jari-jari efektif sumur; r w adalah adalah jari-jari sumur; t adalah waktu pemompaan. Dengan menggunakan prinsip superposisi, Hantush- Bierschenk (1964) menerapkan rumus berikut : n s w(n) = Q i B(r ew, t t i ) Q n + C Q n 2... (3) i=1 Jumlah dari pertambahan surutan diambil pada interval waktu yang tetap dihitung dari permulaan tiap tahap (t t i ) dapat diperoleh dari persamaan (03), yang berbentuk : n s w(i) = s w(n) = B(r ew, t) Q n + C Q n 2... (4) i=1 dan dapat ditulis kembali dan dipakai untuk metode analisis sebagai berikut : s w(n) / Q n = B(r ew, t) + C Q n... (5) Persamaan terakhir ini digunakan untuk menentukan konstanta B dan C, yang merupakan karakteristik kinerja sumur uji atau sumur produksi, dengan penjelasan sebagai berikut : s w(n) adalah surutan total dalam sumur selama n tahap pada waktu t; r ew adalah jari-jari efektif sumur; t adalah t t I ; t I adalah waktu pada saat tahap ke i dimulai; Q n adalah debit tetap selama tahap ke n; Q i adalah debit tetap selama tahap ke i yang mendahului tahap n; Q i adalah sama dengan Q i - Q i 1 ; s w(i) adalah pertambahan surutan antara tahap ke i dengan tahap yang mendahuluinya diambil pada waktu t i + t dari permulaan tahap ke i. 6 Cara uji Cara uji dilakukan menurut urutan langkah berikut ini : a) plot data surutan hasil pengamatan s w pada kertas semilog terhadap waktu t yang berkaitan pada skala logaritma; b) lakukan ekstrapolasi melalui titik-titik plot untuk tiap tahap sampai ke akhir tahap berikutnya; c) tentukan pertambahan surutan s w(i) sesuai SNI 03-3970-1995 untuk setiap tahap dengan mengambil selisih antara surutan pengamatan pada interval waktu tetap t yang diambil dari awal tiap tahap dengan surutan yang berkaitan pada lengkung ekstrapolasi dari tahap yang sebelumnya; d) tentukan nilai s w(n) yang berkaitan dengan debit Q n dari s w(n) = s w(1) + s w(2) + s w(1) + s w(3) +..+ s w(n) e) hitung rasio s w(n) / Q n untuk tiap tahap; f) plot pada kertas berskala linear s w(n) / Q n lawan Q n yang berkaitannya; g) buat garis lurus melaui titik-titik plot (jika tidak begitu lurus maka gunakan metode analisis yang lain yang telah disebutkan di atas); h) tentukan kemiringan garis lurus (s w(n) / Q n )/ Q n yang merupakan angka C; BSN 2015 3 dari 9

i) Perpanjang garis lurus sampai memotong sumbu Q = 0; j) Titik potong pada sumbu (s w(n) / Q n ) memberikan angka B. CATATAN 1 Angka-angka tergantung atas data ekstrapolasi dan oleh karenanya mengalami galat CATATAN 2 Jika suatu keadaan langgeng tercapai untuk tiap tahap, surutan menjadi tidak lagi fungsi waktu. Oleh karenanya surutan kondisi langgeng yang diamati dan debit tiap tahap dapat digunakan langsung pada plotting (s w(n) / Q n ) lawan Q n pada kertas skala linear 7 Penentuan surutan, B, C dan persamaan surutan S w Untuk memberikan ilustrasi metode uji surutan bertahap ini digunakan contoh data dari Clark (1977) untuk sumur bor harus diuji transmisifitas dan kapasitasnya sesuai SNI 6739 atau 6740 atau SNI 6741 dan SNI 6742 atau 6743 atau SNI 6744, yang menembus akuifer terkekang formasi batupasir seperti yang terlihat di dalam Tabel B pada Lampiran B. Lakukan langkah-langkah berikut ini : a) plot data surutan s w dalam meter pada skala linear lawan waktu dalam menit pada skala logaritma (lihat hasil pada Gambar C pada Lampiran C).; b) dari plot ini tentukan beda surutan untuk setiap tahap dan untuk selang waktu t = 100 menit.; c) tentukan angka surutan jenis s w(n) /Q n dari gambar C pada lampiran C (lihat hasilnya pada Tabel D Lampiran D); d) plot angka tersebut lawan Q n berkaitannya pada kertas skala linear yang menghasilkan garis lurus dengan kemiringan C sebesar 1,45 x 10-7 hari 2 /m 5 (lihat hasil pada Gambar D Lampiran D); e) titik temu garis lurus dengan sumbu Q n = 0 menghasilkan nilai B = (s w(n )/Q n = 3,26 x 10-3 hari/m 2 (lihat hasil pada Gambar D Lampiran D); f) akhirnya diperoleh persamaan surutan sebagai fungsi dari debit untuk sumur I tersebut, yaitu : s w = B Q + C Q 2 (untuk t = 100 menit) atau s w = ( 3,26 x 10-3 ) Q + (1,45 x 10-7 ) Q 2 (untuk t = 100 menit). BSN 2015 4 dari 9

zone yang terpengaruh lumpur pengeboran kerikil lubang bor S w S 1 Lampiran A (informatif) Gambar akuiklud Gambar A.1 - Contoh sumur bor S 1 S 2 ekstra (lumpur sisa dalam S 2 zone penetrasi) S 3 filter/ saringan r w muka air tanah semula sekat pipa penyaring (surutan teoritis) kehilangan tinggi tekan kehilangan tinggi tekan akibat aliran turbulen akuiklud kehilangan tinggi tekan akuifer kehilangan tinggi tekan sumur linear Komponen surutan S 3 kehilangan tinggi tekan non-linear komponen surutan BSN 2015 5 dari 9

Waktu sejak awal tahap (menit) Tahap 1 Q = 1306 (m 3 /hari) Lampiran B (informatif) Tabel Tabel B - Surutan sumur (m) (Contoh data uji surutan bertahap) Tahap 2 Q = 1693 (m 3 /hari) Tahap 3 Q = 2423 (m 3 /hari) Tahap 4 Q = 3261 (m 3 /hari) Tahap 5 Q = 4094 (m 3 /hari) Tahap 6 Q = 5019 (m 3 /hari) 1-5,458 8,170 10,881 15,318 20,036 2-5,529 8,240 11,797 15,494 20,248 3-5,564 8,346 11,902 15,598 20,389 4-5,599 8,451 12,008 15,740 20,529 5 1,303 5,634 8,486 12,078 15,846 20,600 6 2,289 5,669 8,557 12,149 15,881 20,660 7 3,117 5,669 8,557 12,149 15,952 20,741 8 3,345 5,705 8,592 12,184 16,022 20,811 9 3,486 5,740 8,672 12,219 16,022 20,882 10 3,521 5,740 8,672 12,325 16,093 20,917 12 3,592 5,810 8,663 12,360 16,198 20,952 14 3,627 5,810 8,698 12,395 16,268 21,022 16 3,733 5,824 8,733 12,430 16,304 21,128 18 3,768 5,845 8,839 12,430 16,374 21,163 20 3,836 5,810 8,874 12,501 16,409 21,198 25 3,873 5,824 8,874 12,508 16,586 21,304 30 4,014 5,824 8,979 12,606 16,621 21,375 35 3,803 5,881 8,979 12,712 16,691 21,480 40 4,043 5,591 8,994 12,747 16,726 21,551 45 4,261 5,591 9,050 12,783 16,776 21,619 50 4,261 6,092 9,050 12,818 16,797 21,656 55 4,190 6,092 9,120 12,853 16,902-60 4,120 6,176 9,120 12,853 16,938 21,663 70 4,120 6,162 9,155 12,888 16,973 21,691 80 4,226 6,176 9,191 12,923 17,079 21,762 90 4,226 6,169 9,191 12,994 17,079 21,832 100 4,226 6,169 9,226 12,994 17,114 21,903 120 4,402 6,176 9,261 13,099 17,219 22,008 150 4,402 6,374 9,367 13,205 17,325 22,184 180 4,683 6,514 9,578 13,240 17,395 22,325 BSN 2015 6 dari 9

Sw dalam meter 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Lampiran C (informatif) Grafik tahapan penentuan pada metode Hantush-Bierchenk t = 100 menit Sw 1-4,25 m Step 1 Sw 2-1,70 m Step 2 Sw 3-2,80 m Step 3 Sw 4-3,40 m Step 4 Gambar C1 - Contoh tahapan penentuan Sw (n) t dengan metode Hantush-Bierchenk Sw 4-3,65 m Step 5 Sw 4-4,20 m Step 6 30 10 0 2 4 6 8 10 1 2 4 6 8 10 2 2 4 6 8 10 3 2000 4000 t dalam menit t t t t t BSN 2015 7 dari 9

Lampiran D (informatif) Contoh penentuan penurunan spesifik Tabel D.1 - Contoh penentuan penurunan spesifik dengan metode Hantush- Bierchenk Tahap s w(n) (m) s w(n) (m) Q n 3 (m /hari) s w(n) /Q n 2 hari/m 1 4,25 4,25 1306 3,25 X 10-3 2 1,70 5,95 1693 3,51 X 10-3 3 2,80 8,75 2423 3,61 X 10-3 4 3,40 12,15 3261 3,73 X 10-3 5 3,65 15,80 4094 3,86 X 10-3 6 4,20 20,00 50,19 3,98 X 10-3 Gambar D.1 - Contoh penentuan Parameter B dan C dengan metode Hantush- Bierschenk BSN 2015 8 dari 9

Bibliografi Kruseman, G.P. and de Ridder, N.A. (1990) Analysis and evaluation of pumping test data. Publication 47, ILRI, Wageningen, the Netherlands. BSN 2015 9 dari 9