PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

BADAN PUSAT STATISTIK

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

Transkripsi:

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan Maret 2017 berjumlah 813,07 ribu, meningkat sebesar 16,26 ribu jiwa jika dibandingkan kondisi September 2016 yang berjumlah 796,81 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin Maret 2017 sebesar 9,38 persen, juga meningkat dibandingkan September 2016 yang besarnya 9,24 persen, tetapi mengalami penurunan tipis dibandingkan kondisi Maret 2016 (9,40 persen). Secara relatif persentase penduduk miskin daerah perkotaan mengalami peningkatan 0,01 poin persen selama periode September 2016-Maret 2017, sedangkan di pedesaan persentase penduduk miskin bertambah sebesar 0,29 poin persen. Peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 74,60 persen, sedangkan pada September 2016 adalah sebesar 74,73 persen. Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan adalah beras, rokok, telur ayam ras, mie instan, bandeng, dan tongkol/tuna/cakalang, sedangkan di daerah pedesaan adalah komoditas rokok, beras, bandeng, gula pasir, mie instan, dan telur ayam ras. Untuk komoditas bukan makanan, kontribusi terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, bensin, dan angkutan baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Pada periode September 2016-Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan di daerah perkotaan, tetapi di daerah pedesaan justru mengalami peningkatan. 1

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Selatan, Maret 2012-Maret 2017 Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Selatan Maret 2017 berjumlah 813,07 ribu meningkat sebesar 16,26 ribu jiwa jika dibandingkan kondisi September 2016 yang berjumlah 796,81 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin Maret 2017 sebesar 9,38 persen juga meningkat 0,14 poin persen dibandingkan September 2016 yang besarnya 9,24 persen. Sebaliknya jika dibandingkan kondisi pada Bulan Maret 2016 maka terjadi penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,02 poin persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Selatan Menurut Daerah, 2012-2017 Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin Tahun Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Mar 2012 130,08 701,39 831,48 4,31 13,46 10,11 Sept 2012 134,67 677,60 812,27 4,44 12,93 9,82 Mar 2013 149,10 644,57 793,67 4,88 12,24 9,54 Sept 2013 161,61 701,61 863,23 5,23 13,31 10,32 Mar 2014 162,49 701,81 864,30 5,22 13,25 10,28 Sept 2014 154,40 651,95 806,35 4,93 12,25 9,54 Mar 2015 146,42 651,30 797,72 4,61 12,23 9,39 Sept 2015 157,18 707,34 864,51 4,93 13,22 10,12 Mar 2016 149,13 657,90 807,03 4,51 12,46 9,40 Sept 2016 150,60 646,20 796,81 4,47 12,30 9,24 Mar 2017 153,56 659,51 813,07 4,48 12,59 9,38 Sumber : Diolah dari data Susenas Maret 2012 Maret 2017 Secara absolut selama periode September 2016 Maret 2017, penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan 3 ribu jiwa, sedangkan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 13,3 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin di perkotaan meningkat tipis sebesar 0,01 poin persen, sedangkan di pedesaan meningkat sebesar 0,29 poin persen (Tabel 1). Komposisi penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan dari tahun ke tahun tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada bulan Maret 2017 sebagian besar (81,11 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan, sementara pada bulan September 2016 persentasenya 81,10 persen. 2

2. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 - Maret 2017 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama September 2016 Maret 2017, Garis Kemiskinan mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 275.361,- per kapita per bulan menjadi Rp 283.461,- per kapita per bulan atau naik 2,94 persen. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 74,73 persen, hal yang sama terjadi pada bulan Maret 2017 peranannya juga relatif sama namun sedikit mengalami penurunan menjadi 74.60 persen. Peranan GKM terhadap GK untuk daerah perkotaan pada bulan September 2016 sebesar 68,60 persen naik menjadi 68,83 persen pada bulan Maret 2017, sedangkan untuk daerah pedesaan pada bulan Maret 2017 sebesar 78.63 persen, mengalami penurunan sebesar 0,24 persen dari bulan September 2016 yang sebesar 78.87. Tabel 2. Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, Maret 2016 Maret 2017 Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 2016 193.372 88.304 281.676 Sept 2016 196.645 90.023 286.669 Maret 2017 204.192 92.452 296.644 Perubahan Maret 2016-Maret 2017 (%) 5,60 4,70 5,31 Perubahan Sept. 2016-Maret 2017 (%) 3,84 2,70 3,48 Pedesaan Maret 2016 209.095 54.579 263.674 Sept 2016 210.928 56.501 267.428 Maret 2017 215.791 58.643 274.434 Perubahan Maret 2016-Maret 2017 (%) 3,20 7,45 4,08 Perubahan Sept. 2016-Maret 2017 (%) 2,31 3,79 2,62 Kota+Desa Maret 2016 203.918 66.683 270.601 Sept 2016 205.767 69.594 275.361 Maret 2017 211.452 72.009 283.461 Perubahan Maret 2016-Maret 2017 (%) 3,69 7,99 4,75 Perubahan Sept. 2016-Maret 2017 (%) 2,76 3,47 2,94 Sumber : Diolah dari data Susenas Maret 2016- Maret 2017 3

Pada bulan September 2016 untuk daerah perkotaan, sumbangan GKBM terhadap GK sebesar 31,40 persen, sedangkan pada Bulan Maret 2017 yaitu 31,17 persen. Hal yang sama juga terjadi pada daerah pedesaan, pada bulan September 2016 peranannya sebesar 21,13 persen meningkat menjadi 21,37 persen pada Bulan Maret 2017. Tabel 3 Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan, Maret 2017 Jenis Komoditi Perkotaan Jenis Komoditi Pedesaan (1) (2) (3) (4) Makanan: Makanan: Beras 18,27 Beras 26,12 Rokok kretek filter 13,45 Rokok kretek filter 13,91 Telur ayam ras 3,00 Bandeng 3,96 Mie instan 2,99 Gula pasir 3,39 Bandeng 2,87 Mie instan 2,83 Tongkol/tuna/cakalang 2,36 Telur ayam ras 2,80 Gula pasir 2,22 Tongkol/tuna/cakalang 1,90 Lainnya 23,67 Lainnya 23,73 Bukan Makanan: Bukan Makanan Perumahan 9,86 Perumahan 7,99 Listrik 3,04 Bensin 1,70 Pendidikan 2,78 Pendidikan 1,58 Bensin 2,51 Listrik 1,38 Angkutan 2,04 Angkutan 1,03 Lainnya 10,93 Lainnya 7,69 Sumber: Diolah dari Susenas Maret 2017 Komoditi makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan Maret 2017, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan sebesar 18,27 persen di perkotaan dan 26,12 persen di pedesaan. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Makanan diantaranya adalah rokok kretek filter (13,45 persen di perkotan, 13,91 persen di pedesaan), telur ayam ras (3,00 persen di perkotaan dan 2,80 persen di pedesaan), mie instan (2,99 persen di perkotaan dan 2,83 persen di pedesaan), ikan bandeng (2,87 persen di perkotaan dan 3,96 persen di pedesaan), tongkol/tuna/cakalang (2,36 persen di perkotaan dan 1,90 persen di pedesaan), dan gula pasir (2,22 persen di perkotaan dan 3,39 persen di pedesaan) Komoditi bukan makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah pengeluaran perumahan. Pada bulan Maret 2017, sumbangan pengeluaran perumahan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 9,86 persen di perkotaan dan 7,99 persen di pedesaan. Selain perumahan, barang-barang kebutuhan non makanan lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan diantaranya adalah listrik (3,04 persen di perkotaan dan 1,38 persen di pedesaan), pendidikan (2,78 persen di perkotaan dan 1,58 persen 4

di pedesaan), bensin (2,51 persen di perkotaan dan 1,70 persen di pedesaan), dan angkutan (2,04 persen di perkotaan dan 1,03 persen di pedesaan). 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perludi perhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman (Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan) dan tingkat keparahan (Ukuran ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin) dari kemiskinan. Pada periode September 2016 Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan yang naik. Indeks Kedalaman Kemiskinan mengalami kenaikan 0,19 poin yaitu dari 1,53 pada keadaan September 2016 menjadi 1,72 pada keadaan Maret 2017. Sedang untuk Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami kenaikan sebesar 0,08 poin yaitu dari 0,38 pada keadaan september 2016 menjadi 0,46 pada keadaan Maret 2017 (Tabel 3). Angka ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauhi garis kemiskinan, dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin bertambah dibanding periode sebelumnya. Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) di Sulawesi Selatan menurut Daerah, Maret 2016 Maret 2017 Tahun Kota Desa Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) Maret 2016 0,65 2,56 1,83 Sept 2016 0,92 1,93 1,53 Maret 2017 0,81 2,32 1,72 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) Maret 2016 0,12 0,79 0,55 Sept 2016 0,29 0,45 0,38 Maret 2017 0,20 0,63 0,46 Sumber : Diolah dari data Susenas Maret 2016-Maret 2017 Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah pedesaan jauh lebih tinggi daripada daerah perkotaan. Pada bulan Maret 2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan 0,81 sementara di daerah pedesaan mencapai 2,32. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan 0,20 sementara daerah pedesaan mencapai 0,63. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan dan ketimpangan kemiskinan di daerah daerah perkotaan lebih baik daripada pedesaan. 5

4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk, Poverty Gap Index (P1)/Indeks Kedalaman Kemiskinan (Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan), dan Poverty Severity (P2)/Indeks Keparahan Kemiskinan (Ukuran ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin) b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 komoditi di pedesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2017 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Konsumsi Pengeluaran bulan September 2016 dan Maret 2017. Jumlah sampel diperbesar menjadi 300.000 rumahtangga pada bulan Maret dan 75.000 rumahtangga pada bulan September supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. 6