BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

A. Latar Belakang Masalah

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai


BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

SOCIAL COMPARISON DAN BODY DISSATISFACTION PADA WANITA DEWASA AWAL. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam benak mereka, seperti Who am I?, Apa yang membuat saya berbeda

Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penampilan merupakan faktor penting bagi setiap orang terutama bagi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pria yang baru saja memasuki masa dewasa awal (21-40 tahun) memiliki

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Cash & Smolak (2011), body image merupakan hasil dari berbagai

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain

Pengaruh Komparasi Sosial pada Model dalam Iklan Kecantikan di Televisi terhadap Body Image Remaja Putri yang Obesitas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup bermasyarakat ada harapan-harapan dan norma-norma yang

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Ni Luh Rahayu Widiasti, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. positif. Artinya penerimaan diri apa adanya (Brewer, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI KONSEP DIRI. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Esteem. Self esteem merupakan cara bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap diri. Evaluasi

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai citra tubuh.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perilaku Diet pada Wanita Dewasa Awal. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

Konsep Body Image Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

PERSEPSI TERHADAP BODY IMAGE ANTARA SISWI YANG MENGGUNAKAN JILBAB DENGAN SISWI YANG TIDAK MENGGUNAKAN JILBAB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sternberg (dalam Florsheim, 2003), mengatakan bahwa love dan romantic

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita selalu merasa tertekan untuk menjadi sosok yang cantik dan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB 2 Tinjauan Pustaka

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANTROPOMETRI DENGAN KETIDAKPUASAN TERHADAP BODY IMAGE MAHASISWA AKBID GEMILANG HUSADA KOTABUMI LAMPUNG UTARA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN PENGGUNA INSTAGRAM IKA PUJAWATI ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Dissatisfaction 1. Pengertian Body Dissatisfaction Body image pada awalnya diteliti oleh Paul Schilder (1950) yang menggabungkan teori psikologi dan sosiologi. Schilder (Grogan, 2008) berpendapat bahwa body image adalah gambaran tubuh individu yang terbentuk dari pikiran sendiri, sehingga tubuh menunjukkan pada individu seperti apa dirinya. Berdasarkan definisi tersebut, kemudian para ahli melakukan penelitian terkait body image untuk menghasilkan suatu konsep yang jelas yang dikaitkan dengan konsep psikologi seperti persepsi dan perilaku terhadap tubuh. Para ahli yang melakukan penelitian body image kemudian menemukan dimensi lain dari body image, salah satunya adalah body dissatisfaction. seperti yang dikonseptualisasikan oleh Muth dan Cash (Aliyev & Turkmen, 2014) bahwa di dalam citra tubuh terdapat dua cara evaluasi diri (self-evaluated) yaitu kepuasan dan ketidakpuasan dengan atribut fisik dan pengalaman emosi. Terdapat beberapa ahli yang menggagas pengertian body dissatisfaction yang memiliki beberapa kesamaan. Beberapa diantaranya dikemukakan oleh Grogan (2008) yang menjelaskan ketidakpuasan tubuh (negative body image) terjadi ketika seseorang memiliki pandangan dan perasaan negatif terhadap tubuh. Pengertian yang sama juga diungkapkan oleh Thompson, 14

15 Heinberg, Altabe, & Tantleff-Dunn (Cheng, 2006) bahwa body dissatisfaction secara umum digunakan untuk merujuk pada ketidakbahagian subjektif dengan penampilan tubuh yang dimiliki. Cooper, Taylor, Cooper, dan Fairburn (Pietro & Silveira, 2008) menjelaskan bahwa body dissatisfaction dapat dinilai ketika individu membandingkan persepsi citra tubuh dengan orang lain, orientasi berlebihan terhadap citra tubuh, persepsi diri sendiri terhadap tubuh dan adanya perubahan yang drastis terhadap tubuh. Garner dan Garfinkel (1981) mengungkapkan bahwa body dissatisfaction sering disebut body image dissatisfaction yang juga sering digunakan dalam penelitian body image, karena mencakup intisari penilaian subjektif dari penampilan fisik seseorang. Ditambahkan pula, Maxwell dan Cole (2012) mengemukakan bahwa body dissatisfaction dapat didefinisikan sebagai ketidakkonsistenan antara bagaimana penerimaan individu terhadap tubuh dengan bagaimana keinginan untuk terlihat seperti tubuh ideal. Secara psikologis, body dissatisfaction menonjolkan ketidaksesuaian antara tubuh yang dirasakan individu dengan tubuh ideal (Halliwell & Dittmar, 2006). Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa body dissatisfaction terjadi ketika individu membandingkan persepsi citra tubuh dengan orang lain, adanya orientasi berlebihan terhadap citra tubuh, persepsi diri sendiri terhadap tubuh dan perubahan yang drastis terhadap tubuh

16 2. Aspek-aspek Body dissatisfaction Cooper dkk (Pietro & Silveira, 2008) menjelaskan bahwa ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction) dapat dinilai dari beberapa aspek yaitu : a. Persepsi diri sendiri terhadap bentuk tubuh ( Self perception of body shape) b. Membandingkan persepsi mengenai citra tubuh dengan orang lain (Comparative perception of body image) c. Sikap yang fokus terhadap citra tubuh (Attitude concerning body image alteration) d. Perubahan yang drastis terhadap persepsi mengenai tubuh (Severe alteration in body perception) 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Dissatisfaction Menurut Wertheim dan Paxton (Cash & Smolak, 2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan body dissatisfaction pada remaja perempuan, yaitu : a. Faktor biologis dan fisik (Biological and physical factors) Karakteristik biologis dan fisik merupakan elemen dasar dari body dissatisfaction. Karakteristik biologis dan gangguan neurobiologis dapat menghasilkan pengalaman langsung disorientasi tubuh, distorsi persepsi tubuh atau ketidaknyaman tubuh, seperti ketika individu mengalami perubahan ukuran tubuh dengan cepat atau gangguan fisik. Meskipun begitu, kebanyakan ketidakpuasan tubuh berkembang dari pikiran

17 individu ketika karakteristik tubuh tidak sesuai dengan standar masyarakat. b. Tantangan Perkembangan Pubertas (Developmental challenges of puberty) Selama pubertas, remaja perempuan mengalami kematangan secara fisik sehingga remaja harus menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh. Masa pubertas dapat menjadi kekhawatiran remaja perempuan yang matang dengan rentang waktu berbeda dengan teman sebayanya. Remaja yang lebih awal atau terlambat pubertas, selalu membandingkan diri dengan oranglain dan khawatir adanya ketidakcocokkan dengan perubahan yang dialami oleh teman sebaya. Beberapa penelitian yang dilakukan, menemukan remaja yang menstruasi lebih awal dibandingkan dengan teman sebaya mengalami ketidakpuasan tubuh karena perubahan ukuran tubuh. c. Pengaruh sosial dan sosiokultural (Sociocultural and social influence) Peran sosial atau pengaruh sosiokultural menentukan standar kecantikan pada masyarakat. Budaya yang memiliki standar kecantikan dan menganggap pentingnya bentuk tubuh juga dianggap sebagai faktor ketidakpuasan tubuh. Norma sosial yang luas dikomunikasikan melalui media yang dapat dilihat dalam bentuk seperti TV, radio, majalah, film dan internet. Pengaruh sosial yang berasal dari orangtua, teman, saudara, tetangga, sekolah, dan tenaga medis, termasuk bentuk boneka menjadi promotor perilaku tidak sehat dan tidak realistisnya akan tubuh ideal.

18 Pengaruh sosiokultural seperti media, orangtua, dan teman sebaya menjadi faktor ketidakpuasan tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Thompson dan Heinberg (1999) menemukan adanya peran media dalam terbentuknya gangguan citra tubuh dan makan. Penelitian Hardit dan Hannum (Curtis & Loomans, 2014) menemukan adanya komunikasi negatif mengenai citra tubuh dari anggota keluarga, termasuk komentar kritis, ejekan, dan dorongan untuk diet memiliki hubungan dengan perkembangan ketidakpuasan tubuh. Selain itu, Hardit dan Hannum (Curtis & Loomans, 2014) mengungkapkan bahwa perempuan muda akan sering membandingkan dirinya dengan teman sebaya, dan menempatkan diri pada risiko yang lebih besar dari ketidakpuasan tubuh dan gangguan makan dibandingkan dengan perempuan muda yang tidak melakukan perbandingan sosial (social comparison). 1. Pengertian Social Comparison B. Social Comparison Teori social comparison dicetuskan oleh Festinger (1954) bahwa manusia memiliki kecenderungan bawaan memperoleh informasi yang berhubungan dengan dirinya melalui proses perbandingan sosial dan adanya dorongan untuk mengevaluasi dimensi seperti kemampuan, perilaku, dan status. Festinger (1954) juga menjelaskan bahwa teori social comparison dibedakan menjadi dua tipe yakni upward comparison dan downward

19 comparison. Upward social comparison terjadi ketika individu mengevaluasi diri dengan seseorang yang dianggap lebih baik dan menarik. Downward social comparison terjadi ketika individu membandingkan diri dengan orang lain yang lebih buruk darinya. Secara khusus, kedua tipe perbandingan sosial memiliki dampak yang berbeda dalam memengaruhi individu dan harga diri. Upward comparison menyebabkan konsekuensi negatif seperti penurunan harga diri. Downward comparison cenderung mengakibatkan konsekuensi positif seperti peningkatan harga diri. Dengan adanya teori social comparison, kemudian peneliti terdahulu melakukan penelitian untuk memperluas teori perbandingan sosial melalui atribut personal termasuk penampilan fisik (Schaefer & Thompson, 2014) Menurut Wood (Jones, 2001) social comparison merujuk pada pertimbangan kognitif bahwa individu membandingkan atribut dirinya dengan oranglain. Perbandingan merupakan evaluasi diri yang penting dan tidak bergantung pada kondisi objektif dibandingkan bagaimana menilai diri dengan oranglain pada atribut tertentu. Dalam model Tripartite, Thompson dkk (Schaefer & Thompson, 2014) menjelaskan appearance-based social comparison merujuk pada kecenderungan membandingkan penampilan diri dengan orang lain, seperti membandingkan seseorang yang lebih menarik dan kurus. Menurut Dunn dan Gokee (Cash & Pruzinsky, 1999) terdapat tiga proses interpersonal yang berperan penting dalam perkembangan body image yakni reflected appraisal, feedback on physical appreance, dan social

20 comparison yang didefinisikan sebagai kecenderungan untuk membandingkan penampilan fisik dengan orang lain. Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Thompson, Heinberg, Altabe, & Tantleff-Dunn (1999) social comparison merupakan kecenderungan seseorang dalam membandingan penampilan dirinya dengan orang lain. 2. Aspek-aspek Social Comparison Dalam penelitian ini, social comparison dinilai dengan menggunakan aspek penampilan fisik. Schaefer dan Thompson (2014) mengungkapkan lima aspek penampilan fisik yang digunakan dalam social comparison, antara lain : a. Physical appearance (penampilan fisik) Merujuk pada mambandingkan penampilan fisik dengan orang lain b. Weight (berat tubuh) Individu membandingkan berat atau bobot tubuh yang dimiliki dengan orang lain c. Body shape (bentuk tubuh) Kecenderungan individu membandingkan bentuk tubuh dengan bentuk tubuh yang dimiliki dengan bentuk tubuh orang lain d. Body size (ukuran tubuh) Merujuk pada membandingkan atribut fisik yang dimiliki dengan atribut fisik orang lain. Laki-laki cenderung membandingkan atribut fisik

21 seperti tinggi badan atau otot-otot. Perempuan cenderung membandingkan ukuran tubuh seperti lingkar pinggul, lingkar dada e. Body fat (lemak tubuh) Kecenderungan individu untuk membandingkan area tubuh yang memiliki lemak dengan area tubuh orang lain. C. Hubungan antara Social Comparison dan Body Dissatisfaction pada Remaja Perempuan Ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction) merujuk pada diskrepansi antara penampilan fisik yang dimiliki individu dengan tubuh ideal. Individu yang berorientasi pada penampilan fisik akan mengembangkan perilaku gangguan makan akibat ketidakpuasan bentuk tubuh. Hall (2009) mendefinisikan body dissatisfaction sebagai evaluasi negatif individu pada satu figur atau bagian tubuh yang dimiliki. Body dissatisfaction pada remaja perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah social comparison. Hardit dan Hannum (Curtis & Loomans, 2014) menjelaskan bahwa perempuan muda akan sering membandingkan dirinya dengan teman sebaya, dan menempatkan diri pada risiko yang lebih besar dari ketidakpuasan tubuh dan gangguan makan dibandingkan dengan perempuan muda yang tidak melakukan perbandingan sosial (social comparison).

22 Secara teoritis, Thompson dkk (Preedy, Watson, & Martin, 2011) menjelaskan bahwa individu menginternalisasi bentuk tubuh ideal sebagai hasil dari perbandingan yang diperoleh dari pengaruh sosiokultural (orangtua, teman sebaya, media) yang kemudian berimplikasi pada ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction). Schaefer dan Thompson (2014) mengungkapkan adanya perbandingan penampilan berkorelasi pada body dissatsifaction dan gangguan makan pada wanita. Dapat dikatakan, remaja perempuan yang lebih sering melakukan perbandingan dengan atribut fisik akan mengalami ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction). Dalam melakukan perbandingan atribut fisik, Schaefer dan Thompson (2014) mengungkap lima aspek penampilan diantaranya penampilan fisik (physical appearance) merujuk pada membandingkan penampilan fisik dengan orang lain. Remaja perempuan yang memiliki perbandingan sosial yang tinggi, dapat dilihat dari seberapa sering melakukan perbandingan penampilan fisik secara keseluruhan seperti tinggi badan, berat badan, bentuk wajah, bentuk hidung, warna kulit ketika bertemu orang lain dalam berbagai konteks atau situasi yang terjadi di sekelilingnya. Semakin tidak ideal penampilan fisik yang dimiliki, maka semakin besar kecenderungan remaja perempuan mengalami body dissatisfaction. Selanjutnya, aspek berat badan (weight) merujuk pada membandingkan berat badan dengan orang lain. Remaja perempuan yang memiliki perbandingan sosial yang tinggi, dapat dilihat dari seberapa sering

23 membandingkan berat badannya dari hasil timbangan badan dengan teman sebaya atau orang lain yang dianggap menarik. Remaja perempuan yang melakukan perbandingan berat badan akan mengalami body dissatisfaction, apabila selama proses membandingkan terjadi distraksi antara berat badan yang dimiliki dengan berat badan ideal. Hal ini diperkuat oleh Heatherthon dan Hebl (1998) menjelaskan bahwa remaja yang kelebihan berat badan baik secara objektif dan subjektif, cenderung memiliki citra tubuh yang negatif. Jones (2001) juga menemukan bahwa perbandingan berat badan menjadi salah satu faktor utama body dissatisfaction pada remaja perempuan. Aspek bentuk tubuh (body shape) merujuk pada perbandingan bentuk tubuh yang dimiliki dengan orang lain. Remaja perempuan yang memiliki perbandingan sosial yang tinggi, dapat dilihat dari seberapa sering membandingkan bentuk tubuhnya seperti bentuk wajah, bentuk hidung, bibir, jenjang kaki. Semakin sering remaja perempuan melakukan perbandingan bentuk tubuh, maka semakin besar kecenderungan dalam mengembangkan body dissatisfaction. Conti, Frutuoso, dan Gambardella (Kaneshima & Souza-Kaneshima, 2011) menjelaskan bahwa perempuan yang terlalu merendahkan bentuk tubuhnya, dapat menyebabkan perubahan citra tubuh dan ketidakpuasan tubuh. Aspek perbandingan ukuran tubuh (body size) merujuk pada membandingkan ukuran tubuh yang dimiliki dengan orang lain. Remaja

24 perempuan yang memiliki perbandingan sosial yang tinggi, dapat dilihat dari seberapa sering membandingkan ukuran tubuhnya seperti ukuran dada, lingkar pinggul, tinggi badan dengan perempuan lain yang dianggap menarik. Semakin tidak ideal ukuran tubuh yang dimiliki, maka semakin besar kecenderungan remaja perempuan mengalami body dissatisfaction. Aspek lemak tubuh (body fat) merujuk pada membandingkan area tubuh yang memiliki lemak. Remaja perempuan yang memiliki perbandingan sosial yang tinggi, dapat dilihat dari seberapa sering membandingkan area tubuh yang memiliki lemak dengan perempuan lain. Remaja perempuan yang terlalu fokus pada area tubuh yang memiliki kelebihan atau kekurangan lemak tubuh, cenderung memiliki citra tubuh negatif (body dissatisfaction). McCabe dan Ricciardelli (2004) menjelaskan bahwa remaja perempuan yang telah pubertas, cenderung tidak puas dengan perubahan terkait peningkatan lemak tubuh. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian adalah ada hubungan positif antara social comparison dan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Semakin tinggi social comparison maka semakin tinggi body dissatisfation pada remaja perempuan. Sebaliknya, semakin rendah social comparison maka semakin rendah body dissatisfaction pada remaja perempuan