BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Jensen dan Meckling (1976), yang menjelaskan hubungan keagenan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dalam teori keagenan (Agency Theory). Teori keagenan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah definisi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Audit Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus atau tidaknya suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digambarkan sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih Shareholders

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Jasa audit atas laporan keuangan atau lebih tepat disebut

Abstrak. Kata Kunci: audit tenure, audit fee, rotasi auditor, spesialisasi auditor, umur publikasi perusahaan, kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan Keuangan merupakan sarana bagi investor untuk menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. 1. Ni Wayan Rustiarini dan Ni Wayan Sugiarti (2013)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Agency Theory). Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan

BAB I PENDAHULUAN. dari pengaruh. Mulyadi (2002) dalam Febriyanti dan Mertha (2014) pendapatnya dengan pertimbangan yang objektif.

ABSTRAK. Kata Kunci : kualitas audit, auditor switching, ukuran perusahaan, spesialisasi industri KAP, client importance.

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan era globalisasi di Indonesia saat ini, banyak perusahaan

2016 PENGARUH TENUR AUDIT, ROTASI AUDIT DAN REPUTASI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan merupakan versi game theory yang memodelkan proses kontrak antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling bertanggung jawab terhadap masalah ini. Independensi auditor

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang baik akan menjadi informasi dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. (Bapepam). Namun semakin banyaknya Kantor Akuntan Publik ini juga. menimbulkan sebuah pilihan yang dilematis, karena Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi, sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelola perusahaan go public sebagai manajemen yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kondisi keuangan dari suatu perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan faktor-faktor mengenai perusahaan dan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan dalam mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan dari pemberian wewenang tersebut.pemilik (shareholders) tidak lagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. raksasa di Amerika Serikat pada tahun 2001 yaitu kasus Enron Corporation

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan aktivitas perusahaan yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. manipulasi laporan keuangan. (Gultom dan Fitriani, 2013) Coorporation pada tahun Selanjutnya disusul oleh perusahaan besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham yang berisi tentang informasi akuntansi yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan pada

BAB I PENDAHULUAN. selama satu tahun, dan dapat menjelaskan masa depan perusahaan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976), yang menjelaskan hubungan keagenan didefenisikan sebagai sebuah kontrak antara prinsipal (principal) dan agen (agent). Hubungan keagenan terjadi apabila pemilik usaha (principal) mendelegasikan wewenangnya kepada pihak manajer (agent) dan kemakmuran pemilik dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh manajemen. Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen kadang kala menimbulkan masalah, dalam artian bahwa kepentingan antara pemilik dan manajemen berbeda. Dalam hal lain, pemilik tidak dapat secara sempurna dan mudah untuk memonitor segala tindakan ataupun keputusan dari manajemen dan juga pemilik tidak dapat memiliki informasi yang dimiliki agen secara keseluruhan. Masalah yang muncul ini menyebabkan adanya agency problem yang merupakan kemungkinan perilaku oportunistik atas manajemen yang berkerja untuk memberikan kemakmuran kepada pemilik. Hal ini dikarenakan antara prinsipal dan agen memiliki kesempatan yang besar untuk memaksimalkan kepentingan mereka masing-masing. 10

Anthony dan Govindarajan (2009) juga memiliki pendapat yang sama dengan Jensen dan Meckling mengenai teori agensi. Mereka berasumsi antara individu satu dengan lainnya, bertindak karena terdapat motivasi untuk mencapai kepentingan masing-masing sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak manajemen (agent) menginginkan kompensasi yang tinggi atas pekerjaannya, berupa gaji, tunjangan, bonus, ataupun insentif lainnya yang diharapkan dari pemilik usaha (principal) sehingga memacu manajemen dalam meningkatkan kinerjanya. Sedangkan pemilik usaha (principal) mengharapkan adanya pengembalian yang menguntungkan atas modal yang telah dikeluarkan dalam menjalankan perusahaannya. Jensen dan Meckling (1976) memunculkan biaya keagenan (agency cost) guna untuk mengatasi konflik keagenan. Agency cost terjadi untuk melindungin kepentingan pemilik dan untuk mengurangi kemungkinan bahwa agen berprilaku menyimpang. Agency cost dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (1) monitoring costs, yang merupakan biaya yang dikeluarkan pemilik usaha (principal) untuk memonitor perilaku dan kinerja dari manajemen (agent); (2) bonding costs, merupakan pembatasan yang diberikan kepada manajemen (agent), berupa hukuman yang diberikan kepada manajemen karena menyimpang dari kepentingan pemilik ataupun biaya yang diberikan kepada manajemen karena tercapainya kepentingan pemilik; (3) residual loss, merupakan kerugian yang muncul karena adanya perbedaan keputusan antara principal dan agent yang mengakibatkan 11

adanya pengorbanan yang berupa berkurangnnya kemakmuran dari pemilik usaha (principal). Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen ini, maka muncullah kebutuhan akan adanya pihak ketiga yang independen. Seorang auditor ditunjuk untuk menjadi pihak ketiga dengan tujuan memeriksa dan memberikan jaminan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen dan hasilnya akan diserahkan kepada pemilik usaha. Audit atas laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pengawasan kepada manajemen oleh pemilik usaha, hasil audit inipun berguna untuk meminimalkan kesenjangan informasi antara pemilik usaha (principal) dengan manajemen (agent). Adanya auditor sebagai pihak ketiga antara prinsipal dan agen, diharapkan agar hasil audit yang diberikan juga berkualitas dan dapat dipercaya, karena hasil audit inilah yang nantinya akan diandalkan sebagai informasi bagi pemilik usaha maupun manajemen dalam mengambil keputusannya masing-masing. 2.1.2. Independensi Auditor Menurut Mulyadi (2009 : 26) menjelaskan bahwa independensi berarti sikap mental bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Sesuai dengan Standar Umum kedua SA seksi 220 menyatakan dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor. Pernyataan dari standar umum 12

kedua ini mengharuskan auditor agar dapat mempertahankan sikap independen, yang berarti bahwa seorang auditor tidak boleh mudah untuk dipengaruhi dalam menjalankan tugasnya. Seorang auditor tidak dibenarkan untuk memihak terhadap pihak manapun, agar auditor tersebut dapat mempertahankan kebebasan pendapatnya. Penunjukan auditor pada sebuah perusahaan, sering dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, atau komite audit, hal ini guna untuk menekankan independensi auditor dari menejemen. Indepensi auditor merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi, agar seorang auditor mampu menghasilkan laopran audit yang handal dan berkualitas bagi pihak yang memerlukan hasil audit tersebut. 2.1.3. Kualitas Audit Menurut Hartadi (2012) kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar-benar harus dipertahankan oleh akuntan publik profesional. Independensi merupakan komponen yang harus dipertahankan, karena dengan adanya sikap yang independen pada seorang akuntan publik, maka dia akan lebih mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan manajemen ataupun kepentingan auditor itu sendiri dalam pembuatan laporan audit. Al-Thuneibat et al (2011) menyatakan tujuan dasar proses audit adalah untuk mempertinggi kualitas proses pelaporan keuangan melalui penyediaan audit dengan perbaikan kualitas. Hal ini menegaskan bahwa dalam sebuah audit laporan keuangan, kualitas audit sangat diutamakan. 13

Agar dapat menghasilkan audit laporan keuangan yang berkualitas, seorang auditor harus memiliki sikap independen yang berarti mengutamakan kepentingan publik, tanpa berpihak pada pihak manapun. Menurut De Angelo (1981) kualitas audit adalah kemungkinan/probabilitas auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.pengungkapan dan pelaporan pelanggaran adalah sikap yang membutikan bahwa auditor itu independen dan dengan adanya sikap yg independen ini, kita menyimpulkan bahwa auditor tersebut mampu melakukan audit laporan keuangan yang memiliki kualitas. Selain sikap independen ini, seorang auditor juga harus mampu melaksanakan tugasnya dengan berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang releven untuk tercapainya hasil audit yang baik dan berkualitas. Sebuah hasil audit laporan keuangan yang berkualitas akan menambah nilai dari sebuah perusahaan, hasil audit ini akan dijadikan tolak ukur bagi para investor dalam melakukan investasi dan juga menjadi alat dalam mengambil keputusan bagi pihak manajemen. 2.1.4. Spesialisasi Auditor Siregaret al. (2011) menjelaskan bahwa seorang auditor yang memiliki spesialisasi dan keahlian spesifik pada industri akan cenderung mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kesalahan atau ketidaknormalan, dibandingkan dengan auditor yang tidak mempunyai keahlian spesifik 14

tersebut. Seorang auditor dalam melakukan audit laporan keuangan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya jika memiliki keahlian spesifik. Demi meningkatkan kualitas hasil audit laporan keuangan, akuntan publik harus bisa melakukan spesialisasi auditor pada saat mengaudit. Kusharyanti (2003) menjelaskan bahwa seorang auditor berfungsi sebagai pihak yang mampu memastikan integritas atas angka-angka akuntansi yang terdapat didalam laporan keuangan.akuntan sebagai pihak yang memberikan kepastian harus memiliki pengetahuan yang tidak hanya berkaitan dengan pengauditan dan akuntansi saja, melainkan seorang auditor juga harus memiliki pengetahuan mengenai jenis industri klien. Pada saat seorang auditor mengaudit perusahan perbankan, walaupun prinsip yang digunakan sama dengan mengaudit perushaan manufaktur, namun ada perbedaan dalam hal sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan peraturan pajak yang berlaku. Karena adanya perbedaan inilah seorang auditor diharuskan memiliki pengetahuan mengenai karakteristik insudtri tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas dari hasil audit laporan keuangan. Menurut Fitriany (2012) kantor akuntan publik yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai internal kontrol perusahaan, resiko bisnis perusahaan, dan juga risiko audit pada industri tersebut. Auditor yang memiliki spesialisasi dalam industri tentunya memiliki pemahaman yang lebih memadai dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki 15

spesialisasi, dan tentunya hasil audit laporan yang dihasilkan juga pasti berbeda. Auditor yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu akan lebih memungkinkan untuk mendeteksi adanya kesalahan, kekeliruan maupun penyimpangan dalam melakukan audit, dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki spesialisasi. 2.1.5. Ukuran Perusahaan Klien Pada umumya ukuran perusahaan biasanya diukur dengan total aset, pendapatan, penjualan, atau jumlah karyawan dari perusahaan klien. Perusahaan yang besar pasti memiliki aktivitas operasional dan pendapatan yang tinggi. Karena aktivitas operasional yang tinggi inilah maka perusahaan besar tentunya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih memadai dibandingkan dengan perusahanan yang lebih kecil dan memiliki aktivitas operasional yang tidak terlalu tinggi. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menjelaskan bahwa perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Nugrahani (2013) membagi ukuran perusahaan menjadi tiga bagian yaitu perusahaan besar (large firms); perusahaan menengah (medium firms); dan perusahaan kecil (small firms). Total asset perusahaan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. 16

Bagi perusahaan besar peningkatan kualitas audit sangat bermanfaat positif untuk membuktikan kepada para investor bahwa pengendalian internal dari perusahaan tersebut terbukti bagus. Pada perusahaan kecil peningkatan kualitas audit akan lebih memberikan manfaat positif kepada para investor, karena hasil audit atas laporan keuangan tersebut membuktikan bahwa sistem pengendalian internal dari perusahaan kecil tersebut juga tidak kalah dengan perusahaan besar, dan ini berdampak pada peningkatan kepercayaan para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.perusahaan kecil membutuhkan auditor yang memiliki sikap independensi dalam mengaudit laporan keuangan mereka. Semakin besar suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula minat perusahaan tersebut dalam memilih auditor yang memegang teguh sikap independensi, agar laporan keuangan yang diaudit memiliki peningkatan kualitas audit. 2.1.6. Auditor Switching Menurut Giri (2010) yang menjelaskanbahwa dengan adanya kasus Enron yang melibatkan kantor akuntan publik (KAP) internasional Arthur Anderson (AA) maka di Indonesia dilakukan peraturan tindakan pergantian auditor secara wajib. Penerapan ketentuan tentang adanya rotasi mandatory ini dengan tujuan supaya dapat meningkatkan independensi auditor baik secara tampilan maupun secara fakta. Rotasi mandatory ini diharapkan dapat berpengaruh signifikan pada praktik pengauditan yang dilakukan oleh seorang auditor dengan menjaga sikap independensi. 17

Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan rotasi mandatory di Indonesia dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 yaitu pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.kemudian peraturan tersebut di revisi dengan mengeluarkan KMK No. 359/KMK.06/2003 dan dilakukan revisi kembali pada tahun 2008 menjadi KMK NO. 17/KMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yaitu pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.peraturan rotasi mandatory auditor di Indonesia yang pertama kali diperkenalkan oleh KMK ini menimbulkan berbagai pro-kontra dikalangan praktisi akuntan publik. Wajib rotasi dapat menjaga sikap independensi auditor yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas audit laporan keuangan.dilain sisi, adanya tenure yang panjang dapat menyebabkan keakraban yang berlebihan antara auditor dengan klien, sehingga kemungkinan besar menghasilkan prosedur audit yang tidak memadai dan memiliki ketergantugan dengan hasil audit tahun sebelumnya. Auditor switching menjadi jalan untuk memperbaiki keakraban yang berlebihan ini, sehingga auditor dapat melakukan audit dengan sikap yang independen untuk tercapainya laporan audit yang berkualitas. Sikap independensi auditor yang tetap terjaga ini dapat 18

meningkatkan kepercayaan para pengguna laporan keuangan terhadap auditor tersebut. Penelitian Kurniasih (2014) memberi kesimpulan bahwa variabel rotasi audit memiliki pengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini semakin memperkuat bahwa dengan adanya auditor switching dapat meningkatkan independensi seorang auditor yang juga berkaitan dengan peningkatan kualitas dari audit suatu laporan keuangan perusahaan. 2.1.7. Audit Fee Gammal (2012) menjelaskan bahwa fee audit dapat didefenisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan yang diaudit (auditee). Biasanya untuk menentukan besarnya audit fee yang akan ditanggungkan kepada auditee, dilakukan kontrak kesepakatan antara kedua pihak sesuai dengan waktu dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah staf yang dibutuhkan untuk proses audit. Audit feediputuskan sebelum dilakukannya audit atas laporan keuangan tersebut. Penelitian yang dilakukan Kurniasih (2014) membuat kesimpulan bahwa variabel audit fee memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Hasil kesimpulan ini menjelaskan audit fee yang dibebankan kepada perusahaan atas jasa yang dilakukan oleh auditor yang memiliki sikap independensi dalam melakukan audit akan berpengaruh terhadap kualitas audit, hal ini dikarenakan seorang auditor yang memiliki sikap 19

independen yang tinggi, dipercaya dapat menghasilkan audit laporan keuangan yang berkualitas, dan juga dalam menghasilkan laporan audit yang berkualitas inilah, auditor akan meminta audit fee yang lebih besar kepada perusahaan yang diaudit (auditee). Besarnya audit fee tidak terdapat pada peraturan manapun, dan hanya dapat ditentukan melalui kesepakatan antara akuntan publik dengan pihak klien atas jasa audit yang diberikan. Auditor mengharapkan audit fee yang sesuai dengan jasa yang telah diberikan, dan klien menginginkan audit fee yang tidak terlalu besar, sehingga tetap menguntungkan klien. Pada umumnya di Indonesia pengungkapanaudit fee masih bersifat voluntary disclosure (sukarela) yang artinya perusahaan bisa menyatakan besaran audit fee pada laporan keuangan mereka ataupun tidak menyatakannya sama sekali. Pendapatan dari audit fee sangatlah bervariasi, hal ini dikarenakan adanya perbedaan fee dari satu klien dengan klien lainnya. Kadangkala kredibilitas antar sesama akuntan publik dapat rusak, apabila tidak adanya kesepakatanfee antara klien dengan auditor. Artinya apabila klien tidak setuju dengan jumlah audit fee dari auditor yang satu, maka klien akan pergi mencari akuntan publik lain, yang memiliki audit fee yang lebih rendah, dan hal inilah yang dapat merusak kredibilitas antar akuntan publik. Berdasarkan surat keputusan ketua umum Institusi Akuntan Publik Indonesia nomor : KEP.024/IAPI/VII/2008, tentang Kebijakan Penentuan 20

Fee Audit menjelaskan dalam menetapkan audit fee, akuntan publik harus mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. Kebutuhan klien; 2. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties); 3. Independensi; 4. Tingkat keahlian (levels of expertise); 5. Tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan; 6. Tingkat kompleksitas pekerjaan; 7. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh akuntan publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; 8. Basis penetapan fee yang disepakati. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan kualitas audit. Terdapat persamaan dan perbedaan variabel antara beberapa penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Al-Thuneibat et al(2011) meneliti perusahaan-perusahaan yang listing di Amman Stock Exchange pada periode 2002-2006. -variabel yang mereka analisis adalah hubungan antara lamanya tenure dengan audit quality serta pengaruh ukuran KAP terhadap hubungan tersebut. Untuk mengukur kualitas audit, mereka menggunakan pendekatan akrual diskresioner sedangkan ukuran KAP diukur dengan cara melakukan perhitungan terhadap nilai pasar dari saham. Setelah melakukan penelitian mereka menyimpulkan bahwa tenure berpengaruh secara negatif terhadap kualitas audit. 21

Penelitian yang dilakukan Fitriany (2012) dengan variabel independen yang terdiri dari client importance, tenur dan spesialisasi audit serta kualitas audit sebagai variabel dependen, dilakukan perusahaan yang listing di BEI pada periode praregulasi rotasi (1999-2001) dan periode pasca regulasi rotasi (2004-2008). Penelitian yang menggunakan tiga model yang terletak pada variabel client importance ini berkesimpulan bahwa adanya regulasi rotasi telah mengakibatkan tenure akuntan publik berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, sedangkan untuk spesialisasi audit pada masa praregulasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hartadi (2012) meneliti pengaruh fee audit, rotasi kantor akuntan publik (KAP), dan reputasi auditor terhadap kualitas audit di bursa efek Indonesia, dengan menggunakan data dari laporan audit keuangan perusahaan manufaktur yang tergabung dalam LQ-45 dari tahun 2004-2010. Hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa berdasarkan uji statistik menggunakan regresi linear berganda, terdapat pengaruh yang signifikan antara fee audit terhadap kualitas audit, sementara rotasi kantor akuntan publik (KAP) dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Panjaitan (2014) meneliti tentang pengaruh tenure, ukuran KAP dan spesialisasi auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan jumlah populasi yang akan diteliti yang terdiri dari 193 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012. Penelitian ini berkesimpulan bahwa audit tenure dan spesialisasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit sedangkan ukuran KAP 22

tidaak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit atas pemeriksaan laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan Kurniasih (2014) tentang pengaruh fee audit, audit tenure, dan rotasi audit terhadap kualitas audit, dengan menggunakan populasi yang terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2012. Populasi dan sampel penelitian ini berjumlah 230 perusahaan yang terdiri dari peruashaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2012. Penelitian ini menghasikan kesimpulan bahwa fee audit dan rotasi audit berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit sedangkan audit tenure berpengaruh signifikan negatif terhadap kualitas audit. Astuti (2014) meneliti tentang analisis pengaruh audit tenure, ukuran KAP, rotasi audit dan ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2009-20012. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 136 unit analisis dari tahun 2009-2012. Penelitian yang didasarkan pada analisis data yang menggunakan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5% menghasilkan kesimpulan bahwa audit tenure, ukuran kantor akuntan publik (KAP), dan rotasi audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit sedangkan ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2012. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan ringkasan dari penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan : 23

NO. Nama Peneliti 1. Althuneibat et al. (2011) 2. Fitriany (2012) 3. Hartadi (2012) 4. Panjaitan (2014) Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Hasil Penelitian Penelitian Penelitian Do Audit Audit Tenure berpengaruh Tenure and Independen : negatif terhadap Audit Firm Size Audit tenure Quality sedangkan Firm Contribute to dan Firm Size Size tidak memiliki dampak Audit Quality? yang signifikan terhadap Dependen : Audit Quality. Pengaruh Client Important, Tenure, dan Spesialisasi Audit terhadap Kuaitas Audit Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Tenure, Ukuran KAP dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit Audit Quality Independen : Client Important, Tenure, dan Spesialisasi Audit Dependen : Kualitas Audit Independen : Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Dependen : Kualitas Audit Independen : Tenure, Ukuran KAP dan Spesialisasi Auditor Dependen : Kualitas Audit Tiga model pengujian yang berbeda yang terletak pada variabel Client Importance mengakibatkan Tenure berpengaruh negatif terhadap Kualitas Audit, sedangkan spesialisasi auditor pada masa pra regulasi berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Audit. Fee Audit berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Audit, sedangkan Rotasi KAP dan Reputasi Auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Audit. Audit Tenure dan Spesialisasi Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Audit sedangkan Ukuran KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Audit atas pemeriksaan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012. 24

NO. Nama Peneliti 5. Kurniasih (2014) 6. Astuti (2014) Sumber : Data Diolah Judul Penelitian Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Ukuran Perusahaan Klien dan Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2009-2012 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian Independen : Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotasi Audit Dependen : Kualitas Audit Independen : Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Ukuran Perusahaan Klien dan Rotasi Audit Dependen : Kualitas Audit Hasil Penelitian Fee Audit dan Rotasi Audit berpengaruh signifikan positif terhadap Kualitas Audit sedangkan Audit Tenure berpengaruh signifikan negatif terhadap Kualitas Audit. Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, dan rotasi audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit sedangkan Ukuran Perusahaan Klien berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2009-20012. Menurut De Angelo (1981) yang menjelaskan bahwa kualitas audit dijadikan sebagai probabilitas bagi seorang auditor dalam mencari dan melaporkan adanya pelanggaran pada sistem akuntansi kliennya. Bagi para pengguna laporan keuangan, kualitas audit dari laporan keuangan tersebut sangatlah penting bagi mereka terutama dalam mengambil keputusan untuk kepentingan mereka. 25

Penelitian ini memiliki kerangka konseptual yang menggambarkan secara umum rangkaian pemikiran berdasarkan pada telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit. Penelitian ini menguji pengaruhpengaruh antara spesialisasi auditor, ukuran perusahaan klien, auditor switching, dan audit fee terhadap kualitas audit yang terdapat pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di BEI. Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut : Spesialisasi Auditor ( X 1 ) H 1 Ukuran Perusahaan Klien ( X 2 ) Auditor switching ( X 3 ) H 2 H 3 Kualitas Audit ( Y ) Audit Fee ( X 4 ) H 4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis Penelitian Erlina (2008) menyatakan bahwa hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud diuji secara empiris.pengujian kebenaran dari sebuah pernyataan yang dapat dinilai benar atau salahnya yang berkaitan dengan penjelasan sebuahfenomena disebut dengan proposisi.hipotesis dapat diartikan juga sebagai sebuah pengungkapan yang bersifat sementara atas penelitian yang 26

didukung dengan landasan teori dan penelitian terdahulu tentang sebuah fenomena yang akan dibuktikan kebenarannya. 2.4.1. Pengaruh Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit Penelitian Panjaitan (2014) menyimpulkan bahwa spesialisasi auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, hal ini dikarenakan seorang auditor yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu akan lebih memungkinkan untuk menemukan adanya kesalahan, kekeliruan maupun penyimpangan dalam melakukan audit, dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki spesialisasi. Dengan adanya kemungkinan yang lebih dalam mendeteksi kesalahan pada sebuah laporan keuangan, maka hal ini dapat meningkatkan kualitas audit atas laporan keuangan perusahaan. H 1 : Spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. 2.4.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit Pada penelitian ini, besar kecilnya ukuran perusahaan klien dinilai dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Bagi perusahaan besar peningkatan kualitas audit sangat bermanfaat positif untuk membuktikan kepada para investor bahwa pengendalian internal dari perusahaan tersebut terbukti bagus. Pada perusahaan kecil peningkatan kualitas audit akan lebih memberikan manfaat positif kepada para investor, karena hasil audit atas laporan keuangan tersebut membuktikan bahwa sistem pengendalian internal dari perusahaan kecil tersebut juga tidak kalah dengan perusahaan 27

besar, dan ini berdampak pada peningkatan kepercayaan para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Perusahaan kecil membutuhkan auditor yang memiliki sikap independensi dalam mengaudit laporan keuangan mereka. Semakin besar suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula minat perusahaan tersebut dalam memilih auditor yang memegang teguh sikap independensi, agar laporan keuangan yang diaudit memiliki peningkatan kualitas audit. H 2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas audit. 2.4.3. Pengaruh Auditor Switching terhadap Kualitas Audit KMK NO. 17/KMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik menjelaskan dalam memberi jasa audit baik KAP maupun akuntan publiknya diwajibkan untuk melakukan pergantian, KAP paling lama untuk 6 tahun buku berturut-turut dan Akuntan Publik paling lama 3 tahun buku berturut-turut. Kurniasih (2014) menyimpulkan bahwa variabel rotasi audit memiliki pengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini semakin memperkuat bahwa dengan adanya auditor switching dapat meningkatkan independensi seorang auditor yang juga berkaitan dengan peningkatan kualitas dari audit suatu laporan keuangan perusahaan. H 3 : Auditor switching berpengaruh terhadap kualitas audit. 2.4.4. Pengaruh Audit Fee terhadap Kualitas Audit Pada umumnya di Indonesia pengungkapan audit fee masih bersifat voluntary disclosure (sukarela) yang artinya perusahaan bisa menyatakan 28

besaran audit fee pada laporan keuangan mereka ataupun tidak menyatakannya sama sekali. Besarnya audit fee tidak terdapat pada peraturan manapun, dan hanya dapat ditentukan melalui kesepakatan antara akuntan publik dengan pihak klien atas jasa audit yang diberikan. Auditor mengharapkan audit fee yang sesuai dengan jasa yang telah diberikan, dan klien menginginkan audit fee yang tidak terlalu besar, sehingga tetap menguntungkan klien. Kurniasih (2014) membuat kesimpulan bahwa variabel audit fee memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Seorang auditor akan meminta fee yang lebih tinggi jika perusahaan menginginkan laporan audit yang berkualitas, namun perusahaan berharap auditor yang memiliki sikap independensi tidak meminta fee yang terlalu terlalu tinggi. Fee yang besar kadangkala dapat memacu seorang auditor dalam menghasilkan audit laporan keuangan yang berkualitas. H 4 : Audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit. 29