PAPAN SEMEN-GYPSUM DARI CORE-KENAF (Hibiscus cannabinus L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGERASAN AUTOCLAVE

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT YANG TERBUAT DARI LIMBAH KAYU SENGON DAN KARTON DAUR ULANG

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT BERLAPIS FINIR DARI SABUT KELAPA DAN PLASTIK POLIETILENA DAUR ULANG: VARIASI UKURAN PARTIKEL SABUT KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasanuddin, Makassar 2 Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar. ABSTRACT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE)

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN KONSENTRASI CaCl 2

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

LAMPIRAN. Lampiran 1. Nilai kerapatan papan semen pada berbagai perlakuan Anak petak

BAB III METODE PENELITIAN

Karakteristik Fisis dan Mekanis Papan Semen Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolacea Widjaja) dengan Dua Ukuran Partikel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI BATANG SINGKONG DAN LIMBAH PLASTIK BERDASARKAN PELAPISAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU

METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KUALITAS PAPAN PARTIKEL BEREMISI FORMALDEHIDA RENDAH DARI LIMBAH INTI KENAF (Hibiscus cannabinus L.) DESY NATALIA KOROH

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

PENGUJIAN SIFAT FISIS-MEKANIS DAN NONDESTRUKTIF METODE GELOMBANG SUARA PAPAN WOL SEMEN BERKERAPATAN SEDANG-TINGGI BAMBU BETUNG (DENDROCALAMUS ASPER)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT UREA FORMALDEHIDA DAN BAHAN PENGISI STYROFOAM TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan

Pengaruh Jumlah Perekat Asam Sitrat terhadap Sifat Fisika Mekanika Papan Komposit dari Serat Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG SAGU DAN PLASTIK POLIPROPILENA (PP) BERLAPIS FINIR DAN BAMBU

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL BERBAHAN DASAR SABUT KELAPA (Cocos nucifera L.) SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN GYPSUM BERBAHAN PENGISI ALTERNATIF LIMBAH SERUTAN ROTAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI BAMBU ANDONG DAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN PERLAKUAN OKSIDASI SUHASMAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KETAHANAN FIBER-PLASTIC

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA

Ira Lestari Simbolon 1, Tito Sucipto 2, Rudi Hartono 2 1 Alumni Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl.

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.

PENGARUH BESARAN KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN KAYU. (The Effect of Pressing Rate on Wood Shaving Particleboard Properties)

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

PEMBUATAN PAPAN SEMEN DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera L.) HERDIYAN SETIADHI

PENGARUH PERENDAMAN SERUTAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DALAM LARUTAN ASAM ASETAT DAN ACETIC ANHYDRIDE TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL

Kampus USU (Penulis Korespondensi: 2 Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK PAPAN COM-PLY DARI CAMPURAN KAYU SAWIT DAN KORAN BEKAS. Oleh/By :

Abstrak OPTIMUM OF PALM FIBERS ADDITION ON MECHANICAL PROPERTIES FOR CEMENT-GYPSUM BOARD. Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

PENGARUH LAMA PERENDAMAN PARTIKEL, MACAM KATALIS DAN KADAR SEMEN TERHADAP SIFAT PAPAN SEMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH KADAR PEREKAT TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL BAMBU ( Effect of resin portion on bamboo particleboard properties )

BAB III BAHAN DAN METODE

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL

Kualitas Papan Partikel Kenaf. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(1): (2008) Surdiding RUHENDI

SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN PARTIKEL JERAMI PADI Mechanical and physical properties of particleboard rice straw

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN KONSENTRASI PEREKAT BERBEDA

Transkripsi:

12 PAPAN SEMEN-GYPSUM DARI CORE-KENAF (Hibiscus cannabinus L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGERASAN AUTOCLAVE Cement-Gypsum Board from Core-Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Using Curing AutoclaveTechnology Rohny Setiawan Maail, Dede Hermawan,Yusuf Sudo Hadi ABSTRACT Cement and gypsum bonded cellulosic fiber reinforced materials are ultimately ideal ecological building products. Their capability to use industrial coproducts and wastes as both their matrix material make its reinforcement also environmentally sustainable products. The objective of this study was to evaluate the effect of proportion cement-gypsum and curing autoclave time on the properties of cement gypsum board from core-kenaf. Three levels of proportion cement and gypsum were applied, namely; 4:6, :, and 6:4, where cements contain at face-back layers and gypsum contain at core layers. Five levels of curing autoclave time were applied, namely ; conventional curing 2 weeks (control), curing autoclave 2, 4, 8, and 16 hours. CaCl 2 3% and Borax 2 % was used as an accelerator and retarder. The physical and mechanical properties of cement-gypsum board were observed in according to JIS A 417-1992. The results show that the physical and mechanical properties were gain on proportion of cement-gypsum 6:4 with 8 hours curing autoclave. Key words : Core-kenaf, Cement-gypsum board, Autoclave PENDAHULUAN Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) sebagai salah satu tanaman penghasil serat memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku produk pengganti kayu bulat. Tanaman yang termasuk dalam famili Malvaceae ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, biasanya dipanen pada umur 12 14 hari (Dempsey 197). Dengan diameter 3 mm, kenaf dapat menghasilkan serat sekitar 4,4 ton/ha. Setelah diambil seratnya, tanaman ini menghasilkan hasil ikutan (By Product) berupa core atau inti kenaf. Dalam satu hektar dapat dihasilkan core-kenaf kering udara (kadar air 1%) 6 8 ton (Sastrosupadi 1984). Ini merupakan hasil ikutan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku papan semengypsum. Melihat kepada perkembangan papan semen hingga saat ini, disamping memiliki kelebihan stabilitas dimensi yang tinggi, namun memiliki masalah dimana waktu pengerasan semen (curing) yang relatif lama yaitu minimal 28 hari (± 1 bulan) dan merupakan jenis panel yang cukup berat. Dibandingkan dengan papan gypsum, papan gypsum memiliki kelebihan dimana merupakan panel yang ringan dan mudah dalam pengerjaan. Namun kelemahan utama dari papan gypsum adalah mudah menyerap air serta mempunyai kekuatan yang rendah. Salah satu cara untuk mengatasi semua permasalahan dari papan semen dan papan gypsum tersebut di atas adalah dengan membuat papan semen-gypsum (subtitusi semen dengan gypsum pada beberapa proporsi tertentu) dengan perlakuan pengerasan (curing) autoclave. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi semen-gypsum dan waktu curing autoclave terhadap sifat fisis dan mekanis papan semen-gypsum dari core-kenaf dan menentukan jenis proporsi semen-gypsum serta waktu curing autoclave terbaik dalam pembuatan papan semen-gypsum dari core-kenaf serta keunggulannya dibanding proses pembuatan papan semen-gypsum dengan curing konvensional selama 2 minggu. BAHAN DAN METODE Persiapan Bahan dan Pengukuran Suhu Hidrasi Penelitian ini dilakukan dengan bahanbahan antara lain partikel dari core-kenaf (Hibiscus cannabinus L.) berumur 4 bulan, berbentuk slivers dengan ukuran partikel antara 2-3 mm yang diperoleh dari PT. Abadi Barindo Autotech (PT. ABA), serta perekat berupa semen Portland dan gypsum. Sebelum proses

Hydration Temperature ( o C ) 13 pembuatan papan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu hidrasi untuk melihat kesesuaian core-kenaf sebagai bahan baku papan semen-gypsum dan hasil pengukuran dikelompokkan dalam standar pengukuran suhu hidrasi berdasarkan standar LPHH Dephut (Kamil 197). Pembuatan Papan Papan semen-gypsum dibuat dengan ukuran 3 cm x 3 cm x 1,2 cm dengan sasaran kerapatan 1,2 g/cm 3. Papan semen-gypsum yang dibuat dari semen, gypsum dan partikel corekenaf ini dibentuk dengan formulasi untuk lapisan face dan back papan dari campuran semen, partikel core-kenaf dan air dengan perbandingan 2,:1:1,2 (Hermawan 21). Sedangkan untuk lapisan tengah papan dibuat dari campuran gypsum, partikel core-kenaf dan air dengan perbandingan 3:1:1, (Febrianto 1986). Bahan tambahan yang digunakan antara lain accelerator CaCl 2 (3%)dan retarder boraks (2%). Pengujian Papan Pengujian sifat fisis dan mekanis papan semen-gypsum dilakukan berdasarkan Japanesse Industrial Standard JIS A 417-1992 meliputi pengujian kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal dan linier, keteguhan rekat (IB), modulus eleastisitas (MOE), keteguhan patah (MOR) dan kuat pegang sekrup. Nilai yang dibandingkan adalah nilai rata-rata setiap perlakuan dengan kombinasinya dari masing-masing sifat yang diuji. Hasil pengujian diolah dengan menggunakan model Regresi Linier Berganda dengan dua peubah bebas yakni : 1) proporsi perbandingan semen-gypsum (berdasarkan berat) terdiri atas tiga taraf, yaitu 4:6, : dan 6:4; dan 2) waktu curing autoclave terdiri atas lima taraf, yaitu : curing konvensional (2 minggu), curing autoclave 2, 4, 8 dan 16 jam. Penelitian dilakukan dengan tiga ulangan sehingga terdapat 4 contoh uji. Suhu Hidrasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1 menunjukkan bahwa campuran gypsum dan air memiliki suhu hidrasi tertinggi yaitu 2 C dengan pencapaian suhu maksimum terjadi dalam waktu 2 menit, diikuti campuran gypsum, air dan serbuk kenaf dengan suhu hidrasi C; kemudian campuran gypsum, air, serbuk kenaf dan retarder boraks (2% dan %) sebesar 48 C dengan waktu pencapaian suhu maksimum yang hampir sama (36 dan 38 menit). Waktu ini tergolong singkat dibandingkan dengan waktu hidrasi semen. 4 4 3 3 2 2 Legend: 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12 13 14 1 16 17 18 19 2 21 22 23 24 Time (Hour) Figure 1. Grafic of hydration temperature Berbeda dengan gypsum yang mempunyai sifat cepat mengeras bila dicampur air, campuran semen dan air memiliki suhu maksimum 41 C dan dicapai dalam waktu 8 jam, sedangkan campuran semen, air dan serbuk kenaf memiliki suhu maksimum 38 C dicapai dalam waktu 1 jam. Jika ditambahkan accelerator CaCl 2 sebesar 2% dan % ke dalam campuran semen, air dan serbuk kenaf maka suhu maksimum yang terbentuk adalah 43 C dan 44 C dalam waktu 7 jam. Bila disesuaikan dengan pengelompokan suhu hidrasi semen oleh LPHH Dephut dalam Kamil (197) maka semua perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang tergolong baik karena suhu maksimum lebih besar dari 41 C. Hal ini memberikan indikasi bahwa kenaf (Hibiscus cannabinus L.) dapat digunakan atau sesuai sebagai bahan baku pembuatan papan semen-gypsum.

Density (g/cm 3 ) Water Content (%) 14 Kerapatan Nilai kerapatan papan berkisar dari 1, - 1,14 g/cm 3. Kerapatan tertinggi yaitu 1,14 g/cm 3 diperoleh pada papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam, sedangkan nilai kerapatan terendah yaitu 1, gr/cm 3 diperoleh pada papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu. Histogram kerapatan papan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. proporsi semen-gypsum maupun waktu curing autoclave yang digunakan dalam proses pembuatan papan dan berdasarkan JIS A 417-1992 yang mensyaratkan kadar air papan maksimal 16% maka nilai kadar air papan semen-gypsum yang dihasilkan seluruhnya memenuhi standar tersebut. 14 12 1 8 6 6.6 6.27 7.37 7.13 6.37.74 8.14 7.11 6.2 6.7 6.36 6.24 7.41 6.77 7.14 1.2 1. 1.9 1.11 1.9 1.1 1.9 1. 1.7 1.12 1.6 1.1 1.14 1.13 1.9 1. 4 2 Legend : 1..8.6.4.2. Conventional 1 22 34 48 16 : Proportion of Cement 4 : Gypsum 6 : Proportion of Cement : Gypsum : Proportion of Cement 6 : Gypsum 4 Figure 2. Histogram of board density kerapatan papan dipengaruhi oleh proporsi semen-gypsum tanpa dipengaruhi oleh waktu curing autoclave dan penggunaan proporsi semen yang lebih besar dari proporsi gypsum yaitu proporsi semen 6 dan gypsum 4 akan mempengaruhi kerapatan papan dimana kerapatan papan menjadi semakin tinggi dan mendekati kerapatan sasaran. Kadar Air Hasil pengukuran kadar air papan berkisar antara,74-8,14%. Gambar 3 menunjukkan bahwa papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing autoclave 4 jam memiliki kadar air tertinggi (8,14%), sedangkan nilai kadar air terendah didapat pada papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 2 jam (,74%). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa nilai kadar air papan semen-gypsum tidak dipengaruhi oleh 1 3 4 Conventional 2 4 8 16 Figure 3. Histogram of board water content Daya Serap Air Nilai daya serap air papan semen-gypsum seperti disajikan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa setelah perendaman selama 2 jam berkisar antara 1,7-2,27%, sementara daya serap air papan setelah perendaman selama 24 jam berkisar antara 21,7-34,39%. Nilai tertinggi setelah perendaman 2 jam didapat pada papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu (2,27%), sedangkan nilai terendah didapat pada papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam (14,14%). Setelah perendaman 24 jam, nilai daya serap air tertinggi didapat pada papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu (34,39%) dan nilai terendah didapat pada papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam (21,7%). nilai daya serap air papan dipengaruhi oleh proporsi semen-gypsum yang digunakan, baik setelah perendaman 2 jam maupun 24 jam; dimana proporsi gypsum yang semakin besar terhadap semen akan menyebabkan daya serap air papan setelah perendaman 2 jam dan 24 jam menjadi semakin tinggi. Nilai daya serap air papan semen-gypsum yang tinggi oleh papan yang memiliki proporsi gypsum lebih besar dari

Linear Expansion (%) Thickness Swelling (%) Water Absorption (%) 1 semen disebabkan karena kandungan gypsum dengan sifat absorben air yang lebih besar, sehingga memberi peluang menyerap air lebih banyak. Sebagaimana yang dijelaskan Simatupang et al. (1989), hal ini disebabkan sifat gypsum sebagai absorben air karena mengandung molekul hemihidrat (½H 2), sehingga mudah mengikat air dan air yang diikat semakin banyak dengan bertambahnya proporsi gypsum. 3 3 2 2 1 1 4: 6 2.27 Legend : 18. 34.39 23.9 17.16 23.96 1.7 23.21 2. 2.26 16.64 23.8 18.86 26.33 2.9 26.76 14.39 22.22 18.1 23.89 17.1 23.43 14.14 21.7 2.23 Conventional 1 2 43 84 16 26.89 18.42 2.41 17.8 6: 4 4: 6 4: 6 4: 6 4: 6 6: 4 6: 4 6: 4 6: 4 : After 2 hours immersion : After 24 hours immerson Figure 4. Histogram of board water absorption Untuk itu diperlukan papan semen-gypsum dengan daya serap air rendah yang menunjukkan stabilitas dimensi papan semen-gypsum yang tinggi yaitu papan semen-gypsum dengan proporsi semen lebih besar dari proporsi gypsum yakni semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam. Pengembangan Tebal Linier 2.47 dan Pengembangan Nilai pengembangan tebal papan (Gambar ) setelah perendaman 2 jam berkisar antara,21 -,91%, sementara setelah perendaman 24 jam berkisar antara,43-1,2%. Nilai tertinggi setelah perendaman 2 jam yaitu,91% didapat pada papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu, sedangkan nilai terendah yaitu,21% didapat pada papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam. Setelah perendaman 24 jam nilai tertinggi yaitu 1,2% didapat pada papan yang memiliki proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu, sedangkan nilai terendah yaitu,43% didapat pada papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam. Nilai pengembangan linier papan setelah perendaman selama 2 jam seperti terlihat pada Gambar 6 berkisar antara,7 -,23%, dan setelah perendaman 24 jam berkisar antara,9 -,31%. Nilai tertinggi setelah perendaman 2 jam yaitu,23% didapat pada papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing autoclave 2 jam, sedangkan nilai terendah yaitu,7% didapat pada papan yang memiliki proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam. Setelah perendaman 24 jam, nilai tertinggi yaitu,31% didapat pada papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu, sedangkan nilai terendah yaitu,9% didapat pada papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 16 jam. 1.2 1.8.6.4.91 1.2.4.73.38.68.36.87.1.73.38.83.4.79.2 4:6 4:6 4:6 4:6 4:6 6: 4 6: 4 6: 4 6: 4 6: 4 1 2 3 4 4 8 16 Conventional.36.7.28.62.27.47.4.77.21 Legend : See Figure 4 Figure. Histogram of board thickness sweelling.4.3.3.2.2.1.1...16.31.1.2.1.2.13.2.18.21.23.16.1.22.13.2.13.28.8.1.12 Conventional 1 2 43 84 16.18.43.7.9.31.17..22.23.49.12.3.1.1 4:6 4:6 4:6 4:6 4:6 6: 4 6: 4 6: 4 6: 4 6: 4 Legend : See Figure 4 Figure 6. Histogram of board linear expansion pengembangan tebal dan linier papan semengypsum tidak dipengaruhi oleh proporsi semen-.2.23

Internal Bond (kg/cm 2 ) Modulus of Elasticity (kg/cm 2 ) 88 18 1846 996 1139 1122 9471 897 1232 1236 1239 11869 1444 16623 16 gypsum dan waktu curing autoclave. Hal ini berarti bahwa walaupun sifat gypsum yang absorben air dan bisa berpengaruh terhadap pengembangan tebal dan linier papan, namun secara umum proporsi semen-gypsum dan waktu curing autoclave tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan dimensi papan khususnya pengembangan tebal dan linier papan. Berdasarkan JIS A 417-1992, yang mensyaratkan batas toleransi pengembangan tebal dan linier papan untuk tebal 12 mm adalah sebesar 8,3% (1 mm), maka semua jenis papan semen-gypsum yang dibuat memenuhi standar tersebut. Keteguhan Rekat (IB) Berdasarkan hasil pengujian seperti terlihat pada Gambar 7, keteguhan rekat (IB) papan berkisar antara 3,1-2,91 kg/cm 2. Nilai tertinggi yaitu 2,91 kg/cm 2 diperlihatkan oleh papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam, sedangkan nilai terendah yaitu 3, kg/cm 2 diperlihatkan oleh papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional 2 minggu. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa keteguhan rekat (IB) papan semen-gypsum dipengaruhi oleh proporsi semen-gypsum dan waktu curing autoclave. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya proporsi semen-gypsum dimana proporsi semen lebih besar terhadap gypsum, dan meningkatnya waktu curing autoclave dapat meningkatkan nilai keteguhan rekat pada papan yang dihasilkan. Berdasarkan JIS A417-1992 yang mensyaratkan nilai keteguhan rekat minimal 3,1 kg/cm 2 maka nilai keteguhan rekat papan semen-gypsum hasil penelitian seluruhnya memenuhi standar tersebut. Fenomena lain yang dapat dilihat pada saat pengujian keteguhan rekat papan semengyspum adalah pola kerusakan contoh uji dimana contoh uji papan semen-gypsum mengalami kerusakan (pecah) ketika diberikan gaya tarik secara berlawanan pada arah tegak lurus permukaan papan terjadi pada lapisan tengah yang terdiri atas gypsum bercampur partikel corekenaf, sedangkan lapisan face dan back yang terdiri atas semen dan partikel core-kenaf tidak mengalami kerusakan. Fenomena tersebut membuktikan bahwa ikatan mekanis pada lapisan face dan back yang terdiri atas semen dan partikel core-kenaf lebih tinggi dibandingkan ikatan mekanis pada lapisan tengah yang terdiri atas gypsum dengan partikel core-kenaf sehingga kerusakan pada saat pengujian terjadi pada lapisan tengah. Hal ini merupakan implikasi dari terjadinya penurunan tingkat kerapatan dari bagian permukaan ke bagian tengah papan. Modulus elastisitas (MOE) dan Keteguhan Patah (MOR) Berdasarkan hasil pengujian seperti pada Gambar 8, modulus elastisitas (MOE) papan berkisar antara 88-24429 kg/cm 2. Nilai tertinggi yaitu 24429 kg/cm 2 diperlihatkan oleh papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam, sedangkan nilai terendah yaitu 88 kg/cm 2 diperlihatkan oleh papan yang memiliki proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu. 2 2 1 1 24429 2 2.91 2 1 1 3.1 4.27.14 4.61.19 7.23 4.9 7.96 1.13 3.88 1.47.16 14.16 14.72 1 Conventional 2 4 3 4 8 16 Figure 8. Histogram of board MOE Conventional 1 3 4 2 4 8 16 Figure 7. Histogram of board internal bond Gambar 9 menunjukkan bahwa keteguhan patah (MOR) papan berkisar antara 33,19-84,26 kg/cm 2. Nilai tertinggi yaitu 84,26 kg/cm 2 diperlihatkan oleh papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam, sedangkan nilai terendah yaitu 33,19 kg/cm 2

Modulus of Rupture (Kg/cm 2 ) Screw Holding Strength (Kg) 17 diperlihatkan oleh papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvnesional selama 2 minggu. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa modulus elastisitas dan keteguhan patah papan semen-gypsum dipengaruhi oleh proporsi semen-gypsum dan curing autoclave. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya proporsi semen-gypsum dimana proporsi semen lebih besar terhadap gypsum dan meningkatnya waktu curing autoclave, dapat meningkatkan nilai modulus elastisitas dan keteguhan patah pada papan yang dihasilkan. Berdasarkan JIS A 417-1992 yang mensyaratkan nilai modulus elastisitas minimal 24 kg/cm 2 dan keteguhan patah minimal 63 kg/cm 2, maka nilai modulus elastisitas dan keteguhan patah papan semen-gypsum hasil penelitian yang memenuhi standar tersebut adalah nilai keteguhan lentur dan keteguhan patah dari papan semen-gypsum dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam. 9 8 7 6 4 3 2 1 33.19 36.92 42.41 36.4 38.78 4.73 37.7 42.93 4.21 39.6 46.3 84.26 38.3 41.28 Conventional 1 22 34 84 16 Figure 9. Histogram of board MOR Kuat Pegang Sekrup Nilai kuat pegang sekrup papan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 berkisar antara 1, - 2,42 kg. Nilai tertinggi yaitu 2,42 kg diperlihatkan oleh papan dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam, sedangkan nilai terendah yaitu 1, kg diperlihatkan oleh papan dengan proporsi semen 4 dan gypsum 6 dengan curing konvensional selama 2 minggu. 79.72 2. 2. 1. 1... 1. 11.93 12.48 12.9 13. 16.92 12.42 14.3 17.3 1.4 14.23 2.42 12.3 14. 2 34 48 16 1 2 Conventional Gambar 1. Histogram of board screw holding strength nilai kuat pegang sekrup papan dipengaruhi oleh proporsi semen-gypsum dan curing autoclave. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya proporsi semen-gypsum dimana proporsi semen lebih besar terhadap gypsum dan meningkatnya waktu curing autoclave, dapat meningkatkan nilai kuat pegang sekrup pada papan yang dihasilkan. Walaupun JIS A 417-1992 tidak mensyaratkan nilai kuat pegang sekrup papan, namun papan semen-gypsum hasil penelitian yang memiliki nilai kuat pegang sekrup tertinggi adalah papan semen-gypsum dengan proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan curing autoclave 8 jam. Pengujian terhadap parameter sifat mekanis papan semen-gypsum menunjukkan bahwa semua sifat mekanis papan semengypsum yang dibuat dengan curing autoclave lebih baik dimana nilai keteguhan rekat (IB), modulus elastisitas (MOE), keteguhan patah (MOR) dan kuat pegang sekrup lebih tinggi dibanding papan semen-gypsum yang dibuat dengan curing konvensional selama 2 minggu. Hal tersebut diduga disebabkan karena proses pengerasan yang dilakukan dengan autoclave (suhu 126 o C dan tekanan 1, kg/cm 2 ) dapat menstimulir pembentukan kalsium silikat hidrat (Ca 3Si 2O 7. 3H 2O) sehingga proses pembentukannya menjadi lebih cepat serta meningkat pada saat reaksi pengerasan awal (setting) dan berperan penting dalam reaksi saling-kunci (interlocking reaction) dengan kalsium karbonat (CaCO 3) pada saat pengerasan lanjutan sehingga turut menunjang kekuatan papan dimana sifat mekanis papan semengypsum menjadi lebih tinggi. 18.23 KESIMPULAN

18 Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa core-kenaf dapat digunakan atau sesuai sebagai bahan baku dalam pembuatan papan semen-gypsum serta proporsi semen-gypsum dan pengerasan autoclave berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan mekanis papan semen- gypsum dari core-kenaf. Proporsi semen 6 dan gypsum 4 dengan waktu curing autoclave 8 jam menghasilkan sifat papan semen gypsum yang memenuhi semua parameter pengujian dari standar JIS A 417-1992 serta menjadikan proses pengerasan dengan autoclave lebih unggul dari curing konvensional selama 2 minggu. Melalui teknologi curing autoclave, proses pembuatan papan semen-gypsum dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat dan produk papan semengypsum yang dihasilkan memiliki sifat fisis dan mekanis yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Dempsey, JM., 197. Fiber Crops. USA : Rose Pronting Company. Febrianto, F., 1986. Pengaruh Nisbah Campuran Partikel Dengan Gips dan Kadar Bahan Penghambat Terhadap Sifat Fisis Mekanis Papan Gips dari Kayu Karet (Hevea brasilliensis Muell. Agr.). [Skripsi] Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hermawan, D., 21. Manufacture of Cement- Bonded Particleboard Using Carbon Dioxide Curing Technology. [Ph.D.Dissertation] Kyoto Japan : Departement of Forest and Biomass Science, Graduate School of The Faculty of Agriculture Kyoto University. [JSA] Japanese Standards Association, 1992. Cement Bonded Particle Boards. Japanese Industrial Standard (JIS) A 417-1992. Japan. Kamil, R.H.N., 197. Prospek Pendirian Indutri Papan Wol Kayu di Indonesia. Bogor : Pengumuman No. 9. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Sastrosupadi, A., 1984. Pengaruh Penggenangan Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Serat serta Pulp Kayu Kenaf. [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Simatupang, M.H., Lange H, Kasim A, Seddig N. 1989. Influence of Wood Species on The Setting of Cement and Gypsum. Di dalam : Moslemi AA, Hamel MP, editor. Proceedings Fiber and Particle Boards Bonded With Inorganic Binders; pp. 33 42. Diterima: 1 Mei 26 Rohny Setiawan Maail Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian,Universitas Pattimura,Kampus Poka, Ambon E-mail : rohny_maail@yahoo.com Dede Hermawan dan Yusuf Sudo Hadi Laboratorium Bio-Komposit Departemen Hasil Hutan Fak.Kehutanan IPB, Kampus Darmaga Bogor. E-mail : dedemjmr@yahoo.co.id E-mail : yshadi@yahoo.com