Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III ISU ISU STRATEGIS

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi Situ, maka ada kecenderungan untuk memperlakukan Situ sebagai daerah belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

WALIKOTA BANJARMASIN

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan. ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah yang tetap.

KURANGNYA DAERAH RESAPAN AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 85/PUU-XI/2013, TGL 18 FEBRUARI 2015.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

Transkripsi:

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1

Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai di Indonesia, yang memiliki fungsi sebagai penyangga kehidupan termasuk memberikan manfaat bagi manusia seperti untuk irigasi pertanian, pasokan air minum, budidaya perikanan, sarana transportasi, sumber energi untuk kelistrikan san sumber penghidupan lainnya. Besarnya peranan sungai, membuat semua pihak berkepentingan terhadap sumber daya sungai. 2

Dasar Hukum Pengaturan Tentang Sungai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Pasal 7 tercantum fungsi sungai yaitu sebagai sumber air yang berfungsi serbaguna bagi manusia. 3

PP No.35 Tahun 1991 tentang Sungai Penekanan PP tersebut jelas mengatur sungai untuk pemanfaatan sungai bagi kebutuhan manusia yakni pertanian, perikanan, perhubungan, sarana dan prasarana (lebih mengatur eksploitasi sungai dari pada pelestarian sungai). 4

Potret kerusakan sungai di perkotaan 1. Perbandingan debit maksimum dan minimum semakin senjang sehingga banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau; 2. Kapasitas palung mengecil akibat erosi dan penyumbatan dan tidak mampu menampung volume banjir; 3. Hilangnya vegetasi di daerah hulu akibat ilegal logging dan ladang berpindah; 4. Pemanfaatan air meningkat melampaui ketersediaan air; 5. Menurunnya kondisi fisik dan kualitas lingkungan sungai akibat pencemaran lingkungan; 6. Perubahan alur sungai yang drastis karena pembangunan; 7. Pencemaran sungai yang melewati kota terpolusi; 8. Degradasi dasar sungai; 9. Terbentuknya perpindahan sungai yang tdk menentu. 5

Sungai Bengawan Solo Idealnya:lebar 300 meter. namun kondisi saat ini lebar sungai hanya 160-180 meter. Bengawan Solo meluap setiap musim hujan. Penyebabnya diantaranya, aliran sungai mulai dangkal karena ada sedimentasi dari lahan pertanian dan hilangnya sempadan sungai menyebabkan air hujan yang jatuh, langsung menuju sungai. Pada sepanjang hulu dan sempadan Bengawan Solo terjadi erosi. Hal ini di sebabkan karena pada sungai bengawan solo marak berbagai penambangan pasir, terutama yang diusahakan secara besar-besaran dengan mesin penyedot 6

Oleh sebab diatas menimbulkan potensi konflik atas pemenuhan air yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang semakin tinggi, utamanya pada kawasan perkotaan yang memiliki penduduk yang padat karena arus urbanisasi dan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, intensitas perekonomian yang tinggi, dimana perkotaan punya keterbatasan ruang dan sumber air. 7

Garis Sempadan Sungai Undang-Undang No 7 Thn 2004 ->Pasal 21 (1) dan (2) g: Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air & lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan/gangguan alam dan tindakan manusia melalui pengaturan daerah sempadan sumber air; ->Pasal 27 (3): Penetapan zona pemanfaatan SDA dilakukan dengan memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi garis sempadan sumber air. 8

Tujuan Penetapan Garis Sempadan Menurut Permen PU No.63/PRT/1993, Bab I: Garis Sempadan adalah garis batas luar pengamanan sungai. Tujuan penetapannya: memberikan batasan daerah sempadan sungai, di kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai sehingga fungsi sungai tidak terganggu. 9

Masalah Banjir Adanya bangunan permukiman di daerah bantaran dan bangunan menjorok ke sungai mengakibatkan alur sungai menyempit dan daerah bantaran tidak lancar air pada saat sungai meluap. Sungai dijadikan tempat membuang limbah, sehingga kualitas&kuantitas air menurun dan pengendapan di dasar sungai bertambah, kapasitas alur sungai jadi menurun, daya tampung alur terhadap aliran air berkurang. 10

Untuk itu, diperlukan penyatuan keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat secara aktif dalam upaya penyelesaian masalah itu. 11

Untuk penanganan permasalahan diatas Pemerintah juga membentuk wadah koordinasi yaitu Dewan Sumber Daya Air tingkat nasional dan tingkat provinsi/kabupaten/kota dan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Diharapkan dapat mengoptimalkan upaya penanganan melalui pola dan rencana Pengelolaan Sumber Daya Air, didukung stakeholder dan perangkat pendukungnya menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat serta kelestarian sungai. 12

Peraturan Baru tentang Sungai PP No 35 Thn 1991 condong mengatur eksploitasi sungai, kelestarian dan perlindungan sungai kurang perhatian memadai sehingga harus direvisi kembali. RPP tentang Sungai agar disesuaikan dengan UU No 7 Tahun 2004 dengan memasukkan aspek konservasi dan pemanfaatan SDA. 13

Konsep pengelolaan sungai Meliputi: Konservasi, pengembangan, pengendalian daya rusak air. Tahap pengelolaan yaitu: Penyusunan program dan kegiatan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Dilaksanakan berdasar NSPK yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. 14

Konservasi 1. Adanya kerjasama Pemerintah dan masyarakat sepanjang Daerah Aliran Sungai untuk penanganan sampah, budidaya pohon, dan pengembangan kawasan wisata. 2. Tujuannya untuk membangun dan menata kembali kawasan pemulihan di bantaran sungai. 15

Pengembangan sungai 1. Pemanfaatan sungai untuk memenuhi kebutuhan pokok (rumah tangga, industri, pembangkit listrik) dan irigasi pertanian. 2. Diperkenankan sepanjang tidak menimbulkan pencemaran dan mengakibatkan aliran sungai terganggu. 3. Mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung lingkungan 16

Pengendalian daya rusak air Yaitu melakukan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan resiko banjir/bencana akibat air yg terbagi dua yaitu: a. resiko besaran banjir; dan b. resiko kerentanan banjir. Contoh: pembuatan tanggul, membuat resapan air. 17

Selain itu, perlu ada pengenalan dan penerapan teknologi baru untuk pengelolaan kualitas air dan ditingkatkan untuk mendukung penyediaan air baku 18

Disamping itu harus ada peningkatan kesadaran dan kepeduliaan semua pihak dalam mengelola sungai-sungai diperkotaan. 19