BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DASAR TEORI. menuju bagian proses lainya yaitu bagian proses expire date printing dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

A. Definisi Material Handling

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB III PROSES PERANCANGAN MESIN CONVEYOR SPIRAL DI PT.MUSTIKA AGUNG TEKNIK Tahap-tahap Proses Perancangan. Mengetahui kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

TINJAUAN PUSTAKA. lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, bongkaran muatan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam dunia perindustriaan saat ini bahan atau material yang digunakan dalam

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

IV. PENDEKATAN DESAIN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diadakan untuk menguji kemampuan, merancang, dan membangun

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB III. Metode Rancang Bangun

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. ANALISA PERANCANGAN

PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S.

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KARYAWAN 1. Apa saja yang kendala yang terjadi disaat menangani Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

TRANSPORTASI PADATAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

SKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB I PENDAHULUAN

BAB II TEORI UMUM. Gambar 2.1 Gambar rantai transmisi daya

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai. Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg. Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

BAB III PERANCANGAN ULANG BELT CONVEYOR B-W600-6M DENGAN KAPASITAS 9 TON / JAM

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

2. Mesin Frais/Milling

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III DASAR TEORI. makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

BAB III METODE PENELITIAN

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

BAB IV PROSES PEMBUATAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

Transkripsi:

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya memiliki maksud dan tujuan yang sama, sejumlah definisi tentunya sangat berguna dalam memandang definisi perancangan secara luas. Menurut George M.Scott ( Jogiyanto, HM : 1991) Perancangan adalah suatu jaringan kerja yang saling berhubungan untuk menentukan bagaimana suatu sistem menyelesaikan apa yang mesti diselesaikan. Menurut Abdul Kadir (2003), perancangan adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip dengan tujuan untuk mentransformasikan hasil analisa kedalam bentuk yang memudahkan mengimplementasikan. Dari pengertianpengertian di atas dapat disimpulkan perancangan adalah suatu kegiatan yang berhubungan berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada kegiatan analisis. Gambar 3.1 proses perancangan 13

3.2 Definisi Conveyor Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan berkelanjutan. Dalam kondisi tertentu, conveyor banyak dipakai karena mempunyai nilai ekonomis dibanding transportasi berat seperti truk dan mobil pengangkut. Jenis conveyor membuat penanganan alat berat tersebut / produk lebih mudah dan lebih efektif. Banyak konveyor rol dapat bergerak secepat 75 kaki / menit. Conveyor dapat memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi yang tetap agar sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak mempunyai fleksibilitas saat lokasi barang yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah barang yang masuk tidak continue. Banyak sekali macam jenis dan kateristik conveyor untuk keperluan banyak macam proses produksi. Sebelum memutuskan untuk mendesain suatu conveyor. Sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu bagaimana alur proses produksi yang nantinya akan dilewati conveyor, serta tipe produk atau bentuk barang yang akan melewati conveyor. Gambar 3.2 roller conveyor sedang mengangkut barang 14

Conveyor mempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan karakteristik barang yang diangkut. Jenis-jenis conveyor tersebut antara lain Apron, Flight, Pivot, Overhead, Loadpropelling, Car, Bucket, Screw, Roller, Vibrating, Pneumatic, dan Hydraulic. Disini akan dibahas satu jenis conveyor yaitu Roller Conveyor. 3.3 Pengertian Roller Conveyor Roller conveyor ini adalah conveyor yang paling umum digunakan karena lintasan geraknya tersusun dari beberapa tabung (roll) yang tegak lurus terhadap arah lintasannya dimana plat datar yang ditempatkan untuk menahan beban akan bergerak sesuai dengan arah putaran roll. Roller conveyor ini bisa digerakkan dengan rantai atau belt, ataupun dengan menggunakan gaya gravitasi tetapi harus juga diperhitungkan kemiringan maksimumnya. Roller conveyor merupakan suatu sistem conveyor yang penumpu utama barang yang ditransportasikan adalah roller. Roller pada sistem ini sedikit berbeda dengan roller pada conveyor jenis yang lain. Roller pada sistem roller conveyor didesain khusus agar cocok dengan kondisi barang yang ditransportasikan, misal roller diberi lapisan karet, lapisan anti karat, dan lain sebagainya. Sedangkan roller pada sistem jenis yang lain didesain cocok untuk sabuk yang ditumpunya. Gambar 3.3 Arah gerak sistem roller conveyor Ketika seseorang bekerja di sebuah pabrik besar atau gudang, ia akan di beberapa titik atau lain memiliki kebutuhan untuk mengangkut jumlah beberapa item 15

sederhana untuk titik ke titik atau bahkan tumpukan mereka yang tinggi pada sistem rak. Untuk semua yang disebutkan di atas tujuan, itu memang akan berguna bagi seseorang untuk memiliki beberapa jenis transportasi mekanisme. 3.4 Fungsi Roller Conveyor Roller conveyor hanya bisa memindahkan barang yang berupa unit dan tidak bisa memindahkan barang yang berbentuk bulk atau butiran. Unit yang bisa dipindahkan menggunakan roller conveyor juga harus mempunyai dimensi tertentu dan berat tertentu agar bisa ditransportasikan. Untuk memindahkan barang dalam bentuk bulk, bulk tersebut harus dikemas terlebih dahulu dalam unit agar bisa ditransportasikan menggunakan sistem ini. Gambar 3.4 roller conveyor memindahkan barang dalam bentuk unit Spesifikasi Roller conveyor juga harus disesuaikan dengan dimensi dan beban unit yang akan ditransportasikan. Rancangan sistem roller conveyor harus mempu menerima beban maksimum yang mungkin terjadi pada sistem conveyor. Selain itu, desain dimensi sistem juga harus dipertimbangkan agar sesuai dengan dimensi unit yang akan ditransportasikan. Dalam beberapa kasus dimensi unit yang lebih lebar dari dimensi lebar roller masih diperbolehkan. 16

Gambar 3.4 beban yang di pindahkan roller konveyor Jarak antar roller disesuaikan dengan dimensi unit yang akan ditransportasikan. Diusahakan jarak antar roller dibuat sedekat mungkin agar tumpuan beban semakin banyak. Selain itu, dimensi unit yang ditranportasikan minimal harus ditumpu oleh 3 roller. Jika kurang dari 3 roller, maka unit tersebut akan tersendat bahkan bisa jatuh keluar sistem tranportasi roller conveyor. Gambar 3.4 unit ditranportasikan minimal harus ditumpu oleh 3 roller 3.5 Aplikasi Kegunaan Roller Conveyor Roller conveyor memiliki berbagai kegunaan dan aplikasi. Meskipun mereka yang paling sering ditemukan dengan pabrik industri atau beberapa kategori lain jika sistem industri, mereka juga memiliki aplikasi praktis lainnya dalam dunia yang lebih luas juga. Beberapa dari mereka bahkan dapat dioperasikan tanpa menggunakan tambahan apapun kekuasaan, apakah itu mekanis atau bahkan listrik. Conveyor secara umum dapat sangat meningkatkan produktivitas individu dan industri secara umum, karena jumlah waktu yang 17

dibutuhkan fisik bagi pekerja untuk mengangkut item dari satu lokasi ke lokasi lain akan berkurang drastis. Salah satu varian yang paling populer dari produk ini akan menjadi gravitasi roller coaster sistem karena mereka adalah sederhana untuk satu secara fisik menginstal dan sering menyediakan satu dengan jenis yang sesuai struktur bangunan untuk menggunakan pekerja. Namun, jika seseorang ingin untuk mengangkut benda-benda di atas permukaan datar atau bahkan sampai lereng. Maka ia dengan kebutuhan akan memerlukan penggunaan conveyor mekanis dengan permukaan karet yang akan memungkinkan untuk nilai gesekan tinggi. Hal ini diperlukan karena tidak akan diinginkan untuk memiliki objek yang sedang diangkut untuk tiba-tiba tergelincir dari conveyor atau lebih buruk masih off sebuah lereng seperti yang sedang diangkut. Dengan berbagai produk, Anda dapat mengatur roller conveyor untuk ringan, kecil dan, sampai batas tertentu, menengah-berat bahan yang akan diangkut, misalnya untuk kertas di mesin cetak, untuk botol, wadah kecil untuk industri farmasi atau minuman atau kardus kecil di industri kemasan beratnya mencapai 35 kg dan pada kecepatan konveyor hingga 1,5 m / s. Kapasitas beban dari produk ini adalah sampai dengan 350 N per roller conveyor dengan bahan lightweight, dan ada juga dengan menggunakan bahan stainless. Roller conveyor digunakan dalam lingkungan seperti gudang dan fasilitas manufaktur. Mereka juga dapat dipasang di dalam beberapa jenis peralatan, seperti mesin tortilla yang memproduksi tortilla otomatis dan menjalankan mereka turun roller conveyor untuk memungkinkan mereka untuk mendinginkan setelah mereka dibuat. Demikian pula, pembuatan beberapa jenis permen sering melibatkan roller conveyor. 18

3.6 Rumus Roller Conveyor Dengan demikian, disini akan berfokus pada segala sesuatu untuk mengetahui tentang roller conveyor. Berikut Rumus untuk mencari kecepatan bahan pada Roller conveyor : W = W1 + W2 + W3 W1 = G W2 = (G + p.z. J W3 = K Di mana : W = Daya tahan total W1 = Tahanan karena gerak berputar (rolling ) G = Bobot dari material yang di terima oleh beberapa roll D = Diameter roll W2 = Tahanan gesekan (frection) Z1 = Jumlah roll-roll yang menahan P = Bobot roll yang berputar µ = Angka gesekan tiap roll pada bantalan d = diameter poros W3 = Factor gesekan akibat slading P = Bobot roll yang berputar Z = Jumlah roll seluruhnya V = Kecepatan l = Panjang conveyor K = Factor koreksi (0,8/0,9) 19

3.7 Kelebihan Dan Kekurangan Roller Conveyor 3.7.1 Kelebihan Roller Conveyor Kelebihan Roller Conveyor adalah bisa mentransformasikan pada kemiringan tertentu sehingga conveyor bisa mentranportasikan barang dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Selain itu, roller conveyor juga bisa membelokkan jalur unit yang belokkannya sangat tajam. Hal tersebut bermanfaat untuk daerah yang ruanganya terbatas. Gambar 3.7.1 roller conveyor yang membelokkan Selain itu, roller conveyor memmpunyai kemampuan untuk menggabungkan 2 jalur yang terpisah. Penggabungan 2 jalur tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti Y-Line dan accumulating roller conveyor. 20

Gambar 3.7.1 penggabungan roller conveyor 3.7.2 Kekurangan Roller Conveyor Salah satu kekurangan untuk roller conveyor adalah bahwa benda dapat jatuh melalui rol atau menjadi canggung berbentuk dan berukuran dan dengan demikian tidak bergerak sepanjang conveyor sangat baik. Sebuah aplikasi yang ideal untuk jenis peralatan pada saluran kemasan, di mana kotak ukuran seragam dan bentuk dapat bergerak dengan mudah ke bawah roller conveyor. 3.8 Proses Perancangan Roller Conveyor Rancangan Roller Conveyor terdiri dari serangkaian tabung yang dipasang pada interval tertentu. Tabung berputar pada tingkat yang sama dan dalam arah yang sama untuk mendorong benda di sepanjang bagian atas conveyor. Mengatur conveyor di sudut juga dapat membantu untuk mendorong benda bersama. Perangkat mungkin peralatan yang terletak di samping untuk melakukan berbagai fungsi seperti paket penyegelan, dan karyawan juga dapat ditempatkan di sepanjang conveyor untuk memanipulasi benda-benda ketika mereka melewati. 21

3.9 Komponen Utama Dan Fungsi Roller Conveyor Komponen utama alat dan fungsi dalam sistem Roller Conveyor adalah sebagai berikut: 3.9.1 Kerangka Badan Kerangka Badan mempunyai fungsi untuk menopang roller agar lokasi roller tidak berpindah-pindah. Pemasangan roller dengan kerangka badan ini harus pas agar tidak terjadi getaran yang tidak diinginkan saat roller berputar. Selain itu, kerangka badan ini juga menentuka jarak antar roller yang sesuai agar unit yang akan ditransportasikan tidak jatuh. Gambar 3.9.1 kerangka badan roller conveyor 3.9.2 Tiang Penyangga Tiang Peyangga mempunyai fungsi untuk pondasi kerangka badan sistem roller conveyor. Kerangka badan ini didesain sebagai tumpuan roller conveyor terhadap tanah yang dilalui oleh sistem conveyor. Gambar 3.9.2 tiang penyangga roller conveyor 22

3.9.3 Motor Pengerak Motor Penggerak mempunyai fungsi untuk menggerakkan drive roller agar selalu berputar sesuai dengan kecepatan yang diinginkan operator. Motor penggerak ini pada umumnya ditempatkan diujung paling akhir alur roller conveyor agar bisa menjaga rantai transmisi tetap tegang. Gambar 3.9.3 motor penggerak roller conveyor 3.9.4 Roller Roller mempunyai fungsi sebagai pemindah barang yang akan ditransportasikan. Saat roller berputar diupayakan tidak bergetar agar tidak merusak barang yang ditransportasikan. Dimensi roller juga harus sama agar barang yang diangkut tidak tersendat dan roller dapat menumpu barang dengan sempurna. Gambar 3.9.4 sisi antara roller 1 dengan roller ke 2 Roller pada sistem roller conveyor mempunyai perhatian khusus karena merupakan komponen yang paling utama dalam sistem ini. Sehingga desain dan perawatan pada roller harus mendapatkan perhatian yang lebih utama. Berikut ini akan sedikit di jelaskan mengenai desain komponen roller conveyor. 23

Gambar 3.9.4 bahan-bahan yang ada pada roller conveyor Komponen roller sendiri adalah terdiri dari pipa, rumah bearing, seal, poros, snapring, C-ring, dan bantalan. Susunan komponen tersebut seperti Gambar diatas. 3.9.5 Sistem Transmisi Sistem Transmisi mempunyai fungsi untuk mentranmisikan daya pada penggerak ke sistem conveyor. Transmisi pada sister roller conveyor terbagi menjadi 2 bagian, yaitu transmisi antara motor penggerak dengan drive roller dan transmisi antara drive roller dengan roller lain. Sistem transmisi antara motor penggerak dengan drive roller biasanya ditempatkan di ujung paling akhir dari 24

jalur conveyor. Sistem transmisi ini biasanya terdiri dari motor, speed reducer, coupling, sprocket, dan rantai. Gambar 3.9.5 penggerak ke sistem roller conveyor Sistem transmisi antara drive roller dengan roller biasanya ditempatkan pada kerangka badan sistem conveyor. Transmisi antar roller biasanya digunakan sproket dan rantai dengan perbandingan kecepatan putar 1:1 agar kecepatan putar antar roller sama dan barang yang ditranportasikan dapat berjalan dengan baik. Gambar 3.9.5 sproket 3.10 Mekanisme kerja Mekanisme kerja roller conveyor secara umum adalah sebagai berikut: 1. Motor penggerak memutar poros pada motor yang telah terpasang sistem transmisi menuju drive roller. 2. Putaran poros pada motor ditransmisikan ke drive roller melalui sistem transmisi yang telah dirancang khusus untuk sistem roller conveyor. 25

3. Drive roller yang terpasang sistem transmisi tersebut ikut berputar karena daya yang disalurkan oleh sistem transmisi. 4. Drive roller mentransmisikan putaran roller ke roller lain dengan tranmisi rantai. 5. Antar roller diberi jalur transmisi yang sama dengan perbandingan transmisi 1:1 sehingga putaran antar roller mempunyai kecepatan yang sama. 6. Tranmisi antar roller tersebut diteruskan sampai ke roller paling terakhir. 26