GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

PENYELIDIKAN STABILITAS LERENG PADA JALUR JALAN KRUI-LIWA, KABUPATEN LIWA, PROVINSI LAMPUNG. Rachman SOBARNA

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BAB IV STUDI LONGSORAN

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bencana Benc Longsor AY 11

DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING. Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan. Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

PEDOMAN PENATAAN RUANG

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke

BAB V ARAHAN RELOKASI

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

DAFTAR ISI. SKRIPSI... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu

BELAJAR DARI TANAH LONGSOR DEWATA, KEC PASIRJAMBU, KABUPATEN BANDUNG Yunara Dasa Triana1, Imam A. Sadisun2, Hery Purnomo1

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

Transkripsi:

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Bencana gerakan tanah pernah terjadi di Kp. Bojongsari pada tahun 1997, pada saat itu masyarakat sekitar beranggapan bahwa kejadian gerakan tanah tersebut hanya terjadi sekali saja dan lokasi tersebut sudah kembali stabil. Pada awal tahun 2008 ternyata gerakan tanah di lokasi tersebut terulang, sehingga masyarakat di lokasi yang bersangkutan menjadi resah karena teringat akan peristiwa tanah longsor sebelumnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa gerakan tanah di lokasi ini merupakan gerakan tanah susulan dan daerah ini masih tergolong labil bahkan berpeluang menimbulkan ancaman baru berupa banjir bandang sehingga perlu diwaspadai dan segera ditanggulangi. Pendahuluan Pada tahun 1997 di Kampung Bojongsari pernah terjadi bencana alam gerakan tanah diikuti dengan amblesnya sebagian lahan yang ada di daerah tersebut sehingga membentuk kolam atau danau kecil. Peristiwa ini telah menimbulkan kerusakan pada lahan pertanian, namun pada saat itu masyarakat setempat masih berharap bahwa kejadian tersebut tidak akan terulang kembali, sehingga tidak heran sebagian penduduk masih bermukim di lokasi tersebut. Pada awal tahun 2008 seiring dengan terjadinya musim hujan ternyata gerakan tanah di lokasi tersebut kembali terjadi, sehingga menimbulkan kehawatiran bagi masyarakat di sekitar lokasi terutama bagi penduduk yang masih tinggal di bawah lereng maupun mereka yang biasa bekerja pada tanah garapan. Kekhawatiran akan terjadinya gerakan tanah susulan ini cukup beralasan mengingat gerakan tanah yang pernah terjadi pada waktu itu baru meruntuhkan sebagian lereng sementara bagian lereng labil lainnya masih berada di atas. Oleh sebab itu pemeriksaan telah dilakukan di daerah ini untuk mendapatkan data/informasi tentang gerakan tanah serta dampak yang akan ditimbulkan. Dengan demikian dapat diketahui gambaran secara teknis mengenai gerakan tanah serta langkah penanggulangannya, agar dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat setempat. Lokasi Gerakan Tanah Lokasi bencana gerakan tanah terletak di Kp. Bojongsari, Desa Sedapaingan, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (Gambar 1). Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Pemeriksaan. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :25-29 Hal :25

Metodologi Metode yang digunakan dalam penyelidikan ini adalah : a. Data Awal, yang mencakup Peta topografi Peta Geologi Laporan terdahulu b. Pemeriksaan Pemeriksaan yang dilakukan bersifat langsung, meliputi: pengamatan kondisi geologi setempat, tataguna lahan, kondisi keairan, serta jenis, dimensi, faktor penyebab serta akibat yang ditimbulkannya. c. Koordinasi Koordinasi dengan pemerintah daerah setempat Wawancara dengan warga setempat Hasil Pemeriksaan Topografi dan Geologi Daerah bencana gerakan tanah merupakan lereng perbukitan terjal dengan kemiringan 27-30, sedangkan di bagian bawahnya yang landai terdapat alur S. Cipucung yang mengalir hampir sepanjang tahun dan masih tergolong aktif, sehingga memiliki kemampuan untuk mengikis lapisan tanah pada tebing sungai tersebut. Batuan dasar pembentuk lereng merupakan perselingan antara lapisan breksi vulkanik dan batupasir dengan lempung sebagai bagian dari Formasi Halang (Budhitrisna, 1986). Endapan breksi vulkanik yang berada di atas lapisan lempung telah mengalami pelapukan menjadi tanah pasir lempungan hingga lempung pasiran, bersifat kurang padat hingga lunak, dan sarang/porous, sedangkan lempung bersifat lunak dengan plastisitas tinggi, dan memiliki ketebalan lebih dari 5m. Tata lahan dan keairan Tata guna lahan pada lereng bukit paling atas berupa hutan pinus dan secara berangsur ke arah bawah menuju lereng bagian tengah berubah menjadi lahan kebun cengkeh kemudian dari lereng bagian tengah hingga lereng bagian bawah berubah menjadi lahan persawahan. Di lereng bagian bawah masih terdapat 4 unit rumah penduduk yang belum bersedia pindah ke tempat lain. Kondisi tanah di lereng bagian tengah menunjukkan tingkat kandungan air (keairan) yang tinggi dan merupakan tanah tergenang air akibat diolah sebagai lahan persawahan basah. Pada lereng di bagian atas lahan persawahan terdapat mata air yang memancar dengan debit ± 5-7 l/detik. Kondisi ini berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya yang menunjukan aliran lebih kecil. Hal ini mencerminkan peningkatan kandungan air tanah akibat musim hujan/meningkatnya curah hujan. Pada bagian lereng lain terdapat lokasi mata air yang sudah tidak berair dan diperkirakan mata air di lokasi tersebut sudah tertutup material longsoran akibat pergerakan tanah yang pernah terjadi tahun 1997 (informasi penduduk). Kondisi ini perlu diwaspadai karena air yang tersumbat dapat meningkatkan tekanan air pori (water pressure) pada lereng sehingga berpotensi menurunkan stabilitas lereng di lokasi tersebut. Kondisi Gerakan tanah Waktu kejadian dan akibat Bencana gerakan tanah terjadi tanggal 2 Januari 2008, menimbulkan terjadinya retakan tanah, di beberapa tempat tanah amblas dan sebagian terangkat, sehingga sekitar 0,5-0,75 Ha lahan pertanian rusak. Gerakan tanah ini berpeluang menimbun alur sungai yang ada dibawahnya, sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya banjir bandang. Hal :26 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :26-29

Kondisi dan Jenis Gerakan Tanah Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan (debris slide, Schuster and Krizek, 1978) dengan masa yang bergerak berupa lapisan breksi lapuk di atas lapisan lempung yang plastis dan lunak. Panjang tanah yang bergerak berkisar antara 150-200m, dengan lebar 350m, 400m, di beberapa tempat terbentuk gawir setinggi 4-7m. Gerakan tanah yang terjadi merupakan kelanjutan dari gerakan tanah lama yang pernah terjadi tahun 1997 yang kembali aktif pada saat ini. Analisa dan Evaluasi Penyebab terjadinya gerakan tanah Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah dapat diuraikan sebagai berikut : Hujan yang turun saat itu serta lereng yang diolah sebagai lahan persawahan basah mengakibatkan tingginya rembesan air ke dalam lapisan tanah di lokasi tersebut. Hilangnya mata air di lokasi bencana akibat tertutup material longsoran pada tahun 1997 mengakibatkan tersumbatnya air di dalam lapisan tanah, sehingga terjadi peningkatan tekanan air pori yang dapat menurunkan stabilitas lereng di lokasi tersebut. Sungai Cipucung yang berada di bawah lereng bukit mengalir melalui lereng perbukitan terjal di kawasan ini, masih tergolong aktif dengan erosi ke arah lateral. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya longsoran tebing sungai. Mekanisme Gerakan Tanah Gerakan tanah di daerah ini diawali dengan kejadian tanah longsor tahun 1997. Penyebab utama terjadinya gerakan tanah pada saat itu adalah akibat erosi S. Cipucung yang memiliki daya erosi yang kuat kearah lateral, mengakibatkan runtuhnya sebagian tebing lereng. Sedangkan gerakan tanah susulan yang terjadi saat ini terutama diakibatkan oleh terbentuknya akumulasi air di dalam tanah akibat tersumbatnya mata air di lokasi tersebut, sehingga tekanan air pori pada bidang kontak antara lapisan breksi dan lempung meningkat yang berakibat turunnya stabilitas lereng di lokasi ini. Kesimpulan dan Rekomendasi Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, maka dapat disimpulkan dan direkomendasikan sebagai berikut : Kesimpulan Bidang kontak antara lapisan breksi dan lempung merupakan bidang lemah yang berpotensi menimbulkan terbentuknya bidang gelincir gerakan tanah. Kondisi keairan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah sehingga perlu dikendalikan. Lokasi ini masih labil, berpotensi untuk bergerak kembali terutama bila turun hujan dengan curah hujan yang tinggi. Rekomendasi Untuk menjaga bencana gerakan tanah lebih lanjut, maka direkomendasikan : Melakukan pengeringan di daerah permukaan, yaitu dengan membebaskan lereng bagian tengah dari genangan air permukaan sehingga air hujan bisa segera mengalir ke bawah. Untuk itu lahan kebun cengkeh yang berada di bagian atas agar dikembangkan hingga lereng bagian tengah menggantikan lahan persawahan basah di lokasi tersebut. Kolam yang terbentuk akibat kejadian gerakan tanah sebelumnya perlu dikeringkan agar tidak terjadi rembesan air ke daerah labil. Melakukan pengeringan di bawah permukaan (subsurface) yaitu mengurangi kandungan air pada lereng dengan menurap Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :27-29 Hal :27

lereng tersebut menggunakan pipa paralon berdiameter 2-3 inci agar muka air tanah di lokasi tersebut segera turun. Daerah ini masih memiliki potensi untuk bergerak, dengan demikian 4 unit rumah yang masih berada di daerah longsoran disarankan pindah ke lokasi lain yang aman. Pada lereng bagian atas masih perlu ditanami pohon keras yang berakar kuat dan dalam untuk mengikat tanah/batuan supaya menjadi stabil. Melakukan pembenahan di beberapa tempat pada alur S. Cipucung yang rawan terhadap erosi sungai dengan memasang bronjong ataupun krib pada tebing sungai. Pemerintah Daerah setempat perlu memberikan sosialisasi /penyuluhan kepada masyarakat di daerah bencana. Material longsoran Th 1997 Foto 1. Lereng gunung yang masih aktif bergerak. Material longsoran tahun 1997 berada di bawah lereng. Daftar Pustaka Budhitrisna, 1986,Peta Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa, Skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung Schuster and Krizek 1978, Landslides Analysis and Control, Transportation Research Board, Comission on Sociotechnical Systems, National Research Council, National Academy of Science, Washington DC Foto 2. Tanah yang turun akibat gerakan tanah telah membentuk kolam. Hal :28 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :28-29

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 :29-29 Hal :29