BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Sedangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. benda asing eksternal seperti debu dan benda asing internal seperti dahak.

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu. ketika anak terserang penyakit (Widodo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

PENGELOLAAN OBAT DAN PENYULUHAN OBAT KEPADA MASYARAKAT. Lecture EMI KUSUMAWATI., S.FARM., APT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN DOKTER-APOTEKER APOTEKER-PASIENPASIEN SERTA UU KEFARMASIAN TENTANG OBAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CARA BIJAK MEMILIH OBAT BATUK

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN WARGA DALAM MEMILIH OBAT BEBAS UTUK PENGONATAN SENDIRI MELALUI PEMBERIAN INFORMASI LISAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang hampir seluruh orang pernah

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan suatu penyakit. Obat dapat berguna untuk menyembuhkan jenis-jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini, semakin berkembangnya perekonomian telah memunculkan

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini menganalisis tentang gap atau kesenjangan dari kebijakan

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN PADA PEMAKAIAN AMOXICILLIN TABLET 500 MG DI APOTEK NAZHAN FARMA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT KEPALA PADA KONSUMEN YANG DATANG DI ENAM APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

Tujuan Instruksional:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kusumawati (2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Sedangkan pengetahuan atau kognitif seseorang merupakan hal dominan yang sangat penting untuk membentuk tindakan yang akan dilakukan seseorang (Notoatmojo, 2003). Orang tua, khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan kepada anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan kesehatan yang baik pula kepada anaknya. Sebaliknya kesehatan orang tua, khususnya kesehatan ibu yang rendah pula kepada anaknya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik kepada keturunan mereka (Notoatmojo, 2007). Menurut Robert (1994) leaflet termasuk literatur informasi yang dapat digunakan untuk menambah pemahaman pasien, pengetahuan dan kepatuhan pada regimen pengobatan. Pada penelitian yang dilakukan Winterton, penggunaan informasi leaflet dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang prosedur operasi dan komplikasi potensi penyakit yang muncul (Winterton dkk., 2010). Pemberian leaflet juga diketahui dapat meningkatkan pengetahuan gizi pada karyawan PT Tropica Nucifera Industry (Wicaksono, 2010). Di Desa Pesucen belum tersedia apotek dan jumlah tenaga medis yang sangat minimal, serta cukup jauhnya sumber informasi tentang kesehatan, terutama tentang obat yang dapat diperoleh masyarakat setempat. Menurut Mubarokah (2008) semakin jauh jarak

dengan sumber informasi, maka semakin sulit memperoleh informasi, sehingga seseorang cenderung mencari sendiri informasi dari sumber lain yang belum pasti kebenarannya. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa cukup besarnya jumlah penduduk dan luas wilayah yang tidak diimbangi dengan tenaga medis, serta cukup jauhnya sumber informasi, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan pengetahuan tentang obat sebelum dan sesudah penyuluhan dengan leaflet pada ibu-ibu anggota PKK di Desa Pesucen, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu PKK tentang informasi obat. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimanakah perbedaan pengetahuan tentang obat sebelum dan sesudah pemberian pennyuluhan dengan leaflet pada ibu-ibu PKK di Desa Pesucen, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan tentang obat sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan dengan leaflet pada ibu-ibu PKK di Desa Pesucen, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. D. Tinjauan Pustaka 1. Obat Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau

farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim, 2008). Menurut WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau psikis. Sedangkan menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS) ialah bahan atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi dan kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan rasa sakit, gejala sakit, dan / atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi (Priyanto dan Batubara, 2008). a. Penggolongan Obat Penggolongan obat berdasarkan keamanan (Permenkes No. 725a/1989) 1). Obat Bebas K a b c d Gambar 1. Logo - Logo Obat. a. Obat Bebas ; b. Obat Bebas Terbatas ; c. Obat Keras, Obat Psikotropika ; d. Narkotika. Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (gambar 1). Contoh : multivitamin (Umar, 2005). 2). Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam ( gambar 1 ). Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat, karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu, obat ini aman dipergunakan untuk pengobatan

sendiri. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam ( gambar 2 ). Gambar 2. Tanda Peringatan Pada Obat Bebas Terbatas 3). Obat Keras Obat keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Ciri-cirinya adalah bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam, dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi ( gambar 1 ). Obat ini hanya boleh dijual di apotek dan harus dengan resep dokter pada saat membelinya (Anonim, 2008). Contohnya antibiotik (amoksilin, klorampenikol), asam mefenamat, obat hipertensi (hidroklortiazid, kaptopril). 4). Psikotropika Psikotropika atau dulu lebih dikenal dengan nama obat keras tertentu, sebenarnya termasuk golongan obat keras (gambar 1), tetapi bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis (Priyanto dan Batubara, 2008). Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika dibagi menjadi : a) Golongan I, contohnya brolamfetamina dan etriptamina. b) Golongan II, contohnya metamfetamina dan fenetilina.

c) Golongan III, contohnya amobarbital dan pentobarbital. d) Golongan IV, contohnya diazepam dan lorazepam (Anonim, 1997) 5). Narkotika Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan adiksi (ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Dalam kemasannya narkotika ditandai dengan lingkaran berwarna merah dengan dasar putih yang didalamnya ada gambar palang medali berwarna merah (gambar 1) (Priyanto dan Batubara, 2008). Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : a) Golongan I, contohnya kokain dan tanaman ganja. b) Golongan II, contohnya difenoksilat dan morfin. c) Golongan III, contohnya dekstropropoksifena dan kodein (Anonim, 2009). b. Waktu penggunaan obat Untuk mencapai efek terapeutik yang optimal (di samping menghilangkan, atau sekurang-kurangnya mengurangi efek samping obat yang dapat mengganggu) harus ditetapkan pula waktu yang tepat sesuatu obat digunakan (Joenes, 2001). Sehingga perlu adanya pengetahuan waktu penggunaan obat secara benar. 1) Sebelum makan adalah dalam kondisi perut kosong, yaitu kira-kira satu jam setelah makan atau dua jam setelah makan. Contoh obat yang diminum sebelum makan adalah parasetamol, kaptopril. 2) Sesudah makan adalah dalam kondisi perut terisi. Contoh obat yang diminum sesudah makan adalah asetosal, asam mefenamat. 3) Sedang atau waktu makan adalah bersama makanan atau ditengah-tengah saat makan. Contoh obat yang diminum bersama makanan adalah ibuprofen, griseofulvin, spironolakton, akarbose.

4) Malam atau sebelum tidur adalah obat diminum menjelang tidur malam. Contohnya simvastatin, phenolphthalein (pencahar dengan aksi lambat). 5) Pagi hari adalah obat diminum pada pagi hari. Contoh obat yang diminum pada pagi hari adalah magnesii sulfat (pencahar dengan aksi cepat), furosemid, hidroklortiazid (Joenoes, 2001). Aturan pakai obat : berapa kali atau berapa jumlah obat diminum atau digunakan dalam sehari. Contoh : 1) Sehari : 3 x 1 tablet, artinya 1 tablet diminum setiap 8 jam. 2) Sehari : 3 x 2 tablet, artinya 2 tablet diminum setiap 8 jam. 3) Sehari : 1 x 1 tablet, artinya 1 tablet diminum setiap 24 jam. c. Cara penyimpanan obat Sifat bahan obat dapat terurai menjadi zat lain atau bentuk lain karena adanya pengaruh cahaya, kelembaban, temperatur (suhu udara), bahan wadah (pembungkus) sehingga tidak lagi memenuhi syarat baku yang ditetapkan oleh Pharmakope Indonesia. Obat yang tidak lagi memenuhi syarat baku (rusak) akan berbahaya apabila digunakan, karena khasiat atau fungsi obat sudah tidak sesuai dengan efek terapi yang diharapkan (Umar, 2005). Cara penyimpanan obat sebaiknya sebagai berikut : 1) Menjauhkan obat dari jangkauan anak-anak. 2) Menyimpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah yang tertutup rapat. 3) Menyimpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari secara langsung. 4) Menyimpan kapsul atau tablet ditempat kering, tidak ditempat panas atau tidak ditempat lembab karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak. 5) Menyimpan obat sesuai dengan etiket atau kemasan obat. Misalnya: insulin disimpan dalam lemari pendingin (2 0 8 0 C). 6) Menghindarkan agar obat dalam bentuk cair menjadi beku.

7) Menyimpan obat pada suhu kamar dan menyimpan obat sebelum waktu kadaluarsa (Anonim, 2007). d. Efek obat Obat merupakan bahan dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat memberikan efek atau khasiat, yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Anonim, 2007). Beberapa efek obat adalah sebagai berikut : 1) Analgesik adalah suatu zat yang mempunyai daya menghilangkan rasa nyeri. Contohnya parasetamol, ibuprofen. 2) Antipiretik adalah suatu zat yang mempunyai daya menurunkan demam. Contohnya parasetamol, ibuprofen. 3) Dekongestan adalah suatu zat yang bekerja menghilangkan sembab di selaput lendir hidung. Contohnya fenilefrin, fenilpropanolamin, pseudoefedrin. 4) Antihipertensi adalah suatu zat yang dapat menurunkan tekanan darah. Contohnya hidroklortiazid, kaptopril, propanolol. 5) Ekspektoran adalah suatu zat yang dapat mengencerkan dahak. Contohnya gliseril guaikolat, bromheksin. 6) Antitusif adalah suatu zat yang dapat menekan batuk. Contohnya dekstrometorfan, noskapin. 7) Antasida adalah suatu zat yang dapat menetralkan asam lambung yang berlebih dan melindungi selaput lendir lambung. Contohnya persenyawaan Al dan Mg, persenyawaan karbonat dan Na bikarbonat. 8) Antihistamin adalah obat yang bekerja melawan kerja histamin atau antialergi. Contohnya klorfeniramin maleat, difenhidramin, tripolidin (Widodo, 2009). e. Ciri-ciri obat yang segera dimusnahkan

Ciri-ciri obat yang segera dimusnahkan adalah obat yang telah lewat tanggal kadaluwarsanya, karena khasiatnya akan berkurang ; label atau etiket pada obat sudah tidak terbaca lagi ; warna dan penampakan obat sudah berubah, misalnya obat dalam bentuk cairan jernih sudah berubah menjadi cairan keruh (Tambayong, 2001). f. Cara pemusnahan obat 1) Membuang obat ditempat yang berbeda dengan tempat pembuangan sampah. 2) Sebelum membuang, obat dibuka dari kemasannya dan isinya dihancurkan. 3) Membuang sediaan cair yang mengandung antibiotik di saluran air biasa atau di selokan. 4) Memusnahkan obat yang rusak, dilarang atau telah kadaluarsa dengan cara dibakar atau ditanam (Anief, 2000). Informasi obat adalah suatu bantuan bagi dokter dalam pengambilan keputusan tentang pilihan terapi obat yang paling tepat bagi seorang penderita tertentu. Penderita memerlukan informasi tentang obat mereka, mencakup cara penggunaan, penyimpanan, efek samping serta cara menangani efek samping, dan cara memantau efek obat (Siregar dan Amalia, 2003). Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menuggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan leaflet. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima (Anonim, 2004). Karakteristik yang paling istimewa dari pelayanan informasi obat adalah evaluasi pustaka obat sebelum menjawab pertanyaan atau sebelum memberikan konsultasi. Informasi obat dapat dikomunikasikan melalui telepon, langsung ke orang dan dalam tulisan. Jelas

bahwa keterampilan komunikasi lisan dan tertulis adalah penting dalam penyebaran informasi obat (Siregar dan Amalia, 2003). 2. Leaflet Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan menurut Martinus (2001) leaflet adalah berita selebaran atau kertas selebaran. Leaflet termasuk dalam media penyuluhan. Menurut Effendi dan Makhfudli (2009) leaflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet yang digunakan tidak harus bagus, tetapi yang terpenting masyarakat mengerti (Mubarok dan Chayatin, 2009). a. Kegunaan dan keunggulan leaflet sebagai berikut : 1) Klien dapat menyesuaikan dan belajar sendiri. 2) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai. 3) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman. 4) Dapat memberikan detail (misalnya statistik) yang tidak mungkin disampaikan lisan. 5) Klien dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit secara bersama-sama (Ewles dan Simnet, 1994). 6) Dapat disimpan lama, bila lupa dapat dibuka kembali. 7) Dapat dipakai sebagai bahan rujukan dan bila perlu dapat dicetak ulang. 8) Isi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi resmi. 9) Dapat dipakai sebagai bahan diskusi untuk kesempatan berbeda. 10) Jangkauan jauh dan dapat membantu jangkauan media lain (Effendi, 1995). b. Keterbatasan leaflet sebagai berikut : 1) Leaflet professional sangat mahal dan materi komersial berisi iklan.

2) Materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang. 3) Leaflet tidak tahan lama dan mudah hilang. 4) Uji coba dengan sasaran sangat dianjurkan. 5) Dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan klien dalam membaca dan menggunakan materi (Ewles dan Simnett, 1994). 6) Bila cetakannya kurang menarik orang segan menerimanya. 7) Tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat membaca. 8) Kebanyakan orang enggan membacanya, apabila hurufnya terlalu kecil dan susunannya kurang menarik (Effendi, 1995). Menurut Notoatmojo (2005) leaflet termasuk salah satu media cetak yang mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan media cetak yaitu tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit masa keindahan, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahan media cetak, yaitu media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak dan mudah terlipat. Kemampuan penyampaian pesan leaflet dan pamphlet lebih banyak berisi pesan. Sedangkan poster lebih sedikit mengandung pesan tetapi lebih bersifat pemberitahuan dan propaganda (Notoatmodjo, 2007). Pemberian lembar informasi obat sebaiknya disertai dengan konseling secara lisan. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien lebih menyukai gabungan informasi tertulis dan lisan, namun hal ini merupakan keputusan masingmasing orang (Rantucci, 2009). 3. Pengetahuan Pengetahuan adalah sesuatu yang digunakan manusia untuk memahami dunia, yang dapat diubah-ubah berdasarkan informasi yang diterima (Ati, 2006). Sedangkan menurut

Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yakni : a. Tahu ( know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami ( comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi ( application ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). d. Analisis ( analysis ) Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis ( synthesis ) Sintesis diartikan sebagai penunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi ( evaluation )

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widodo pada tahun 2003, nilai pengetahuan seseorang meningkat jika nilai postest lebih besar dibanding nilai pretest. Hal ini ditunjukkan dengan selisih yang cukup besar antara nilai pretest dan postest. Hasil test yang bagus soal test akan dijawab tepat lebih dari 30% - 80% (Kehoe, 1995). Pengetahuan baik, bila responden mampu menjawab dengan benar >75% dan pengetahuan kurang, bila responden mampu menjawab dengan benar < 75% (Alimul, 2003). E. Landasan Teori Menurut Robert (1994) leaflet termasuk literatur informasi yang dapat digunakan untuk menambah pemahaman pasien, pengetahuan dan kepatuhan pada regimen pengobatan. Pada penelitian yang dilakukan Winterton, penggunaan informasi leaflet dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang prosedur operasi dan komplikasi potensinya (Winterton dkk., 2010). Pemberian leaflet juga diketahui dapat meningkatkan pengetahuan gizi pada karyawan PT Tropica Nucifera Industry (Wicaksono, 2010). F. Hipotesis Pemberian penyuluhan (leaflet) obat kepada ibu-ibu anggota PKK dapat meningkatkan pengetahuan tentang obat.