Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole ICS Badan Standardisasi Nasional

2 BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp Fax Diterbitkan di Jakarta

3 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Ketentuan dan persyaratan Peralatan Benda uji dan bahan penunjang uji Benda uji tanah terganggu Benda uji tanah tidak terganggu Bahan penunjang uji Pengujian Kalibrasi Petugas dan penanggung jawab hasil pengujian Persiapan benda uji tanah terganggu Persiapan benda uji tanah tidak terganggu Cara pengujian Prosedur pengujian Pengujian pada beda tinggi air 50 mm Pengujian pada beda tinggi air 180 mm Pengujian pada beda tinggi air 380 mm Pengujian pada beda tinggi air 1020 mm Penilaian hasil pengujian Pelaporan... 8 Lampiran A : Bagan alir cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole... 9 Lampiran B : Contoh formulir hasil uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole Lampiran C : Daftar tabel deviasi dan penjelasannya Bibliografi BSN 2011 i

4 Prakata SNI 3405:2011 Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole merupakan revisi dari SNI , Metode pengujian sifat dispersif tanah dengan alat Pinhole, yang mengacu pada ASTM D , Test method for identification and classification of disversive clay soils by the pinhole test, dengan beberapa perubahan pada judul, Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis S1 Bidang Sumber Daya Air. Tata cara penulisan berdasarkan kepada PSN 08:2007 dan dibahas melalui konsensus pada tanggal 12 Desember 2006 di Bandung yang dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah dan tenaga ahli. BSN 2011 ii

5 Pendahuluan Dalam desain bangunan air sering dilakukan analisis rembesan dan stabilitas dengan menggunakan parameter desain untuk menentukan tingkat keamanan yang tinggi dan kestabilan bangunan. Bangunan air atau tanggul sebaiknya tidak dibangun dengan tanah yang mengandung tanah dispersif yang bersifat khusus, karena tanah ini merupakan lempung berproblema. Tanah lempung dispersif mudah tererosi baik di permukaan maupun di dalam timbunan tanah walaupun mempunyai indeks plastisitas tinggi dan dapat dilewati oleh aliran air dengan kecepatan rendah. Identifikasi lapangan biasanya dapat terlihat berupa banyaknya rongga-rongga dan alur-alur yang dalam akibat erosi. Mengingat pentingnya identifikasi tingkat dispersif tanah lempung ini baik untuk fondasi maupun bahan timbunan struktur tanah (agar dapat dicarikan alternatif perbaikannya atau menghindari penggunaan bahan tersebut sebagai bahan urugan atau fondasi), maka perlu dilakukan revisi standar berjudul Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole. Standar ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole, baik untuk contoh tanah terganggu maupun contoh tanah tidak terganggu. Sifat dispersif ini digunakan untuk keperluan bahan bangunan dan analisis perhitungan rembesan suatu bangunan atau timbunan. BSN 2011 iii

6

7 1 Ruang lingkup Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole Standar ini menetapkan cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan alat pinhole, untuk mengetahui sifat dispersif tanah yang diuji. Sifat dispersif ini dapat diketahui dari kekeruhan air dengan melakukan pengujian berdasarkan beda tinggi air, besarnya debit aliran air, dan diameter lubang pinhole yang digunakan. Standar ini menguraikan prinsip-prinsip cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole, yang meliputi: sistem peralatan uji sifat dispersif dengan alat pinhole dan perlengkapan lainnya, benda uji dan bahan penunjang uji; persyaratan peralatan dan pengujian; cara pengujian; penilaian hasil pengujian; contoh uji dan pelaporan. Cara uji ini berlaku untuk contoh tanah terganggu dan contoh tanah tidak terganggu. 2 Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk menerapkan standar ini. SNI 1742, SNI 1743, SNI 1964, SNI 1965, SNI 1966, SNI 1967, SNI 3423, Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah Metode pengujian berat jenis tanah Metode pengujian kadar air tanah Metode pengujian batas plastis Metode pengujian batas cair dengan alat Casagrande Metode pengujian analisis ukuran butir dengan alat hidrometer 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut digunakan 3.1 beda tinggi tekanan air beda tinggi antara sumbu mendatar contoh tanah dan tinggi air pada tabung ukur 3.2 benda uji tanah benda uji yang diambil dari contoh tanah dengan tabung pengambil contoh 3.3 contoh tanah terganggu contoh tanah yang diambil langsung di lapangan tanpa menggunakan alat khusus, sehingga konsistensi dan kadar airnya berubah 3.4 contoh tanah tidak terganggu contoh tanah yang diambil dari lubang bor dengan tabung, sehingga konsistensi dan kadar airnya tidak mengalami perubahan BSN dari 16

8 3.5 kadar air optimum kadar air dengan berat isi keringnya mencapai maksimum 3.6 lempung dispersif lempung yang mudah atau cepat larut dalam air dengan konsentrasi garam rendah, tanpa mengalami gangguan mekanis. Lempung semacam ini biasanya mempunyai daya absorpsi tinggi terhadap air yang menggandung kation sodium. Pada umumnya lempung ini mempunyai sifat susut-kembang tinggi, ketahanan rendah terhadap erosi, dan kelulusan air rendah dalam kondisi utuh 3.7 tanah lempung atau lanau lempungan jenis tanah berbutir halus yang mempunyai gradasi 50% atau lebih yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm) menurut sistem klasifikasi USCS 3.8 uji pinhole suatu metode uji dengan mengalirkan air secara horizontal dengan beda tinggi tekanan air 50 mm, melewati tanah yang diberi lubang berdiameter 1,0 mm pada benda uji. Beda tinggi tekanan air 50 mm merupakan batasan untuk mengetahui apakah benda uji termasuk klasifikasi dispersif atau tidak 4 Ketentuan dan persyaratan 4.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam cara uji ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Saringan no.10 (2 mm); b) Tabung plastik / kaca dengan tebal minimum 3,5 mm dan diameter dalam 32,5 mm sampai dengan 50 mm; c) Tabung ukur dari kaca berdiameter dalam 3 mm; d) Selang plastik; e) Gelas ukur berkapasitas 50 ml sampai dengan 100 ml; f) Tangki air dari kaca berkapasitas 10 L sampai dengan 15 L; g) Stopwatch; h) Saringan kawat 3 lembar dengan lubang saringan berukuran 14 mm sampai dengan 25 mm; i) Kerikil berdiameter 6 mm sampai dengan 9 mm; j) Jarum logam dan kerucut logam atau plastik; k) Alat pemadat mini; Skema mengenai alat pinhole bisa dilihat pada Gambar 1. BSN dari 16

9 Air distilasi dari sumber yang dapat mengatur beda tinggi konstan H = beda tinggi air Selembar kawat saring Pipa/selang dengan ukuran Benda uji Lubang 1 mm Nippel berbentuk kerucut 4.2 Benda uji dan bahan penunjang uji Dua lembar kawat saring Tabung pleksiglas Gambar 1 - Skema alat pinhole Kerikil diamater 6 mm 9 mm Gelas ukur Benda uji dan bahan penunjang uji yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku Benda uji tanah terganggu Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk benda uji adalah sebagai berikut: a) Contoh tanah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah contoh tanah lolos saringan no. 10 (2 mm) sebanyak ± 1 kg untuk setiap ketinggian muka air. b) Dalam pengujian diperlukan 1 buah benda uji berukuran : diameter (Ø) = 32,5 mm dan panjang = 37,5 mm Benda uji tanah tidak terganggu Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk benda uji adalah sebagai berikut: a) Contoh tanah yang diperlukan dalam pengujian adalah sebanyak 1 (satu) tabung contoh tanah tidak terganggu. b) Untuk pengujian ini diperlukan 1 buah benda uji berukuran : diameter (Ø) = 32,5 mm dan panjang = 37,5 mm Bahan penunjang uji (air) Air sebagai bahan penunjang uji yang digunakan dalam sistem pengujian dengan alat pinhole ini harus bersih, bebas dari kotoran dan suspensi lumpur (disarankan untuk menggunakan air bebas udara atau air suling). BSN dari 16

10 4.3 Pengujian Kalibrasi Semua alat ukur harus dikalibrasi minimal 3 tahun sekali dan pada saat diperlukan, atau sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku Petugas dan penanggung jawab hasil uji Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memahami dan berpengalaman dalam pengujian dengan alat pinhole, dan diawasi oleh tenaga ahli geoteknik. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. a) Kemampuan petugas pengujian dan pengawas harus memiliki sertifikat kompetensi. b) Nama-nama penguji, pengawas dan penanggung jawab hasil uji harus tertulis dengan jelas, dan disertai paraf atau tanda tangan beserta tanggal yang jelas dalam laporan Persiapan benda uji tanah terganggu Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan benda uji adalah sebagai berikut: a) Benda uji mempunyai kadar air optimum yang mendekati kadar air yang ditentukan dalam pelaksanaan pemadatan (OMC ± 3%). b) Jika contoh tanah mengandung butiran tanah kasar lebih besar dari 2 mm, harus disaring dulu melalui ayakan no.100. c) Benda uji ditumbuk dan dipadatkan di dalam tabung/cetakan yang sesuai dengan ukuran benda uji dengan alat pinhole atau dipadatkan langsung pada tabung pinhole lapis demi lapis sampai 5 lapisan, sehingga berat isi tanah sama dengan 95%± 3% kepadatan tanah kering proctor dengan tebal 37,5 mm dan diameter (Ø) = 32,5 mm. d) Benda uji diberi nomor/label. Gambar 2 Grafik hasil pemadatan BSN dari 16

11 e) Cara pembuatan benda uji dilakukan sebagai berikut: 1) Gunakan grafik hasil uji pemadatan tanah yang akan digunakan untuk bahan bangunan (lihat Gambar 2). 2) Tarik garis horizontal pada nilai 95% γ d pada grafik hasil pemadatan yang sudah diketahui; garis ini akan memotong grafik di dua titik (w n1 dan wn2) dan digunakan w n2 dengan rumus perhitungan sebagai berikut: γ n γ d =... (1) wn dengan : γ : berat isi kering; γ d n w n : berat isi basah; : kadar air yang bersangkutan. 3) Dengan diketahuinya nilai 95% γ d dan w n pada rumus (1) di atas, maka γ n dapat diperoleh dengan rumus perhitungan : γ n = (1 + wn2 ) x 95% γ d. 4) Ukuran benda uji pinhole sudah ditentukan, sehingga berat benda uji = V x γ n, dengan: V adalah volume benda uji, (benda uji dapat dibuat sesuai dengan yang ditentukan). f) Pasang satu lembar saringan kawat pada bagian atas benda uji dan dua lembar kawat pada bagian bawah benda uji. g) Kerucut ditusukkan ke dalam benda uji dengan jalan ditekan dengan jari, lalu dibuat lubang dengan diameter (Ø) = 1 mm (dengan jarum). h) Ruang tabung yang kosong diisi dengan kerikil berdiameter (Ø) = 6 mm s.d 9 mm dan pasang penutupnya. i) Pasang alat pinhole horizontal dan aliri dengan air suling secara gravitasi. j) Setelah selesai pengamatan, catat, bongkar peralatan dan benda uji, serta ukur diameter lubang pinhole untuk dibandingkan dengan diameter pinhole semula Persiapan benda uji tanah tidak terganggu Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan benda uji adalah sebagai berikut : 1) Tusukkan cetakan benda uji ke dalam contoh tanah dalam tabung hingga seluruh cetakan masuk ke dalam contoh tanah. 2) Keluarkan contoh tanah dari dalam tabung. 3) Potong contoh tanah sepanjang cetakan benda uji. 4) Keluarkan benda uji dari cetakan. 5) Masukkan benda uji (sesuai keadaan aslinya) ke dalam alat pinhole, seperti pada tanah terganggu. BSN dari 16

12 5 Cara pengujian 5.1 Prosedur pengujian Prosedur pengujian untuk contoh tanah terganggu dan contoh tanah tidak terganggu adalah sama. Berikut ini diuraikan pelaksanaan pengujian dengan alat pinhole pada beda tinggi air berturut-turut sebesar 50 mm, 180 mm, 380 mm, dan 1020 mm Pengujian pada beda tinggi air 50 mm Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah sebagai berikut: a) Ukur jumlah air yang mengalir ke dalam gelas ukur dalam waktu tertentu. b) Amati warna air dari dua arah, yaitu dari samping dan dari atas gelas ukur. c) Jika tidak ada air yang ke luar, buka tutupnya dan tusuk sekali lagi atau tutup lubang pertama dan buat lubang kedua (walaupun hal ini jarang terjadi). d) Perbedaan antara tanah dispersif dan non dispersif diperoleh dari hasil pengujian dengan beda tinggi air 50 mm. e) Jika pengaliran air untuk beda tinggi ini terlihat keruh dan tidak menjadi lebih jernih setelah selang beberapa waktu, benda uji tergolong lempung dispersif. Petunjuk yang jelas terlihat pada waktu benda uji tergerus adalah keluarnya koloid (terbawanya butirbutir tanah). f) Pada umumnya lempung dispersif tergerus dengan cepat bila beda tinggi air kurang dari 50 mm dan disertai keluarnya air dalam kondisi keruh. g) Untuk tanah lempung dispersif, banyaknya air dapat mencapai maksimum dalam waktu 2 menit s.d 5 menit yaitu sekitar 1,0 ml/s s.d 1,4 ml/s. h) Untuk jenis tanah lempung dispersif, lubang akan membesar > 2 kali diameter jarum setelah pengaliran selama 5 menit jenis ini tergolong sangat dispersif (D1). i) Pada umumnya pengujian dilanjutkan sampai 10 menit. Jika warna air yang keluar menjadi jernih, pengujian dianggap selesai. Jika pengaliran pada beda tinggi air 50 mm, air yang keluar sedikit keruh dan debit aliran tidak melebihi 1,00 ml/s setelah 5 menit, lanjutkan pengujian sampai 10 menit. Setelah 10 menit, jika air masih keruh hentikan pengujian dan ukur lubang pinhole. Klasifikasi tanah adalah D2 jika debit aliran antara 1,0 ml/s s.d 1,4 ml/s dan ukuran lubang 1,5 kali diameter semula. j) Jika aliran air tetap dan air terus dalam kondisi keruh, hentikan pengujian. k) Bila setelah 10 menit jumlah air antara 0,8 ml/s s.d 1,0 ml/s dan diameter lubang kurang dari 1,5 kali diameter semula, jenis ini termasuk kemungkinan dispersif (ND4). l) Bila setelah 10 menit aliran air melampaui 1 ml/s dan diameter lubang melewati 1,5 kali diameter semula, jenis ini tergolong dispersif (D2). m) Bila pengujian dihentikan setelah 10 menit dan hasilnya adalah ND4 dan D2, pengujian perlu diulangi dengan benda uji baru untuk mengetahui sifat-sifatnya pada beda tinggi air 180 mm. n) Jika aliran pada beda tinggi air 50 mm dalam kondisi jernih atau hanya sedikit sekali keruh dilihat dari samping gelas ukur setelah 10 menit dan debit aliran sebesar 0,4 ml/s s.d 0,8 ml/s, naikkan tinggi air menjadi 180 mm. BSN dari 16

13 5.1.2 Pengujian pada beda tinggi air 180 mm Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah sebagai berikut. a) Jika pada beda tinggi ini air keruh dan pengujian dihentikan, tanah tersebut tergolong kemungkinan dispersif (ND3), debit aliran yang keluar, biasanya sebesar 1,4 ml/s s.d 2,7 ml/s dan diameter lubang menjadi sama atau lebih besar dari 1,5 sampai 2 kali diameter semula. b) Jika aliran yang keluar jernih atau hanya sedikit keruh dilihat dari samping gelas ukur setelah 5 menit dan debit aliran antara 0,4 ml/s s.d 1,4 ml/s, naikkan beda tinggi air menjadi 380 mm dan lanjutkan pengujian Pengujian pada beda tinggi air 380 mm Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah sebagai berikut. a) Jika aliran bertambah keruh atau debit aliran bertambah menjadi 1,8 ml/s s.d 3,2 ml/s, hentikan pengujian, dan tanah tergolong kemungkinan dispersif (ND3). b) Jika air yang keluar tetap jernih dilihat dari atas gelas ukur setelah 5 menit dan debit aliran menjadi 1,0 ml/s s.d 1,8 ml/s, naikkan beda tinggi air menjadi 1020 mm Pengujian pada beda tinggi air 1020 mm Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah sebagai berikut. a) Bila setelah 5 menit aliran di bawah beda tinggi 1020 mm sedikit keruh dilihat dari atas gelas ukur atau debit aliran melebihi 3,0 ml/s, tanah termasuk klasifikasi non dispersif (ND2). b) Bila debit aliran sebesar 3,0 ml/s dan ukuran lubang pada saat selesai pengujian kurang dari lubang semula, tanah tergolong non dispersif (ND1). 5.2 Penilaian hasil pengujian Penilaian hasil-hasil pengujian pinhole diperlihatkan dalam Tabel 1 di bawah ini. Klasifikasi dispersif Tabel 1 Kriteria untuk evaluasi hasil pengujian pinhole Beda tinggi air (head), (mm) Waktu pengujian (menit) D ,0-1,4 D ,0-1,4 ND ,8-1,0 ND ,4-2, ,8-3,2 Debit aliran Keadaan air akhir pengujian yang keluar (ml/s) Dari samping Dari atas keruh (dark) keruh sedang (moderately dark) agak keruh (slightly dark) hampir tidak keruh (barely visible) ND > 3,0 jernih (clean) ND > 3,0 jernih sekali (perfectly clean) sangat keruh (very dark) keruh (dark) keruh sedang (moderately dark) agak keruh (slightly dark) hampir tidak keruh (barely visible) jernih sekali (perfectly clean) Ukuran lubang sesudah pengujian (d) (mm) 2,0 > 1,5 1,5 1,5 < 1,5 1,0 BSN dari 16

14 6 Pelaporan Hasil uji pinhole dilaporkan dalam bentuk formulir seperti yang diperlihatkan pada Lampiran B, yang memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Nama proyek, lokasi, tanggal pengambilan contoh dan tanggal pengujian. 2) Nama pengujian. 3) Jenis contoh tanah (terganggu atau tidak terganggu). 4) Jenis pemadatan untuk contoh terganggu. 5) Data lain yang dipergunakan. 6) Nama-nama penguji, pengawas, dan penanggung jawab hasil uji beserta tanda tangannya. BSN dari 16

15 Mulai Uji Pinhole 1. Uji pada H = 50 mm Apakah kelihatan jernih sampai hampir tidak keruh? Lanjutkan uji sampai 2-5 menit Apakah air menjadi jernih? Lampiran A (normatif) Bagan alir cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole Tidak Apakah q = (1,0-1,4) ml/s? Ya Tidak Hentikan pengujian, bongkar peralatan dan ukur diameter lubang Klasifikasi tingkat dispersif : a) Jika d 2,0 mm termasuk kelas D1 b) Jika d > 1,5 mm termasuk D2 c) Jika d 1,5 mm termasuk ND4 Klasifikasi tingkat dispersif : Termasuk kelas ND2 Hentikan uji, bongkar dan ukur d Ya Tidak Apakah air agak keruh atau q > 3 ml/s? Ya Ya Lanjutkan uji sampai 10 menit Tidak Tidak Tidak 2. Uji pada H = 180 mm Uji selama (2-5) menit Apakah air menjadi jernih? Klasifikasi tingkat dispersif : BSN dari 16 Jika d =1 mm termasuk kelas ND1 Ya Apakah q < 1,4 ml/s? Ya 3. Uji pada H = 380 mm Uji selama (2-5) menit Apakah air jernih setelah 5 menit? Apakah q < 1,8 ml/s? Ya 4. Uji pada H =1020 mm Uji selama (2-5) menit Apakah air jernih? Tidak Tidak Ya Tidak Apakah q =(1,4-2,7) ml/s? Ya Hentikan pengujian, bongkar peralatan dan ukur diameter lubang d. Klasifikasi tingkat dispersif : d 1,5 mm, termasuk kelas ND3 Tidak Apakah air agak keruh atau q= (1,8-3,2) mm/s? Ya Hentikan pengujian, bongkar peralatan dan ukur diameter lubang Klasifikasi tingkat dispersif : d 1,5 mm termasuk kelas ND3 Tidak Apakah q > 3 ml/s? Ya Hentikan uji, bongkar dan ukur d

16 Lampiran B (normatif) Contoh formulir hasil uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole Tabel B.1 Contoh formulir uji untuk tanah dispersif/non dispersif* UJI PINHOLE Tanggal : No Contoh : Lokasi/Proyek : No Uji : Diskripsi Tanah : Diameter awal mm) : Jenis Benda Uji : Setelah uji d (mm) : Curing : Kadar air awal : Kadar air setelah uji : Jam Beda Tinggi Air H (mm) *Pilih yang sesuai Vol. (ml) Kecepatan Pengaliran Waktu (sekon) Debit q (ml/s) Sangat keruh Keruh Warna Dari Samping Keruh sedang Sedikit keruh Jernih Jernih dari atas Keterangan BSN dari 16

17 Tabel B.2 Contoh uji untuk tanah dispersif (informatif) UJI PINHOLE Tanggal : 18/10/2006 No Contoh : PB001 Lokasi/Proyek : Contoh uji tanah lempung No Uji : 001 Diskripsi Tanah : Lempung lanauan Diameter awal mm) : 1 Jenis Benda Uji : Dipadatkan Setelah uji d (mm) : 2,5 3,0 Curing : 24 jam Kadar air awal, % : 25 Kadar air setelah uji, % : 27 Jam Beda Tinggi Air H (mm) Vol. (ml) Kecepatan Pengaliran Waktu (sekon) Debit q (ml/s) Sangat keruh Keruh Warna Dari Samping Keruh sedang Sedikit keruh Jernih Jernih dari atas Keterangan 14: ,40 V ,00 V Beberapa butiran ,25 V ,30 V ,30 V 14: ,30 V Banyak butiran ,30 V Selesai uji Pelaksana Engkom Suhara Klasifikasi D1 Bandung, 18 Oktober 2006 Penanggung jawab Sucipto, BE BSN dari 16

18 SNI 3405:2011 BSN dari 16

19 Tabel B.3 Contoh uji untuk tanah non dispersif (informatif) UJI PINHOLE Tanggal : 18/10/2006 No Contoh : PB002 Lokasi/Proyek : Contoh uji tanah lempung dispersif No Uji : 002 Diskripsi Tanah : Lempung lanauan coklat Diameter awal mm) : 1 Jenis Benda Uji : Dipadatkan Setelah uji d (mm) : 1,20 Curing : 24 jam Kadar air awal, % : 35 Kadar air setelah : 37 uji, % Jam Beda Tinggi Air H (mm) Vol. (ml) Kecepatan Pengaliran Waktu (sekon) Debit q (ml/s) Sangat keruh Keruh Warna dari Samping Keruh sedang Sedikit keruh 10: ,35 v v ,35 v v ,42 v v 10: ,40 v v 10: ,90 v v 10: ,90 v v 10: ,00 v v 10: ,00 v v 10: ,66 v v 10: ,66 v v 10: ,80 v v Jernih Jernih dari atas Keterangan 10: ,80 v v 10: ,10 v v 10: ,20 v v 10: ,20 v v 10: ,30 v v 10: ,30 v v Stop uji Klasifikasi ND2 Pelaksana Engkom Suhara Bandung, 18 Oktober 2006 Penanggung jawab Sucipto, BE BSN dari 16

20 SNI 3405:2011 BSN dari 16

21 Lampiran C (informatif) Daftar tabel deviasi dan penjelasannya No. Materi Sebelum Revisi 1. Judul Metode pengujian sifat dispersif tanah dengan alat pinhole Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole 2. Format - Format sesuai PSN 8 Tahun Acuan normatif Ada Tetap 4. Istilah dan definisi Sudah ada Telah diperbaiki menurut alphabet. 5. Penjelasan rumus dan gambar Penjelasan cara kerja peralatan, bagan alir cara uji, dan contoh uji. Sudah ada Telah dilengkapi penjelasan rumus dan gambar, serta cara kerja peralatan secara skematis. 6. Contoh Formulir Belum lengkap Telah ditambah dan dilengkapi contoh uji/ perhitungan (Lampiran C). 7. Bagan alir Tidak ada Penambahan bagan alir BSN dari 16

22 Bibliografi ASTM D 4647, Identification and classification of dispersive clay soils by the pinhole test. Departemen Pekerjaan Umum, 2005, Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air, Vol.1: Penyusunan program penyelidikan, metode pengeboran dan deskripsi log bor (Pd.T A), Vol.2: Pengujian lapangan dan laboratorium (Pd.T A), dan Vol.3: Interpretasi hasil uji dan penyusunan laporan penyelidikan geoteknik (Pd.T A), Kep.Men. Pekerjaan Umum No: 498/KPTS/M/2005, Jakarta, tgl. 22 Nov Head, K,H (1981), Manual of Soil Laboratory Testing, Vol, II dan Vol, III, Pentech Press, London, Plymouth, ISBN Sherard, J.L., dkk., Pinhole test for identifying dispersive soils, Journal of the Geotechnical Engineering Div., ASCE, Vol. 102, GT-1, 1976, pp Sherard, J.L., dkk., Identifiction and nature of dispersive soils, Journal of the Geotechnical Engineering Div., ASCE, Vol. 102, GT-4, 1976, pp BSN dari 16

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji kelulusan air benda uji tanah di laboratorium dengan tekanan tetap ICS 17.220.20; 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda Badan Standardisasi Nasional Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda ICS 93.020; 13.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

UJI DISPERSIVITAS BAHAN TIMBUNAN BENDUNGAN WAY LINGGO. Lilies Widojoko

UJI DISPERSIVITAS BAHAN TIMBUNAN BENDUNGAN WAY LINGGO. Lilies Widojoko UJI DISPERSIVITAS BAHAN TIMBUNAN BENDUNGAN WAY LINGGO Lilies Widojoko Dosen Program Studi Teknik Sipil,Universitas Bandar Lampung Email: labtekniksipil_lw@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah SNI 4144 : 2012 Badan Standardisasi Nasional Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase Badan Standardisasi Nasional SNI 3420:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar Standar Nasional Indonesia Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir Standar Nasional Indonesia Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir ICS 75.140; 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Cara uji abrasi beton di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji abrasi beton di laboratorium ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium Standar Nasional Indonesia SNI 8072:2016 Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium ICS 91.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pengujian dilakukan untuk mengkaji perilaku sistem fondasi dengan pelat fleksiglass yang didukung oleh kolom-kolom SiCC pada tanah ekspansif di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh panjang mini kolom dalam membantu daya dukung tanah terhadap deformasi pelat dan beban di atas tanah ekspansif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian ini, variabel utama yang akan dibahas adalah indeks pemampatan (Cc) dan indeks pengembangan (Cs) serta perilaku tanah disekitar kolom SiCC

Lebih terperinci

Analisis kadar abu contoh batubara

Analisis kadar abu contoh batubara Standar Nasional Indonesia Analisis kadar abu contoh batubara ICS 19.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis tanah

Cara uji berat jenis tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii 1 Ruang lingkup.. 1 2 Acuan normatif. 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap Badan Standardisasi Nasional SNI 8071:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium

Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium SNI 2815:2009 Standar Nasional Indonesia Cara uji tekan triaksial pada batu di laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan Standar Nasional Indonesia Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah

Lebih terperinci

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi isi isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Ketentuan...2 4.1 Peralatan...2 5 Benda uji...3 6 Metode pengerjaan...4 7 Perhitungan dan

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan SNI 7537.3:2011 Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian metode elektrokinetik untuk tanah lempung ekspansif, variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh besaran voltase terhadap pengembangan

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Mengumpulkan literatur dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan sample tanah : Tanah dari Kecamatan Pamotan Jawa Tengah Kapur,

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk Standar Nasional Indonesia SNI 8061:2015 Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km. BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi : 1. Pengambilan

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai Bagan Alir Penelitian : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Pengambilan sampel tanah dan abu vulkanik Persiapan bahan : 1. Tanah 2. Abu vulkanik Pengujian kadar material abu vulkanik Pengujian sifat dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji bliding dari beton segar

Cara uji bliding dari beton segar Standar Nasional Indonesia Cara uji bliding dari beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan

Lebih terperinci

Metode uji basah dan uji kering campuran tanah-semen dipadatkan

Metode uji basah dan uji kering campuran tanah-semen dipadatkan RSNI SNI XXXX:20XX 6427:2012 Standar Nasional Indonesia Metode uji basah dan uji kering campuran tanah-semen dipadatkan ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian ini, variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh kedalaman elektroda terhadap pengembangan tanah lempung ekspansif. Variasi kedalaman

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tahapan Penelitian Untuk memudahkan dalam proses penelitian, diperlukan rencana dalam menyusun langkah-langkah penelitian, seperti yang ditampilkan dalam bagan alir pada Gambar

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

Cara uji penentuan batas susut tanah

Cara uji penentuan batas susut tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan batas susut tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... Iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium

Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1. Ruang

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram alir penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Mengumpulkan literature dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan contoh tanah : Tanah lempung dari ruas jalan Berau Kalimantan

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2836:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2836:2008 Daftar

Lebih terperinci

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kulit masohi SNI 7941:2013 Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). Sampel tanah diambil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanah ekspansif tanpa campuran bahan gypsum atau arang, serta tanah ekspansif yang telah diberi campuran bahan gypsum atau

Lebih terperinci

Cara uji potensi penyumbatan sistem tanah-geotekstil dengan menggunakan rasio gradien

Cara uji potensi penyumbatan sistem tanah-geotekstil dengan menggunakan rasio gradien Standar Nasional Indonesia Cara uji potensi penyumbatan sistem tanah-geotekstil dengan menggunakan rasio gradien ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer). 27 III. METODE PENELITIAN A. BAHAN BAHAN PENETILIAN 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan. 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011 Standar Nasional Indonesia ICS 13.060.50 Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung III. METODE PENELITIAN A. Sampe Tanah Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Belimbing Sari, Lampung Timur, dengan titik kordinat 105 o 30 o 10.74 o U

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci