BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

Transkripsi:

16 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Bambu Sembilang Bambu memiliki bagian-bagian yang menjadi ciri-ciri morfologinya sehingga dapat digunakan untuk membedakan bambu dengan tumbuhan lain maupun dalam menentukan tiap jenisnya. Menurut Widjaja (2001) bagian-bagian bambu terdiri dari akar rimpang, rebung, buluh, pelepah buluh, percabangan, helai daun, dan pelepah daun. 5.1.1 Buluh dan pelepah buluh Buluh bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus Munro) berbentuk bulat dan berwarna hijau (Gambar 3). Arah tumbuh dari spesies bambu tersebut adalah tegak lurus (erectus). Pada buluh yang masih muda ditutupi pelepah buluh berawarna coklat. Pelepah buluh tersebut menutupi buluh pada tiap-tiap ruasnya. Panjang ruas bambu Sembilang antara 23-37 cm. Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah daun pelepah buluh. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi pelepah bambu tersebut akan luruh (Widjaja, 2001). Posisi pelepah buluh bambu sembilang adalah tegak dengan panjang 6 cm (Gambar 4). Gambar 3 Buluh bambu sembilang. Gambar 4 Pelepah buluh bambu sembilang.

17 Tinggi buluh bambu sembilang di Arboretum Bambu Kampus Darmaga saat ini mencapai tingga sekitar 7 m dengan diameter antara 4,7-7,9 cm. Menurut Sutarno et al. (1996) bambu sembilang memiliki ukuran raksasa dengan tinggi mencapai 15-30 m dengan diameter pada pangkal mencapai 18-25 cm. panjang ruas-ruasnya mencapai 25-50 cm dengan tebal dinding mencapai 2,5 cm. Buluh bambu sembilang pada saat tua berwarna hijau kusam (Irawan et al. 2006). 5.1.2 Percabangan Percabangan umumnya terdapat di atas buku-buku atau ruas-ruas bambu. Menurut Irawan et al. (2006) marga Dendrocalamus memiliki percabangan 5-15 cabang dengan satu cabang utama yang lebih besar disebut polykotome unequal. Berdasarkan hasil pengamatan jarak percabangan pada bambu sembilang adalah 193 cm diatas permukaan tanah. Menurut Irawan et al. (2006) jarak percabangan pada spesies Dendrocalamus giganteus muncul pada jarak 2-4 meter diatas permukaan tanah. Gambar 5 Percabangan bambu Sembilang. 5.1.3 Rebung Tunas atau batang-batang bambu muda yang baru muncul dari permukaan dasar rumpun dan rhizome disebut rebung. Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang didalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua (Widjaja, 2001).

18 Pada saat pengamatan tidak ditemukan adanya pertumbuhan rebung bambu sembilang di Arboretum Bambu. Menurut Irawan et al. (2006) bentuk rebung dari bambu sembilang adalah mengerucut dengan warna pelepah rebung hijau keunguan. Miang atau bulu-bulu yang menutupi pelepah rebung berwarna hitam. Gambar 6 merupakan contoh rebung bambu sembilang yang dapat tumbuh dengan baik. Gambar 6 Rebung Bambu Sembilang (Gambar diambil di Kebun Raya Bogor). 5.1.4 Daun Helai daun merupakan bagian daun terpenting, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya, disebut pula sebagai sifat daunnya (Tjitrosoepomo 2007). Berdasarkan hasil pengamatan helai daun bambu sembilang memiliki bentuk bangun oblogo lanceolatus atau memanjang sampai bangun lanset. Selain itu juga memiliki tipe pertulangan sejajar. Ujung dari helai daun tersebut adalah runcing dengan pangkalnya berbentuk runcing serta dengan tepi daun rata Menurut Widjaja (2001) helai daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan juga ligula. Kuping pelepah daun umumnya besar tetapi ada juga yang kecil atau tidak tampak.

19 Gambar 7 Daun bambu sembilang. Gambar 8 Helai daun bambu sembilang. 5.2 Analisis Kondisi Rumpun 5.2.1 Buluh a. Produksi buluh Bambu sembilang termasuk ke dalam jenis bambu raksasa yang memiliki diameter buluh yang besar pada saat dewasa. Pada saat dewasa bambu sembilang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 15-30 m dengan diameter pada pangkal mencapai 18-25 cm (Sutarno et al. 1996). Namun kondisi bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu tidaklah demikian. Bambu sembilang yang berada di Arboretum bambu hanya berjumlah satu rumpun dengan kondisi buluh yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil perhitungan jumlah buluh bambu sembilang di Arboretum Bambu No Kategori Buluh Keliling Diameter (cm) Jumlah (cm) 1 Anakan - - 0 2 Dewasa 15-24 4,7-7,6 6 Total 6 Berdasarkan Tabel 4 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah buluh dalam rumpun tersebut adalah 6 buah dengan kondisi buluh tersebut adalah buluh dewasa. Buluh-buluh tersebut memiliki diameter kecil yaitu antara 4,7-7,6 cm. menurut Sutarno et al. (1996) buluh bambu sembilang pada saat dewasa dapat mencapai 18-25 cm. Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan kerusakan pada

20 bambu sembilang ini sangat tinggi sehingga buluh-buluh bambu sembilang tidak dapat berkembang dengan baik. Berdasarkan jumlah buluh bambu sembilang yang berjumlah 6 buah menunjukkan bahwa bambu sembilang tidak tumbuh dengan baik karena jumlah buluh yang tumbuh dalam rumpun sedikit. Apabila dilihat dari tipe perakarannya, bambu sembilang termasuk bambu dengan akar berbentuk simpodial sehingga bambu tersebut memiliki rumpun yang rapat. Sedangkan bila dilihat dari umur bambu tersebut yang berkisar 15 tahun, seharusnya buluh bambu tersebut sudah tumbuh rapat. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Erizal (1997) bahwa dengan bertambahnya umur rumpun bambu maka pertambahan jumlah rebung setiap tahunnya akan meningkat pula. Sedikitnya jumlah buluh yang tumbuh pada bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga banyak disebabkan oleh perbuatan manusia. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya buluh-buluh yang rusak akibat penebangan yang dilakukan secara kasar. Penebangan buluh yang tidak mengikuti teknik yang benar menyebabkan kelangsungan hidup rebung maupun buluh baru terganggu (Charomaini 2009). Pertumbuhan buluh pada generasi pertama berukuran kecil-kecil. Kemudian pada umur dua tahun, buluh-buluh baru yang bermunculan berukuran lebih besar dibanding ukuran buluh pada buluh generasi kedua, demikian seterusnya sehingga pada umur 3-8 tahun buluh-buluh sudah berukuran normal (Allo 2009). Menurut Sutarno et al. (1996) rumpun bambu sembilang yang telah tua bisa menghasilkan 3-4 buluh pertahun. Pada umur 15-16 tahun produksi dan hasil buluh dapat mencapai ukuran maksimum. b. Diameter buluh Bambu memiliki diameter yang konstan. Diameter bambu akan menjadi konstan setelah mengembangkan tunas-tunas dan daunnya. Dalam waktu yang sangat cepat dan tidak tersaingi oleh tanaman lain, buluh-buluh yang tua akan mencapai ketinggian yang tetap. Perkembangan selanjutnya adalah berupa pembentukan cabang dari ruas-ruas cabang dan penebalan dinding batang, namun diameter batangnya tidak bertambah (Nadaek 2009).

21 Tabel 5 Diameter buluh yang patah No Skala Diameter (cm) Jumlah 1 0-5 1 2 6-10 15 3 11-15 13 Jumlah 29 Buluh bambu yang ditebang sebanyak 29 buah. Buluh tersebut memiliki diameter yang bermacam-macam. Berdasarkan Tabel 5 diameter buluh yang ditebang digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu diameter dengan skala 0-5 cm sebanyak satu buah, 6-10 cm sebanyak 15 buah, dan 11-15 cm sebanyak 13 buah. Diameter buluh bambu sembilang dapat tumbuh mencapai 18-25 cm (Sutarno et al. 1996). Diameter buluh bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga mencapai 14,01 cm. Namun buluh bambu dengan diameter tersebut telah ditebang. Adapun buluh bambu yang masih tersisa memiliki diameter antara 4,7-7,9 cm. Sedangkan diameter yang sudah ditebang adalah 5,73-14,01 cm. Hal ini menunjukkan bahwa buluh bambu yang tersisa adalah buluh bambu dengan diameter kecil. Kecilnya diameter bambu yang masih hidup dapat disebabkan karena bambu mengalami kekurangan unsur hara terutama unsur N. Nitrogen ini penting karena nitrogen diperlukan dalam proses pertumbuhan vegetatif yaitu pertambahan panjang dan diameter (Andoko 2003) c. Kerusakan buluh Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa jumlah buluh yang mengalami kerusakan berjumlah 32 buluh. Sebanyak 29 (91%) buah buluh rusak akibat penebangan dan 3 (9%) buah buluh akibat patah (Gambar 9). Jenis Kerusakan 9% 0% 0% 91% Penebangan Patah Gambar 9 Persentase kerusakan bambu sembilang.

22 Kerusakan yang terjadi pada bambu sembilang dapat dilihat pada Gambar 10. Kerusakan ini merupakan kerusakan yang baru terjadi sehingga dapat diamati secara langsung karena meninggalkan bekas yang belum hilang akibat proses pelapukan. Dalam gambar tersebut dapat diketahui bahwa penebangan yang dilakukan dengan kasar dan masih menyisakan buluh yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sisa potongan buluh tersebut dapat menyebabkan pembusukan sehingga menghambat pertumbuhan tunas baru. Diperkirakan ada banyak kerusakan lagi namun bekas kerusakan tersebut telah hilang karena terjadi proses pelapukan pada waktu yang cukup lama. Gambar 10 Bekas potongan buluh bambu. Apabila dibandingkan dengan jumlah buluh yang masih tumbuh, jumlah buluh yang mengalami kerusakan sangat banyak. Banyaknya kerusakan buluh dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan buluh baru. Menurut Sindoesuwarno (1963) diacu dalam Sonisa (1995) menyatakan bahwa cara menebang batang bambu dari rumpun-rumpunnya adalah sama pentingnya dengan menentukan rotasi dan pemeliharaan rumpun. Apabila penebangan rumpun tidak dilakukan dengan hati-hati maka hasilnya adalah perusakan yang bisa menurunkan produksi batang per rumpun. Teknik penebangan yang dapat dilakukan adalah menggunakan teknik tebang pilih. Buluh yang dipilih untuk ditebang harus memiliki umum yang tua. Menurut Nadaek (2009) cara penebangan bambu dilakukan dengan meninggalkan

23 beberapa cm diatas permukaan tanah dan menjaga rebung yang masih tumbuh. Menurut Sindoesuwarno (1963) diacu dalam Sonisa (1995) penebangan sebaiknya dilakukan pada musim kering. Hal ini disebabkan pada musim kering buluh bambu tidak mengandung air yang berlebihan dan tidak terjadi perebungan. Selain itu juga disebabkan karena pada musim hujan kandungan pati pada bambu sangat tinggi sehingga akan cepat mengundang hama pengganggu berupa kumbang gerek (bubuk) (Departemen Kehutanan 2008). 5.2.2 Rebung a. Pertumbuhan rebung Pertumbuhan dan perkembangan rumpun bambu diawali dengan tumbuhnya tunas-tunas baru pada pangkal bibit di dalam tanah (Allo 2009). Pertumbuhan rebung pada musim hujan lebih cepat dibandingkan pada musim kemarau (Nadaek 2009). Selama penelitian yang dilakukan di Arboretum Bambu Kampus Darmaga, tidak ditemukan tumbuhnya tunas-tunas baru yang tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat tekanan kerusakan sangat tinggi karena bambu tersebut tidak mampu untuk melakukan regenerasi. Pertumbuhan tunas ini sangat penting karena tiap rebung atau tunas yang tumbuh bisa menjadi batang/buluh bambu (Erizal 1997). Pada Gambar 11 merupakan contoh rebung yang dapat tumbuh dengan baik. Gambar 11 Rebung bambu sembilang yang akan menjadi buluh (Gambar diambil di Kebun Raya Bogor)

24 b. Produktivitas rebung Produktivitas rebung merupakan jumlah rebung yang dapat dihasilkan oleh tiap rumpun dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan rebung pada suatu rumpun dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, jenis bambu, asal bambu dan umur rumpun bambu (Erizal 1997). Sedangkan menurut Gunawan (2001) jarak tanam dapat mempengeruhi produktivitas rebung. Menurut Sutarno et al. (1996) 50 rumpun bambu sembilang/ha/tahun dapat menghasilkan 200 rebung. Apabila dilakukan perkiraan produktivitas rebung bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu adalah sekitar 60 rebung dengan asumsi bahwa umur rumpun adalah 15 tahun dan tidak ada kematian serta gangguan pada rebung. c. Kerusakan rebung Berdasakan hasil pengamatan yang dilakukan, tidak ditemukan rebung yang tumbuh pada spesies bambu sembilang. Bekas pengambilan rebung bambu juga sudah tidak ditemukan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa rumpun bambu tersebut tidak mampu melakukan regenarasi. 5.3 Identifikasi Kerusakan Kerusakan rumpun bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga telah mengalami kerusakan yang parah. Tingkat kerusakan pada bambu sembilang ini memiliki tingkat kerusakan yang parah. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu oleh manusia dan lingkungan. 5.3.1 Kerusakan disebabkan oleh manusia Arboretum Bambu Kampus Darmaga berada diperbatasan dengan wilayah masyarakat yaitu Kampung Leuwikopo sehingga masyarakat dapat mengaksesnya dengan mudah. Letak strategis Arboretum Bambu menjadikannya sebagai konektor antara Kampus IPB dengan Kampung Leuwikopo. Menurut Dinata (2009) sebagian mahasiswa dan staf IPB, serta warga Kampung Leuwikopo menjadikan Arboretum Bambu sebagai jalur perlintasan Aktivitas melintas di Arboretum Bambu bersifat harian dengan intensitas yang cukup tinggi. Dengan tidak adanya pengawasan terhadap keberadaan bambu yang ada maka masyarakat dapat dengan mudah memasuki kawasan tersebut.

25 Mudahnya aksesibilitas dan tidak adanya pengawasan dari pengelola menyebabkan masyarakat dapat memanfaatkan bambu dengan mudah. Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut dilakukan tanpa menggunakan teknik-teknik yang benar. Hal ini terjadi pada bambu sembilang. Banyak kerusakan pada bambu sembilang yang ditimbulkan oleh masyarakat. Kerusakan tersebut sering dilakukan pada buluh dan rebung. Kerusakan yang terjadi pada bambu sembilang dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Rumpun bambu sembilang yang rusak. Masyarakat sering menebang buluh terutama buluh-buluh yang telah mencapai ukuran yang besar. Penebangan buluh ini dilakukan secara kasar dan meninggalkan bekas tebangan (tunggul). Tunggul yang masih menyisakan ruasruas bambu dapat menghalangi masuknya sinar matahari dan udara. Selain itu tunggul-tunggul yang mengalami pembusukan akibat ditumbuhi jamur dapat menyebabkan pertumbuhan tunas baru terganggu. Rebung bambu sembilang dapat dimanfaatkan terutama sebagai bahan makanan. Rebung merupakan bagian bambu yang paling sering diambil oleh masyarakat. Pengambilan rebung ini digunakan untuk konsumsi pribadi dan karena desakan ekonomi (Gunawan 2001). Pengambilan rebung yang dilakukan secara terus menerus maka dapat menyebabkan tidak tumbuhnya buluh baru. Apabila kegiatan ini tidak dihentikan maka proses pertumbuhan bambu akan terhenti dan dapat menimbulkan kematian pada spesies ini.

26 5.3.2 Kerusakan disebabkan oleh lingkungan Kondisi lingkungan yang tidak baik dapat mempengaruhi pertumbuhan bambu. Kondisi lingkungan yang dapat mengganggu pertumbuhan bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga diantaranya adalah jarak tanam, persaingan, iklim dan jenis tanah. Jarak tanam dapat memberikan pengaruh pada pertambahan tinggi suatu spesies bambu (Gunawan 2001). Jarak rumpun spesies bambu sembilang dengan spesies bambu yang lain adalah 6,21 m. Jarak rumpun tersebut tergolong rendah karena pada saat dewasa rumpun bambu sembilang memiliki ukuran yang besar. Rendahnya jarak rumpun ini disebabkan karena jarak tanam yang rendah pula. Jarak tanam yang rendah dapat menyebabkan kerapatan pada suatu ekosistem bambu menjadi tinggi. Dengan kerapatan yang tinggi dapat menyebabkan cahaya yang mencapai tanah di bawah tegakan bambu menjadi lebih sedikit sehingga persaingan dalam penggunaannya lebih diarahkan pada pertumbuhan tinggi (Gunawan 2001). Persaingan yang terjadi terutama adalah persaingan makanan yang terdapat didalam tanah dan cahaya. Persaingan ini dapat terjadi karena jarak rumpun yang terlalu dekat dengan spesies lain. Rumpun bambu sembilang saat ini kondisinya adalah hampir sebagian besar bagiannya tertutup oleh tajuk-tajuk bambu spesies lain sehingga intensitas matahari yang dapat diterima sedikit. Faktor iklim memberikan pengaruh tersendiri terhadap kerusakan bambu sembilang. Menurut Berlian dan Rahayu (1995) diacu dalam Dewi (1998) menyatakan bahwa suhu yang cocok untuk pertumbuhan bambu berkisar antara 8.8 0 36 0 C dengan CH minimum 1020 mm/th dan kelembaban relatif minimum 80%. Berdasarkan hasil penelitian Dinata (2009) suhu rata-rata di Arboretum Bambu per tahun sebesar 25-33 derajat celcius dan nilai rata-rata curah hujan di Arboretum bambu sepanjang tahun 2002-2006 adalah 344,72 mm/thn. Kondisi iklim tersebut sudah cocok untuk pertumbuhan bambu. Selain suhu dan kelembaban, angin juga dapat menyebabkan kerusakan. Kecepatan angin yang tinggi dapat menyebabkan buluh-buluh bambu patah. Pada bambu sembilang angin memberikan dampak tidak langsung seperti patahan

27 buluh bambu spesies lain yang disebabkan oleh angin menimpa buluh bambu sembilang sehingga buluh bambu sembilang menjadi patah (Gambar 13). Gambar 13 Buluh bambu yang patah. Kondisi tanah dapat memberikan pengaruh kerusakan terutama pada proses pertumbuhan. Tanah merupakan sumber unsur hara yang sangat diperlukan oleh semua jenis tumbuhan untuk proses metabolismenya. Jenis tanah di Arboretum Bambu adalah tanah latosol coklat kemerahan yang terbentuk dari bahan tuf vulkan intermedier. Kadar ph tanahnya masam, yakni pada kisaran 5,6 dengan kandungan bahan organik yang cukup. Tanah tersebut, memiliki kedalaman solum lebih dari 90 cm (Dinata 2009). Jenis tanah latosol merupakan tanah dengan ciri-ciri mempunyai warna merah hingga kuning dan memiliki kandungan bahan organik yang sedang. Jenis tanah ini kurang cocok untuk ditanami bambu sembilang. Hal ini disebabkan karena pada habitat alaminya bambu sembilang dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah aluvial yang subur (Sutarno et al. 1996). 5.4 Program Konservasi Bambu Sembilang Berdasarkan analisis kondisi rumpun bambu sembilang di Arboretum Bambu, maka perlu dilakukan beberapa program konservasi untuk mempertahankan keberadaan bambu sembilang agar tetap tumbuh secara baik. Konservasi ex-situ merupakan kegiatan yang dilakukan di luar habitat aslinya. Adapun program-program yang dapat dilakukan secara ex-situ

28 diantaranya adalah pemberian pupuk, pembersihan rumpun dan lingkungan, pemasangan pagar, papan interpretasi, dan perbanyakan individu. 5.4.1 Pemberian pupuk Pemberian pupuk dilakukan untuk memberikan tambahan nutrisi. Hal ini dikarenakan oleh tingginya persaingan antar rumpun bambu. Selain itu juga karena disebabkan kondisi tanah di Arboretum Bambu kurang subur. Menurut Dinata (2009) jenis tanah di Arboretum Bambu adalah tanah latosol. Tanah latosol kurang cocok untuk ditanami bambu sembilang karena dihabitat alaminya bambu sembilang dapat hidup pada jenis tanah aluvial yang kaya unsur hara. Pemberian pupuk dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar rumpun terlebih dahulu. Setelah itu pupuk dibenamkan secara melingkar mengelilingi rumpun bambu kemudian disiram agar pupuk menyatu dengan tanah dan mudah diserap oleh tanaman (Nadaek 2009). Pemberian pupuk dapat menggunakan pupuk buatan dan pupuk organik (pupuk kandang dan pupuk kompos). Menurut Andoko (2005) pemberian pupuk pada musim hujan dan musim kemarau berbeda karena pertumbuhan bambu pada musim-musim tersebut berbeda. Pada musim hujan bambu memasuki pertumbuhan vegetatif yaitu pertambahan panjang dan diameter sehingga pupuk yang diberikan harus menggunakan pupuk yang banyak mengandung N (nitrogen). Pada musim kemarau bambu memasuki pertumbuhan generatif yang ditandai dengan pembentukan tunas-tunas tanaman sehingga pupuk yang diberikan banyak mengandung P dan K. Pupuk urea (NH 2 CONH 2 ) merupakan pupuk yang mengandung unsur N yang tinggi. Pemberian pupuk urea (NH 2 CONH 2 ) dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan buluh bambu dan serasah daun sebagai pucuk alami yang juga dapat membantu pertumbuhan tanaman (Nadaek 2009). Pupuk organik merupakan pupuk yang lebih dianjurkan penggunaannya dari pada pupuk yang lain. Hal ini disebabkan karena pupuk organik merupakan pupuk lengkap yang dapat meningkatkan : (1) humus di dalam tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia, (3) meningkatkan kapasitas menahan panas dari tanah dan mempertahankan kelembaban dan kesuburan tanah (Qui dan Fu (1985) diacu dalam Azis (1997)).

29 5.4.2 Pembersihan rumpun dan lingkungan Pembersihan rumpun yang dimaksud adalah membersihkan sisa-sisa penebangan atau tunggul. Hal ini dilakukan karena tunggul yang memiliki satu atau lebih ruas buluh akan mengeluarkan cabang dan daun yang dapat menghalangi masuknya udara dan cahaya serta akan mempersulit panen selanjutnya. Selain itu, tunggul juga akan menghalangi pertumbuhan rebung dan pertumbuhan buluh karena banyak nutrisi yang masih dialirkan ke tunggul sehingga distribusi energi tidak efektif. Pembersihan lingkungan merupakan kegiatan pemangkasan tajuk-tajuk dari spesies bambu lain yang menutupi rumpun bambu sembilang. Pemangkasan ini bertujuan untuk memberikan ruang sinar matahari. Bambu sembilang termasuk jenis tumbuhan intoleran sehingga dalam pertumbuhannya bambu memerlukan sinar matahari secara langsung. Gambar 14 Kondisi lingkungan bambu sembilang. Gambar 15 Tajuk spesies bambu lain yang menutupi rumpun bambu sembilang. 5.4.3 Pemasangan pagar Melihat kerusakan yang terjadi banyak disebabkan oleh manusia maka pemasangan pagar penting untuk dilakukan. Tidak ditemukannya pertumbuhan rebung bambu sembilang menunjukkan bahwa spesies bambu tersebut mengalami tekanan yang tinggi sehingga tidak mampu melakukan regenarasi. Untuk

30 mengurangi hal tersebut maka dilakukan pemagaran agar apabila terjadi pertumbuhan rebung tidak mendapat gangguan. Pemagaran ini sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pagar setinggi satu meter menggunakan anyaman bambu sehingga dapat menutupi rumpun bambu terutama rebung bambu yang menjadi daya tarik manusia. 5.4.4 Pemasangan papan interpretasi Informasi mengenai bambu sembilang dapat dikatakan sangat sedikit jumlahnya. Sehingga perlu dilakukan penggalian informasi dan penyebaran informasi. Masyarakat disekitar kampus kurang memiliki pengetahuan mengenai spesies ini sehingga diperlukan suatu upaya untuk memberikan informasi tersebut. salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan informasi tersebut dapat dilakukan dengan membuat papan interpretasi disekitar rumpun bambu sembilang. Pemasangan papan interpretasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat ekologi bambu sembilang. Papan interpretasi ini dapat berisi deskripsi spesies bambu sembilang dan manfaat ekologi bambu sembilang. Selain itu, papan interpretasi ini juga dapat berupa himbauan atau larangan pengambilan dan perusakan rumpun bambu sembilang. 5.4.5 Perbanyakan individu Jumlah rumpun bambu sembilang yang hanya berjumlah satu rumpun dengan kondisi mengalami kerusakan menyebabkan kekhawatiran terhadap kelangsungan hidup spesies tersebut. sedikitnya jumlah rumpun dan kondisi kerusakan yang cukup tinggi juga didukung dengan pertumbuhan yang lambat. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk tetap menjaga kelestarian spesies bambu tersebut. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan perbanyakan individu. Perbanyakan ini dapat dilakukan dengan membuat bibit dengan menggunakan bahan bibit yang tidak merusak indukan yang ada. Perbanyakan individu dengan menggunakan bahan bibit yang tidak merusak dapat dilakukan dengan menggunakan buluh yang rusak akibat patahan. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik perbanyakan stek buluh dan stek cabang dapat menghasilkan enam bibit dengan rincian tiga bibit

31 yang berasal dari buluh dan tiga dari cabang (Gambar 16). Bahan stek ini diperoleh dari buluh yang patah. Gambar 16 Hasil perbanyakan individu. Perbanyakan individu bambu harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan teknik yang benar. Hal ini dikarenakan perbanyakan individu bambu sembilang belum banyak dilakukan dan memiliki persentase keberhasilan yang rendah. Dalam pembuatan bibit stek buluh maupun stek cabang perlu dilakukan teknik pemotongan yang benar agar buluh yang dipotong tidak mengalami kerusakan. Pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan gergaji agar ruas-ruas buluh tidak pecah. Selain itu juga dapat menggunakan golok namun pada saat pemotongan harus diberi alas dan dengan sekali tebas agar buluh tidak pecah. Perbanyakan individu bambu sembilang yang telah dilakukan belum berhasil, baik dari stek batang maupun stek cabang. Berdasarkan hasil penelitian Rumawas (1994) menyatakan bahwa dengan berbagai perlakuan keberhasilan stek batang bambu Sembilang masih di bawah 20% sedangkan untuk stek cabang dengan diameter 0,5-1,0 cm belum berhasil. Belum berhasilnya kegiatan perbanyakan individu yang dilakukan oleh penulis disebabkan oleh beberapa hal yaitu indukan, proses pembuatan bibit dan perawatan. Indukan yang digunakan dalam perbanyakan individu adalah indukan bambu sembilang di Arboretum Bambu yang telah mengalami kerusakan. Kondisi ini memberi pengaruh terhadap kondisi bibit yang dihasilkan karena bambu yang

32 awalnya sudah rusak maka seterusnya akan tumbuh batang yang kualitasnya kurang bagus (Departemen Kehutanan 2008). Proses pembuatan bibit dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit stek. Apabila proses pembuatan dilakukan dengan tidak benar maka dapat meningkatkan stres pada bahan bibit. Pada saat pemotongan bahan bibit tidak dilakukan dengan sekali tebas atau menggunakan gergaji sehingga menyebabkan pecahnya bahan bibit. Pecahnya bahan bibit ini yang menyebabkan meningkatnya stres bibit. Stres bibit stek yang cukup tinggi ini menyebabkan kematian stek karena tidak diimbangi dengan pemberian hormon yang sesuai. 5.5 Strategi Konservasi Bambu Sembilang Kerusakan bambu Sembilang termasuk dalam kerusakan yang tinggi. hal ini diindikatorkan dengan tidak terjadinya proses pertumbuhan rebung. Pertumbuhan rebung ini penting karena pertumbuhan rebung merupakan proses regenerasi bambu agar bambu dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Selain itu indikator lain adalah adanya penurunan jumlah buluh. Penurunan jumlah buluh ini dapat diketahui berdasarkan kondisi umur dan jumlah buluh yang seharusnya tumbuh. Kondisi dilapangan adalah rumpun bambu sembilang hanya memiliki enam buluh yang masih hidup sedangkan buluh-buluh yang mendominasi dalam rumpun tersebut telah ditebang. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan strategi untuk menyelamatkan bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu. Penentuan strategi untuk mengkonservasi bambu sembilang dapat menggunakan faktorfaktor yang menjadi sumber kerusakan sebagai dasarnya. Selain menggunakan sumber kerusakan, hasil analisis rumpun perlu diikutsertakan dalam dasar penentuan strategi konservasi bambu sembilang di Arboretum Bambu agar tujuan dalam kegiatan konservasi lebih terarah. Adapun proses penentuan strategi konservasi bambu sembilang seperti tercantum dalam Gambar 17.

33 Lingkungan Kerusakan Rumpun Bambu Sembilang Produksi 6 buluh dewasa Manusia Buluh Diameter Buluh dewasa : 4,7-7,9 cm Analisis rumpun Kerusakan 91 % tebangan 9 % patahan Program Konservasi Pertumbuhan Tidak ditemukan Rebung Produktivitas 4 buluh/tahun Pengamanan Pemeliharaan Perbanyakan individu Kerusakan Pemanfaatan tinggi Pemasangan pagar Pemberian pupuk Pemasangan papan interpretasi Pembersihan rumpun dan lingkungan Gambar 17 Skema strategi konservasi bambu sembilang. 33