Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS TEGANGAN PADA CABANG PIPA

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

1. Project Management Awareness

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II TEORI TEGANGAN PIPA DAN PERANGKAT BANTU ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

PERHITUNGAN TEGANGAN PIPA DARI DISCHARGE KOMPRESOR MENUJU AIR COOLER MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.10 PADA PROYEK GAS LIFT COMPRESSOR STATION

ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROPYLENE PROJECT (ROPP)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

BAB V METODOLOGI. Mulai

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

EVALUASI DISAIN INSTALASI PIPA FRESH FIRE WATER STORAGE TANK

Jurnal Teknika Atw 1

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT I DAN UNIT II MENUJU HEAT EXCHANGER DI PLTU BELAWAN

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB II LANDASAN TEORI. Ribuan tahun yang lalu, sistem pipa sudah dikenal dan digunakan oleh

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel)

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERANCANGAN DAN ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB II TEORI ANALISA TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

BAB II DASAR TEORI. = Tegangan (N/m = Gaya yang diberikan (N)

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

E = Regangan Adapun regangan didapat dari rumus di bawah (Smith dan Van Laan, 1987) : l f l o ε = lo (2.2) l ε = l o (2.3) Gambar 2.1. Contoh Bentuk R

ANALISA TEGANGAN STATIK SISTEM PERPIPAAN PADA TANGKI MINYAK (OIL TANK) DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II v.5.10

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Bab II STUDI PUSTAKA

Gambar 1.1 Sistem perpipaan steam 17 bar

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

PUNTIRAN. A. pengertian

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

PERANCANGAN MESIN VACUUM FRYING DAN ANALISA THERMAL TABUNG VACUUM MENGGUNAKAN SOFTWARE CATIA P3 V5R14. Ridwan, ST., MT *), Sugeng Dwi Setiawan **)

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

NAJA HIMAWAN

Bab 5 Analisis Tegangan Ultimate dan Analisis Penambahan Tumpuan Pipa

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa 4th failure February 13 1st failure March 07 5th failure July 13 2nd failure Oct 09 3rd failure Jan 11 Gambar 2.1 Riwayat Terjadimya Kegagalan Pada Sistem Perpipaan Kegagalan yang terjadi di PLTU terjadi lima kali mulai dari maret 2007 sampai juli 2013 dapat dilihat pada gambar 2.1. Kegagalan tersebut ditandai dengan kebocoran dan pergeseran atau perpindahan pada pipa. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan kembali analisis tegangan pipa untuk mengetahui penyebab dan solusi untuk permasalahan kali ini. 2.1.1 Kondisi Menurut Lapangan Pada titik 830 memakai sliding support berupa klem support, Support terangkat sejauh 40 mm, dan bergeser ke arah utara 150 mm. Gambar 2.2 Kondisi Node 830 3

Pada titik 820 memakai sliding support berupa klem support, Support terangkat sejauh 30 mm, dan bergeser ke arah selatan 60 mm. Gambar 2.3 Kondisi Node 820 Pada titik 810 memakai spring support, Support terangkat sejauh 30 mm, dan bergeser ke arah selatan. Gambar 2.4 Kondisi Node 810 Pada titik 800 memakai sliding support, Support terangkat sejauh 110 mm, dan bergeser ke arah selatan. Gambar 2.5 Kondisi Node 800 4

Pada titik 795 memakai guide support, gap hanya pada guide sebelah barat sebesar 2 mm sementara yang lainnya menempel pada beam Gambar 2.6 Kondisi Node 795 2.2 Spesifikasi Desain Pipa Menurut Lapangan Gambar 2.7 Desain Pipa Menurut Lapangan Spesifikasi dari desain pipa Panjang pipa = 159.97 ft Jenis tumpuan = constan support dan hanger spring. Material pipa = astm a 335 p.11 sch 80 temperatur = 752 F 5

Gambar 2.8 Pipe Properties 2.3 Piping Stres Analysis Tujuan utama dari piping stress analysis adalah untuk memastikan beberapa hal seperti Keselamatan sistem perpipaan termasuk semua komponennya, Keselamatan sistem peralatan yang berhubungan langsung dengan sistem perpipaan dan struktur bangunan pendukung sistem tersebut, defleksi pipa agar tidak melebihi limitasinya. Adapun beberapa macam mode kegagalan yang bisa terjadi pada suatu sistem perpipaan, Para piping engineer bisa melakukan tindakan pencegahan untuk melawan mode kegagalan tersebut dengan melaksanakan stress analysis berdasarkan ketentuan dan aturan dalam dunia perpipaan. Dua macam mode kegagalan yang biasa terjadi pada pipa adalah sebagai berikut: - Kegagalan karena tegangan yield (material melebihi deformasi plastis) - Kegalalan karena fracture (material patah sebelum sampai batas tegangan luluhnya) Static stress analysis adalah sebuah analisa perhitungan pada pipa untuk memastikan nilai dari semua tegangan (stress) akibat beban statis tidak melebihi dari limitasi yang diatur oleh aturan atau standar tertentu. Biasanya, pada piping engineer menggunakan aturan (standard) yaitu ASME B31.3 sebagai panduan untuk melakukan dan menganalisa static stress. ASME 6

B31.3 mengatur semua masalah perpipaan mulai dari limitasi propertis yang dibutuhkan, sampai pada pembebanan yang memperhitungkan kondisi pressure, berat struktur dan komponennya, gaya impact, gaya angin, gaya gempa bumi secara horizontal, getaran (vibrasi), thermal expansion, perubahan suhu serta perpindahan posisi tumpuan anchor. Pendektan dalam metode perhitungan stress analysis makin menunjukkan kemajuan ketika R. H. Tingey dalam tulisannya berjudul Method Of Calculation Thermal Expansion Stresses In Piping pada tahun 1934 memperkenalkan apa yang disebut dengan Virtual Center Of Gravity Or Elastic Center. Salah satu tonggak keberhasilan pengembangan perhitungan stress analysis adalah ketika departemen engineering dari perusahaan Standard Oil Co ( Indiana ), menampilkan dalam bentuk laporan internal perusahaan pada tahun 1932, yang pada intinya mengatakan bahwa koefisien bentuk dari planalar tambahan adalah merupakan turunan dari bentuk dasar melalui proses permutasi lingkaran dari sumbu koordinat. Hal ini kemudian ditampilkan pada edisi pertama buku Design Of Piping Systems oleh The M. W. Kellogg Company pada tahun 1941. Pada buku tersebut, juga diberitakan bahwa sebagai tambahan dari pendekatan yang murni teknikal analysis, maka pada tahun 1945 dikenalkanlah metode grapho-analytical oleh S.Crocker dan A.McCutchan pada buku Piping Handback terbitan McGraw-Hill Book Co, New York. 2.4 Pengaruh Tegangan Terhadap Pipa Tegangan adalah besaran vektor yang selain memiliki nilai juga mempunyai arah. Nilai dari tegangan didefinisikan sebagai gaya (F) per satuan luas (A). Untuk mendefinisikan arah pada tegangan pipa, sebuah sumbu prinsip pipa dibuat saling tegak lurus seperti terlihat pada gambar di bawah ini Gambar 2.9 Prinsip Tegangan 7

Sumbu yang terletak di bidang tengah dinding pipa dan salah satu arahnya yang sejajar dengan panjang pipa disebut sumbu axial atau longitudinal. sumbu yang tegak lurus terhadap dinding pipa dengan arahnya bergerak dari pusat pipa menuju keluar pipa disebut sumbu radial. sumbu yang sejajar dengan dinding pipa tapi tegak lurus dengan sumbu axial disebut dengan sumbu tangensial atau sirkumferensial. Analisa Tegangan pipa adalah suatu metode terpenting untuk meyakinkan dan menetapkan secara numerik bahwa sistem perpipaan dalam engineering adalah aman, atau suatu cara perhitungan tegangan (stress) pada pipa yang diakibatkan oleh beban statis dan beban dinamis yang merupakan efek resultan dari gaya gravitasi, perubahaan temperatur, tekanan di dalam dan diluar pipa, perubahan jumlah debit fluida yang mengalir di dalam pipa dan pengaruh gaya seismik. Analisa tegangan pipa dilakukan untuk memastikan rute pipa, beban pada nozzle, dan penyangga (support) pipa telah dipilih dan diletakkan tepat pada tempatnya sehingga tegangan (stress) yang terjadi tidak melebihi batas besaran maksimal tegangan yang diatur oleh Code dan Standard Internasional (ASME, ANSI, API, DNV dan lain-lain). Melakukan sebuah analisa tegangan pipa biasanya para piping engineer memakai pendekatan finite element method dengan memakai beberapa softwareumum di dunia perpipaan yaitu caesar II, AutoPipe. Dalam tugas akhir ini akan digunakan AutoPIPE. 2.4.1 Tegangan Yang Terjadi Tegangan yang terjadi dapat di bedakan menjadi 2 jenis yaitu : 1. Tegangan Longitudinal / longitudinal stress Gambar 2.10 Tegangan Longitudinal 8

Tegangan longitudinal adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan pipa seperti gambar 2.10, gaya tersebut pararel dengan arah pipa. dapat di samakan pula dengan arah aksialnya, tapi perlu di bedakan Antara beban dengan tegangan seperti gambar 2.11 F = tekana X luas penampang = P. Gambar 2.11 Arah Tekanan Dalam Pipa = = = Dimana : P = tekanan (Psi) (2.1) = tegangan (lbf/ ) t = tebal pipa (in) 2 Circumferintal stress atau hoop stress Gambar 2.12 hoop stress 9

Tegangan circumferintal atau sebagian menyebutnya juga dengan hoop seperti gambar 2.12, yaitu tegangan yang arahnya tangensial terhadap area potong pipa. maksudnya seperti ini, kalau keadaan yang lebih buruk maka circumferintal ini akan membelah pipa menjadi dua bagian. Gaya yang membelah pipa itulah gaya cirkumferintal, kalau kita lihat pada lasan pipa, di situlah kira-kira gaya hoop stress yang akan terjadi. Circumferintal strees kadang dikenal dengan tangensial stress seperti gambar 2.13. Fy =0 p.d-( + ).t = 0 p.d 2.t= 0 Gambar 2.13 Circumferintal Stress = (2.2) keterangan : P = tekanan (Psi) = tegangan hoop (lbf/ ) t = tebal pipa (in) Setelah menggunakan persamaan 2.1 dan 2.2 maka di dapat hoop stress sebesar 6972.18 Psi dan longitudinal stress sebesar 3486.09 Psi, selanjutnya dibandingakan dengan tegangan dari material ASTM A 335 P 11, sehingga didapat tensile strengh 60190.66 Psi dan tegangan yeild strengh 29732.73 Psi. Kesimpulannya tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangn dari material tersebut, sehingga penggunaan material tersebut aman. 10

2.5 Defleksi Pada Pipa Defleksi adalah perubahan bentuk pada Pipa dalam arah y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada Pipa. Deformasi pada Pipa secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi Pipa dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari posisi awal ke posisi akhir setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan awal dikenal sebagai kurva elastis dari Pipa. Gambar memperlihatkan Pipa pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar adalah Pipa dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan. Gambar 2.14 (a) Pipa sebelum terjadi deformasi,(b) Pipa dalam konfigurasi terdeformasi Defleksi karena beban merata dari berat pipa nya dapat di lihat pada gambar 2.15 di bawah ini. cara perhitungan defleki dapat dihat pada pada persamaan di bawah ini : δ= (2.3) Dimana: q = berat pipa persatuan panjang (lb/ft) L = panjang pipa (ft,in) E = modulus elastisitas pipa (Psi) I = momen inersia (in^4) 11

Gambar 2.15 Pembebanan Pipa Menyeluruh Defleksi karena beban yang diberikan dapat dilihat pada gambar 2.16 di bawah ini. cara perhitungan defleki dapat dilihat pada pada persamaan di bawah ini : δ= (2.4) Dimana : p = beban (lb) L = panjang pipa (ft,in) E = modulus elastisitas pipa (psi) I = momen inersia ( ) Gambar 2.16 Pembebanan Pada Ujung Pipa Pertambahan panjang pada pada pipa karena temperatur dapat dihitung dengan persamaan berikut ini : e = 12

(2.5) Dimana : pertambahan panjang (in) = koefiien thermal material (in/100ft) T = temperatur ( F) Pengaruh temperatur pada Pipa akan menimbulkan pertambahan panjang biasanya di sebut dengan elongasi. Pada tugas akhir ini menggunakan material ASTM A355 P11 dengan keterangan material propertis seperti gambar 2.17 Gambar 2.17 Material Properties Elongasi pada material ini 30% artinya material tersebut bertambah panjang maksimal 36 mm sedangkan pada data dari perusahaan pertambahan panjang terbesar adalah 150 mm sehingga dapat di simpulkan kegagalan tersebut diakibatkan oleh ekspansi thermal atau bertambah panjang karena temperatur. 2.6 Reaksi Tumpuan Dari suatu sistem perpipaan yang menerima kondisi pembebanan statik harus ditumpu dengan tumpuan jenis tumpuan statik. Beberapa tipe tumpuan yaitu tipe slide shoe, guide dan anchor. Salah penempatan tumpuan pada sistem perpipaan yang menerima kondisi pembebanan statik dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada sistem perpipaan tersebut. X1 F x Gambar 2.18 Diagram Benda Bebas 13

Mencari reaksi tumpuan dan momen pada gambar 2.18 dapat dilihat pada persamaan 2.6 dan persamaan 2.7. ( ) ( ) (2.6) (2.7) Dimana : q = berat pipa (lbf) X = panjang pipa (in) X1= panjang tengah pipa (in) F = gaya yang diberikan (lbf) 2.7 Pemasangan Expansion Loop Pada Sistem perpipaan. Pemasangan expansion loops yang diperlukan oleh sistem pipa dalam arah tegak lurus untuk menyerap ekspansi termal yang terjadi seperti gambar 2.19. Expansion loops lebih aman dibandingkan dengan expansion joints, tetapi memerlukan lebih banyak ruang. Gambar 2.19 Expantion Loop Manfaat pemasangan expansion loop adalah sebagai berikut : 1. Mencegah kegagalan pipa atau tumpuan akibat overstress/fatigue. 2. Mencegah kebocoran pada sambungan. 3. Mencegah terjadinya distorsi pada pipa atau pada sambungan dengan peralatan lain (pompa, vessel), yang diakibatkan oleh adanya gaya dan momen yang berlebih pada sistem perpipaan. 14

2.7.1 Perancangan Expansion Loop Langkah pertama dalam pengerjaan perancangan Expansion Loop haru menentukan besaran atau harga dari loop sendiri. Berikut langkah-langkah sebagai berikut : Langkah pertama menentukan tinggi dan lebar loop beserta panjang kaki loop dengan perhitungan sebagai berikut : (2.8) Setelah hasil tersebut didapat maka hasil tersebut dipakai untuk menentukan besaran k1 dan k2 pada gambar 2.12 berikut : Gambar 2.20 Curves Desain Of Loop 15

Persamaan atau besaran k1 dan k2 digunakan untuk mencari H dan W. dapat dilhat pada persamaan sebagai berikut : (2.9) H = k2 x l (2.10) Setelah merancang loop kemudian menghitung ulang reaksi tumpuan beserta perpindahan berdasarkan AutoPIPE dan metode kellog. Berikut penjelasan mengenai perhitungan reaksi tumpuan. Gambar 2.21 Curves Desain Of Loop 16

(2.11) Dimana : F = reaksi tumpuan (lbf) Δ = expansi thermal (in) L = panjang pace pipa ( F) Untuk mencari A1 dapat dilihat pada gambar 2.21. 17