Sasaran Pemberdayaan Pemuda Berlin Ditinjau dari Aktivitas Organisasi Kepemudaannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TERM OF REFERENCE (TOR) PROGRAM BUMN MENGAJAR (BM) 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau yang lebih dikenal dengan

TERMS OF REFERENCE DREAM MAKER

PROPOSAL PENDELEGASIAN UNIVERSITAS AIRLANGGA The 6th University Leadership Symposium Hongkong August 1 7, 2015

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA

1.1 Latar Belakang Masalah

Kenapa Leader Class? Catatan Harian (calon) Pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

2015 D AMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHAD AP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KAD ER TIM SEARCH AND RESCUE:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

CONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI UTM) Nomor: 005/MAXVIII/PPI-UTM/X/2014 TENTANG

Tentang Djarum Beasiswa Plus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

PROSES PELAKSANAAN MANAGEMENT TRAINEE (MT) PADA PT. TRAKINDO UTAMA JAKARTA

PENDIDIKAN GRATIS DUNIA KETIGA, KENAPA TIDAK? Peringatan 54 tahun Universitas Gajah Mada (UGM) Jumat, 19 Desember 2003 diwarnai aksi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

VISI, MISI & PROGRAM KERJA

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN 2011

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA

ANGGARAN DASAR MUSYAWARAH ANGGOTA XVII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI-UTM) Sabtu, 2 November 2013 MUKADDIMAH

MERCEDES BENZ CLUB MEDAN (MBCM) ANGGARAN DASAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

ORGANISASI KEMAHASISWAAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua bangsa memiliki kebudayaan masing-masing. Dan kebudayaan

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET ATLETIK JAWA BARAT TAHUN 2009 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs.

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN WIRAUSAHAWAN. (Studi kasus pada lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan, Jakarta tahun 2013)

Handbook ini hanya untuk siswa SchoolingMe.com HANDBOOK ESAI LPDP ESAI: KONTRIBUSIKU BAGI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

PROPOSAL DESIGNING PROJECT PENANGANAN SAMPAH DAN PENCEMARAN SUNGAI BRANTAS DI KAWASAN SPLENDID-MALANG. Oleh. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI UTM) Nomor: 006/MAXVIII/PPI-UTM/X/2014 TENTANG

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

AGENDA BESAR PEMBAHASAN PEREMPUAN DAN ISLAM DI INDONESIA

Pergaulan Mahasiswa dan Kehidupan Sosial dalam Menerapkan Sila Persatuan Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

Berbagai macam bentuk penetrasi pasar luar negeri: Ekspor Lisensi Waralaba Perusahaan multinasional Perusahaan global BAB 12.

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO) HIMPUNAN MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL (HIMAHI) UNIVERSITAS PARAMADINA

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA)

BAB I PENDAHULUAN. masuknya budaya asing di Indonesia membuat masyarakat melupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014

2014 ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM PENYAJIAN PRODUK WORKSHOP MSDK BERBASIS PROJECT BASED LEARNING

PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN PTS DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN. Oleh Prof. Dr. H. SUYATNO, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Berawal dari kegelisahan tersebut kemudian pendiri mengemas gerakan melalui dua

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Selanjutnya UU Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. pasti bertujuan untuk memiliki citra yang baik, citra. adalah kesan yang diperoleh melalui pengalaman seseorang mengenai suatu hal,

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaharani Saraswati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

penting. Keberhasilan suatu proyek pertama-tama sangat dipengaruhi oleh ketepatan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 23 / PRT / M / 2009 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN FORUM JASA KONSTRUKSI

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Transkripsi:

Sasaran Pemberdayaan Pemuda Berlin Ditinjau dari Aktivitas Organisasi Kepemudaannya oleh Yudistira Adipratama Nomenklatur pemuda adalah sebuah kata yang sarat akan arti. Pemuda merupakan pembawa semangat perubahan dan pemimpin dari perubahan itu sendiri. Kegiatan yang melibatkan pemuda diyakini membawa dampak besar terhadap perkembangan suatu bangsa. JSCYP 2014 telah memberi kesempatan penulis mengumpulkan referensi bermanfaat, untuk memberikan gambaran dan menentukan sasaran serta ukuran terhadap besarnya kegiatan pemberdayaan pemuda di Berlin. Fokus dari penulisan esai ini adalah pemaparan secara deskriptif mengenai sasaran yang ditinjau dari kegiatan pemberdayaan pemuda di Berlin yang diusung oleh organisasi kepemudaan di Berlin. Untuk membawa manfaat terhadap pemuda di Jakarta, maka turut dibahas perbandingannya dengan kegiatan pemberdayaan pemuda yang diusung oleh organisasi kepemudaan pemerintah maupun organisasi kepemudaan independen di Jakarta. Organisasi kepemudaan merupakan lembaga yang berisikan pemuda dalam struktur organisasinya, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang secara khusus melibatkan pemuda. Klasifikasi pemuda sendiri ditentukan berdasarkan umur. Berdasarkan ketentuan nasional dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pemuda berada pada umur 16-30 tahun, sedangkan dalam tataran internasional menurut PBB batasan umur pemuda adalah antara 15-24 tahun. Organisasi kepemudaan ada yang berbentuk badan hukum dan tidak berbadan hukum. Dari jenisnya, organisasi kepemudaan di Indonesia

dibagi menjadi organisasi kepemudaan pemerintah, dan organisasi kepemudaan independen. Di Berlin organisasi kepemudaan memperoleh legalitas dengan cara memposisikan diri dibawah naungan institusi pemerintah. Contohnya adalah Sport Jugend Berlin yang merupakan State Association of Berlin, dimana berdiri dan berada dibawah naungan Dinas Pemuda dan Olahraga setempat. Kegiatan utamanya adalah kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur olahraga, dan dari olahraga tersebut disampaikan pembelajaran yang bersifat soft skill terhadap pesertanya. Meski sebagian besar kegiatannya memiliki tema olahraga, Sport Jugend Berlin dalam kegiatannya tidak melulu terfokus pada acara-acara olahraga. Penggunaan kata sport pada organisasi ini dipilih karena olahraga adalah kata yang akrab dan energik untuk didengar, serta semua orang dianggap bisa melakukan olahraga. Sport Jugend Berlin menerima masukan dan blueprint proyek kepemudaan yang diinisiasikan pemuda setempat. Jika dapat membantu maka akan diproses dan diumumkan secara terbuka agar pemuda-pemuda dapat berpartisipasi dalam projek tersebut. Jika tidak dapat dibantu, maka Sport Jugend Berlin akan memberi saran dan mengajarkan para pengaju proyek tersebut untuk menyelenggarakan proyeknya secara mandiri. Sport Jugend Berlin memiliki projek tahunan dalam skala nasional maupun internasional dimana setiap orang bisa berpartisipasi. Untuk proyek nasional mereka akan mengumumkan secara terbuka dan memberitahu calon peserta terkait apa yang dapat mereka bantu untuk membantu suksesnya proyek tersebut. Untuk proyek dengan skala internasional mereka juga mengumumkan informasinya secara terbuka, namun akan dibuat seleksi karena keterbatasan kuota negara yang berbeda-beda. Projek dalam skala internasional tersebut adalah pertukaran pemuda antar negara- negara Uni Eropa. Meskipun berada di bawah naungan pemerintah, Sport Jugend Berlin tetap mandiri dalam penyelengaraan projek-projeknya. Sumber dananya ditanggung penuh oleh pemerintah, namun terkadang mereka juga mengajak perusahaan-perusahaan untuk memberi dukungan atau mengajukan proposal ke European Program Council. Untuk menjaga ketahanan eksistensinya, Sport Jugend Berlin memiliki cabang di beberapa distrik. Mereka memiliki agenda rapat bulanan yang membahas dan mengevaluasi kegiatan beserta output dari kegiatan-kegiatan mereka. Disamping Sport Jugend Berlin sebagai organisasi yang diprakarsai oleh pemuda-pemuda Berlin, terdapat juga organisasi yang diprakarsai oleh pemuda-pemuda Indonesia di Berlin seperti contohnya adalah Indonesia Peduli dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).

Indonesia Peduli adalah organisasi independen yang murni beranggotakan pemuda pada umumnya dan pelajar pada khususnya. Tujuan utama dari organisasi ini adalah menolong pelajar-pelajar Indonesia yang baru memulai statusnya sebagai mahasiswa asing untuk mampu lulus dan bersaing dengan mahasiswa setempat. Senada dengan tujuannya, maka kegiatan organisasi inipun lebih kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat akademis bagi para mahasiswa Indonesia yang baru datang. PPI juga memiliki tujuan yang sama, hanya dengan ruang lingkup yang lebih luas. PPI tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan yang sifatnya akademis, tetapi juga mencakup kegiatan yang berhubungan dengan budaya dan aksi sosial lainnya. Kedua organisasi ini berasal dari pemuda Indonesia dengan memberdayakan pemuda Indonesia dan untuk membantu pemuda Indonesia, sedangkan Sport Jugend Berlin berasal dari pemuda Berlin untuk setiap pemuda yang sedang menetap di Berlin dan berminat untuk berpartisipasi. Pendirian Organisasi Kepemudaan Pada umumnya pola berdirinya organisasi kepemudaan di Berlin dengan di Indonesia sangatlah berbeda. Berdasarkan penelitian dan wawancara penulis, untuk menjadi suatu organisasi di Berlin maka organisasi tersebut harus mencari pondasi berupa institusi pemerintah. Menurut Maria selaku International Project Coordinator dari Sport Jugend Berlin, organisasinya berada di bawah naungan Sport Jugendhilfe yang merupakan institusi pemerintah setempat di bidang pemuda dan olahraga. Disatu sisi menurut Sakti selaku Ketua PPI dan Alwin selaku pendiri Indonesia Peduli, organisasi-organisasi mereka berada dibawah naungan KBRI. Di Indonesia sebuah organisasi dapat berdiri dengan melekatkan diri dengan pemerintah maupun tidak. Di Indonesia juga mengenal organisasi yang sudah berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Di Indonesia, suatu organisasi kepemudaan yang mau melekatkan diri dengan pemerintah dapat mengajukan pendaftaran di Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Dengan mendaftarkannya maka suatu organisasi akan mendapatkan binaan dari dinas terkait yang berhubungan dengan ruang lingkupnya, serta kemudahan dan jalur esklusif jika ingin mendatangkan petinggi atau pejabat untuk mendukung acara mereka. Selain kedua hal itu masih banyak manfaat yang didapat jika suatu organisasi didaftarkan di Kesbangpol, di samping tentunya bantuan dana untuk meng-implementasikan proyek. Organisasi yang berbadan hukum adalah organisasi yang melakukan pendaftaran di Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Hak yang didapat adalah perlindungan nama organisasi serta kecakapan hukum untuk berpartisipasi dalam tender-tender yang diadakan perusahaan

swasta. Organisasi independen di Indonesia rata-rata memilih jalur pendaftaran di Kemenkumham, demi mempertahankan independensinya dalam melakukan proyekprojyek kepemudaan. Meski tidak mendapat bantuan dana dan fasilitas dari pemerintah, organisasi kepemudaan independen tidak kalah saing dan terkadang lebih menghasilkan projek-projek brilliant dari organisasi yang berada di bawah naungan pemerintah. Kegiatan dan Sasaran Organisasi Kepemudaan Organisasi kepemudaan di Berlin mengusung nilai sportivitas sebagai salah satu unsur soft skills yang akan disampaikan. Banyak dari projek-projeknya yang berbentuk camp, outbond dan aktivitas-aktivitas lapangan lain yang memancing interaksi antar peserta. Disamping itu, organisasi kepemudaan Berlin juga menitikberatkan rasa nasionalisme melalui projek internasionalnya. Hal itu dilakukan dengan cara pembedaan jargon dan atribut yang dipertahankan oleh masing-masing delegasi dalam pertukaran pemuda Eropa. Menurut Maria tantangan terbesar dari pemuda di Berlin pada khususnya dan Jerman pada umumnya adalah nasionalisme. Hal tersebut terkait dengan bagaimana mereka tetap mempertahankan ciri pembeda dan bangga atas Jerman sebagai negaranya disaat negara mereka juga menjadi keluarga dari Uni Eropa di bawah satu organisasi supranasional. Di Indonesia meskipun sasaran pokok dari organisasi kepemudaan pemerintah dan organisasi independen sedikit berbeda, keduanya tetap menghasilkan output yang harmonis. Organisasi kepemudaan yang melekatkan diri pada pemerintah seperti Purna Paskibraka Indonesia DKI Jakarta, Forum Pemuda Pelopor DKI Jakarta, Hipperpala Indonesia dan masih banyak lagi memiliki ciri berupa jadwal dan jenis kegiatan tahunan yang jelas, konsisten, dan sarat dengan nilai nasionalisme. Organisasi kepemudaan independen seperti IFL, YEP, YOT dan lainnya tidak memiliki jenis kegiatan yang sama tiap tahunnya, kegiatan mereka disesuaikan dengan isu yang sedang hangat dibicarakan dan biasanya bersifat global agar lebih diterima oleh calon rekan dari organisasi lain yang berasal dari negara berbeda. Organisasi kepemudaan pemerintah memberi kesempatan dengan membuka pendaftaran dan pemuda bisa bergabung dengan projek yang telah disediakan. Organisasi independen bergerak mengumpulkan pemuda untuk berdiskusi terkait isu tertentu, memperkayanya dengan capacity building, hingga mengajarkan pemahaman tentang policy advocacy. Perbedaan inilah yang memperkaya pemuda Indonesia dalam berkontribusi pada negaranya serta mengasah kepeduliannya pada isu global di waktu bersamaan. Jika seorang pemuda terlibat di organisasi

kepemudaan pemerintah sekaligus organisasi kepemudaan independen, maka akan terbentuk sosok pribadi yang memiliki nasionalisme tinggi dan kaya akan wawasan global. Kesimpulan Organisasi kepemudaan di Berlin lebih sedikit jumlahnya dibandingkan organisasi kepemudaan di Jakarta. Jaminan atas dana, perlindungan ide, dan pengakuan kreativitas di Berlin membuat organisasi kepemudaan di sana tidak perlu menjamur sebanyak organisasi kepemudaan di Jakarta. Banyaknya organisasi kepemudaan independen di Jakarta adalah karena terlalu luasnya daya kreativitas pemuda Indonesia, namun hal tersebut tidak populer dihadapan organisasi kepemudaan pemerintah. Keadaan tersebut menuntut pemuda Indonesia untuk bergerak dan membangun organisasinya sendiri dengan tujuan menyalurkan ekspresinya serta membantu agar pemuda lainnya agar dapat memberi manfaat pada bangsanya dengan cara yang berbeda. Kegiatan organisasi pemberdayaan pemuda Berlin memiliki sasaran agar peserta mendapatkan soft skills dan kesadaran akan rasa bangga terhadap tanah airnya. Sasarannya pokoknya adalah pengembangan kepribadian dan nasionalisme. Disatu sisi, kegiatan organisasi kepemudaan di Indonesia memiliki tiga sasaran utama yaitu pengembangan kepribadian, nasionalisme, dan relasi internasional. Dari penulisan esai berikut penulis meyakini bahwa pemuda Indonesia memiliki inisiatif yang lebih tinggi untuk maju dan melakukan sesuatu bagi bangsanya. Hanya saja inisiatif yang tinggi tanpa dilengkapi dengan daya tangkap global dan kemampuan intelektual tidak akan bertahan di tengah persaingan internasional. Penulis juga mempercayai akan tiba waktunya dimana pemuda Indonesia berhasil mengangkat harkat persadanya, dan Indonesia menjadi mercusuar bagi negara lainnya.