PENCIPTAAN LUKISAN POTRET IR. WIDODO REKTOR UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA PERIODE TAHUN (DJOKO MARUTO)

dokumen-dokumen yang mirip
PENCIPTAAN LUKISAN POTRET REKTOR UNY DRS. SUTRISNO HADI, MA REKTOR UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA PERIODE TAHUN (DJOKO MARUTO)

PENCIPTAAN LUKISAN POTRET PROF. IMAM BARNADIB, MA REKTOR UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA PERIODE TAHUN (DJOKO MARUTO)

PENCIPTAAN SENI RUPA DAN PAMERAN

PENCIPTAAN LUKISAN POTRET DRS.BAMBANG DAMARSASI DOSEN JURDIK SENI RUPA, FBS, UNY, DALAM RANGKA PURNA BHAKTI (CENDERA MATA)

PENCIPTAAN LUKISAN SRI SULTAN HAMENGKUBUNO X (DJOKO MARUTO)

POTRET DIRI. (Karya Seni Lukis) Tulisan ini untuk mendiskripsikan Lukisan yang dipamerkan pada Pameran Seni Rupa Nasional di Benteng Vredeburg

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

IBU DAN ANAK. (Karya Lukisan)

FAMILY. (Karya Seni Lukis)

Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

GEMBALA. (Karya Seni Lukis)

KELUARGA NELAYAN. (Karya Seni Lukis)

JAMBEAN. Tulisan ini dibuat untuk mendiskripsikan Pameran Seni Rupa HUT Dewan Kesenian Sleman. Di Gedung Serba Guna Kabupaten Sleman

GEMBALA YANG BAIK. Tgl 6-9 Agustus Di Atrium Duta Wacana University. Oleh:

Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

KALIURANG. (Karya Seni Lukis)

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

PASAR MALEM. (Karya Seni Lukis) Tulisan ini untuk mendeskripsikan lukisan yang dipamerkan pada Basar-Bursa Seni Rupa IKAISI 2002

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

KE SAWAH. Oleh: Drs. Djoko Maruto NIP : ( lama) ( baru )

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

BROKEN WEAPON. Oleh: Aran Handoko, M.Sn NIP:

PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS CRASH

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI

DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

SINOLEWAH HOPING TREE

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

2 PRINSIP DAN UNSUR DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

CAKRAWALA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

BAB II Kaidah Estetika Dan Etika Seni Grafis

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sempurna. Manusia bisa berpikir dan mempunyai kemampuan

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

FOTOGRAFI DALAM LUKISAN TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam

KERIPUT WAJAH MANUSIA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN LUKISAN TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

V. PENUTUP. A. Kesimpulan

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS STREAM

Apa itu Rupa dasar?desain dasar?

PENGEMBANGAN METODE ANALISIS BENTUK DALAM PENGAJARAN SENI LUKIS DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FBS UNY YOGYAKARTA I Wayan Suardana

BAB III METODE PENCIPTAAN

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB V KESIMPULAN. sesuatu yang luar biasa jika ada niat atau keinginan untuk mewujudkannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

Estetika. Gestwicki (2007: 2), estetika (aesthetics) kemampuan untuk merasa melalui perasaan.

BAB 4 KONSEP DESAIN. Menurut kutipan dari buku "Tipografi dalam Desain Grafis", Danton

BAB II LANDASAN TEORI

BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

1 of 5 11/5/2010 7:37 AM

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik. yang berasal dari hasil pengalaman dan pengamatan lingkungan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

MAKALAH PENDIDIKAN IPS SD 2. Penggunaan Media Grafis Bagan dalam Pembelajaran

Transkripsi:

PENCIPTAAN LUKISAN POTRET IR. WIDODO REKTOR UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 1964-1965 (DJOKO MARUTO) I. Pendahuluan A. Latar Belakang Penciptaan lukisan potret, merupakan salah satu bentuk kreatifitas melalui pengamatan terhadap obyek foto. Penciptaan lukisan potret di sini tidak sekedar meniru atau memindahkan sebuah foto semata-mata, melainkan menanggapi atau merespon sebuah foto menjadi sebuah lukisan potret (foto). Interpretasi terhadap sebuah foto akan menghasilakan sebuah lukisan yang berbeda, dalam artian menjadi lebih hidup. Semu itu tergantung dari imajinasi, pengalaman, dan teknis melukis yang dikuasai oleh seorang pelukis. Interpretasi atau kemampuan menerjemahkan sebuah foto, selain mencakup kemampuan mentransfer obyekya yang digambar secara tepat, yang meliputi ketepatan bentuk, karakter (terjemahan sifat) melalui pilihan warna, kombinasi, dan proporsi serta sapuan-sapuan kuas yang menggambarkan ekspresinya. Paduan dari semua tersebut akan menjadikan sebuah lukisan yang indah dan sesuai dengan fotonya serta harmonis, ketika dapat menyatukan antara obyek yang digambar dengan backgroundnya. Penyatuan ini bisa dari penggunaan warna maupun dari cara menggunakan luas dalam melukis. Penciptaan lukisan potret Ir. Widodo Rektor IKIP/ UNY periode tahun 1964-1965 tersebut dibuat berdasarkan surat penugasan/ izin dekan FBS, UNY nomer : 270/ H. 34.12/ K.P/ 2008. B. Tujuan Pmebuatan Tujuan pembuatan lukisan potret rektor UNY/ IKIP ini untuk dokumentasi yang dipasang di ruang sidang rektorat bersama dengan potretpotret rektor lainnya. Pembuatan potret-potret rektor UNY/ IKIP seperti ini selain sebagai dokumentasi rektor-rektor yang pernah menjabat di UNY dari yang pertama

sampai yang sekarang, juga dapat untuk memberikan penghargaan yang memberikan kebanggan bagi keluarganya karena pemasangannya di ruang yang terhormat di sebuah perguruan tinggi. II. KAJIAN TEORI A. Seni, Seni Lukis, dan Seni Lukis Realis Banyak para ahli seni yang mendefisikan tentang seni, menurut Akhdiat Karta Miharja yang dilangsir oleh Soedarso Sp (1987 : 24) bahwa seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksi realited (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya. Sementara itu menurut Soedarso Sp (1990 : 11) bahwa seni lukis adalah pengungkapan atau pengucapan pengalaman artistik yang ditampilkan alam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna. Sedangkan Laura H. Chapman dalam Humar Sahman (1993 : 37) di antaranya disampaikan bahwa pada karya dua dimensi yang sebenarnya (baca nampak) datar itu ada juga kesan-kesan volume, kedalaman, dan ruang, namu semua itu hanya merupakan tipuan pandang/ optis (optical illusion) semata-mata. Hal semacam ini tampak jelas ketika melihat pada lukisan realis. Dalam seni lukis realis memandang dunia tanpa ilusi. Pelukis-pelukis realis menggunakan penghayatannya untuk menemukan dunia. Mereka ingin menciptakan hasil seni yang nyata menggambarkan apa-apa yang betulbetul real dan ada (Soedarso Sp 1971 : 19). Mengenai bentuk dalam karya seni khususnya lukisan menurut The Lianggie (1983 : 70) menyatakan bahwa setiap karya seni, medium berikut unsur-unsurnya itulah disusun dan disatu padukan sehingga menjadi sebuah kebulatan yang utuh. Pengorganisasian itu harus mengandung makna dan menarik, sehingga terjelma apa yang dikenal sebagai bentuk (form) dari karya seni. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka Humar Sahman (1993 : 41) mengutip pendapat Edgar de Bruyne yang menyatakan bahwa bentuk adalah wujud lahiriah. Dengan demikian dalam karya seni pada umumnya dan khususnya seni lukis bentuk adalah wujud lahiriah yang merupakan organisasi medium berikut unsur-unsur seni, sehingga menjadi kebulatan yang utuh, dan

pengorganisasian tersebut harus mengandung makna bungkus dan isi (konten). Isi atau konten menurut The Lianggie yang dikutip oleh Humar Sahman (1993 : 47), menyatakan bahwa pokok isi adalah apa yang hendak diketengahkan karya seni (The Whatnya karya seni) dan dengan demikian dapat dipadankan dengan tema. Seni atau karya seni, bentuk merupakan perwujudan dari ide atau gagasan (isi) yang hendak divisualisasikan melalui medium yang tepat, agar karya seni yang dihasilkan dapat seperti yang diinginkan, sehingga masyarakat penikmat mudah untuk menangkap apa yang diekspresikan. Dalam lukisan pada umumnya, khususnya lukisan realis dan lukisan potret, pada dasarnya adalah seni yang konkret, menggambarkan segala sesuatu yang ada dan nyata. Semua itu didasarkan pada pencerapan panca indera khususnya indera mata, dan meninggalkan fantasi dan imajinasinya. Melukis apa adanya, tentu terdapat penafsiran menurut pengertiannya, interpretasi, dan seleksi. B. Unsur-unsur Bentuk dan Kaidah-kaidah Komposisi Dalam menikmati seni lukis, kepuasan estetik diperoleh dengan mengenali dan memahami kualitas piktorialnya, yaitu irama, keselarasan, gerak atau pola (Malins 1980 : 9). Karya seni lukis yang dapat dikatakan sebagai susunan warna pada bidang datar, secara langsung dapat merangsang perasaan tanpa terganggu oleh gambaran visual dunia eksternal atau konsep-konsep logis. Seperti halnya dalam penikmatan musik seseorang tidak perlu memahami liriknya (Read 1968). Bentuk yang dimaksud sebagai totalitas karya rupa, yaitu organisasi (design) dari semua unsur yang membentuk karya seni rupa. Unsur-unsur bentuk (elemens of form) juga disebut alat visual (visual device), misalnya garis, bidang, warna, tekstur, gelap terang. Cara menggunakan unsur-unsur tersebut menentukan penampilan final suatu karya seni rupa. Cara untuk menyusun unsur-unsur tersebut disebut prinsip-prinsip penyusunannya, misalnya keseimbangan, harmoni, variasi, irama, dan kesatuan. Unsur-unsur bentuk dan prinsip-prinsip penyusunannya dapat disebut sebagai tata bahasa dasar (bassic grammar) seni rupa (Malin 1980 : 9). 1. Unsur-unsur Bentuk

Unsur-unsur bentuk meliputi garis, bentuk, masa, dan volume, ruang, gelap terang, warna dan tekstur. Unsur-unsur bentuk masingmasing memiliki dimensi dan kualitas khas. 2. Prinsip Penyusunan atau Dalam karya seni rupa, unsur-unsur tersebut disusun menjadi design komposisi berdasarkan prinsip-prisnsip seperti proporsi, keseimbangan, kesatuan, variasi, irama, tekanan serta gerak. 2.1. Proporsi Proporsi adalah hubungan ukuran antar bagian dalam suatu keseluruhan. Sebagai contoh, perbandingan ukuran pada tubuh manusia, yang menghubungkan kepala dengan tinggi badan, lebar pundak dan panjang torso. Proporsi digunakan untuk menciptakan menciptakan keteraturan dan sering ditetapkan untuk membentuk standar keindahan dan kesempurnaan, misalnya proporsi manusia pada zaman Yunani klasik dan kemudian pada masa Renaisans. Seniman cenderung menggunakan ukuran-ukuran yang tampak seimbang, mirip dan berhubungan dengan perbandingan. Penempatan yang tepat memerlukan pertimbangan pribadi, karena tidak ada rumus yang menetapkan ukuran yang benar atau proporsi yang tepat (Ocvirk 1962 :30 31). 2.2. Keseimbangan Keseimbangan adalah ekuilibrium di antar bagian-bagian dari suatu komposisi. Keseimbangan dapat dicapai dengan dua cara, yaitu simetri dan asimetri. Keseimbangan dapat dihasikan melalui warna dan gelap terang yang membuat bagian-bagian tertentu lenih berat, selaras dengan bagian-bagian yang lain. Dalam lukisan bidang kecil berwarna gelap tampak sama beratnya dengan bidang luas berwarna terang (Jones 1992 : 25-26). Dalam komposisi keseimbangan dicapai berdasarkan pertimbangan visual. Dengan kata lain keseimbangan di sini merupakan keseimbangan optik yang dapat dirasakan di antara bagian-bagian dalam karya seni rupa. Keseimbangan ditentukan oleh faktor-faktor seperti penempatan, ukuran, proporsi, kualitas, dan arah dari bagian-bagian tersebut (Ockvirk 19962 : 23).

2.3. Kesatuan Kesatuan menunjukkan keadaan dimana berbagai unsur bentuk bekerja sama dalam menciptakan kesan keteraturan dan memberikan keseimbangan yang selaras antara bagian-bagian dan keseluruhan. Kesatuan dapat dicapai dengan berbagai cara, mislanya dengan pengulangan penyusunan bentuk secara monoton atau dengan pengulangan bentuk (Shape) warna dan arah gerak. Kesatuan sering dihasilkan dengan mengurangi peranan bagianbagian demi tercapainya konsep keseluruhan yang lebih besar (Jones 1992 : 28). Penggunaan repetisi untuk mencapai kesatuan. Selain itu kesatuan juga dapat dicapai dengan menempatkan bentuk-bentuk secara berdekatan, dan kesatuan akan menjadi bertambah kuat jika disertai dengan repetisi (Ficher Rathus 2008 : 190). 2.4. Variasi Variasi berarti keragaman dalam penggunaan unsur-unsur bentuk. Kombinasi berbagai macam bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang dapat menghasilkan variasi, tanpa mengurangi kesatuan. Kesatuan dalam komposisi ditentukan oleh keseimbangan antara harmoni dan variasi. Harmoni dicapai melalui repetisi dan irama, sedangkan variasi melalui perbedaan dan perubahan. Harmoni meningkatkan bagian-bagian dalam kesatuan. Sedangkan variasi menambah daya tarik pada keseluruhan bentuk atau komposisi. Tanpa variasi, komposisi menjadi statis atau tidak memiliki vitalitas (Ockvirk 1962 : 21). 2.5. Irama Irama dapat diciptakan dengan pola repetisi, untuk mengesankan gerak. Irama dapat dilihat dengan pengelompokkan unsur-unsur bentuk yang repetitif seperti garis, bentuk, warna. Sedikit perubahan dalam irama, baik dalam seni musik maupun seni rupa, dapat menambah daya tarik, tetapi perubahan yang besar dapat menyebabkan kesan tidak mengenakkan (Fichner/ Rathus 2008 : 239). Repetisi dan irama tidak dapat dipsiahkan. Repetisi adalah cara penekanan ulang satuan-satuan visual dalam suatu pola. Repetisi

tidak selalu merupakan duplikasi secara persis, tetapi dapat juga didasarkan pada kemiripan. Variasi repetisi dapat memperkuat daya tarik suatu pola atau agar pola tersebut tidak membosankan (Ockvirk 1962 : 29) III. VISUALISASI KARYA LUKIS POTRET IR. WIDODO REKTOR UNY PERIODE 1964 1965 Judul : Ir. Widodo Ukuran : 45 x 60cm Media : Cat Minyak pada Kanvas Tahun : 2008 Ir. Widodo selaku rektor pertama IKIP Negri Yogyakarta (UNY) merupakan sosok yang berbadan kurus. Karakter yang dimiliki tampak berwibawa, sederhana, dan seorang pemikir. Warna kulit sawo matang menggunakan kaca mata seperti pada umumnya, usia 40 tahun ke atas serta memakai baju putih dengan dasi strip merah putih, dilengkapi jas warna cokelat (raw umbre). Teknik yang digunakan teknik opaque, alaprima dengan menggunakan teknik brush stroke. Variasi ukuran kuas yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan. Jika bidangnya kecil dan untuk bidang luas seperti baju, background, menggunakan kuas lebar. Warna kulit menggunakan burn sienna, yellow ochre, cadmium red deep, burn umbre, viridian green, dan titanium white. Karakter Ir. Widodo ini sangat jelas tapak pada garis-garis tegas, karena wajah yang kurus dan garis-garis ketuaannya sehingga karakter wajahnya mudah ditangkap, terlebih kaca mata yang digunakan akan memberikan cirikhas.

Warna baju, dasi, jas maupun warna kulit secara keseluruhan mengandung warna-warna yang ada pada background, guna mendapatkan unity (kesatuan) dan harmonis.

PENUTUP Untuk melukis potret hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai patokan adalah posisi kedudukan mata dan bentuk mata. Selain hal ini menyangkut karakter seseorang, juga untuk menentukan posisi wajah dan proporsi potret dengan bidang gambar secara keseluruhan. Hal ini mengingat keindahan track keberhasilan lukisan potret selain ketepatan atau kemiripan dan karakter seseorang, juga proporsi besarnya bidang gambar dan obyek yang digambar harus tepat tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil, tidak terlalu ke atas juga tidak terlalu ke bawah.

DAFTAR PUSTAKA Feldman, Edmund Burke (1967), Art as Image and Idea. Englewood Cliffs : Prentice Hall, Inc Fichner-Rathus (2008) Foundations of Art and Design, Thomson Wads Word, Jones, A.F (1992), Introduction to Art and Design, Thomson wads word, Humar Sahman (1993), Mengenali Dunia Seni Rupa; Tentang Seni, Karya Seni, Aktifitas Kreatif, Apresiasi, Kritik, dan Estetika, Semarang, IKIP Semarang Press Kusnadi (1976), Warta Budaya. Dit Jen. Kebudayaan Departemen P dan K No I dan II Th. I, 1976 Malins, Frederich (1980), Understanding Painting. The Element of Compotition. New Jersey: Prentice Hall. Ockvirks, O.G (1962), Art Foundamentals, Iowa: W.M.C. Brown. Read, Herbert (1968), Art Now, London: Faber and Faber Soedarso. SP (2006), Trilogi Seni, Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta Soedarso (1987), Tinjauan Seni Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni. Saku Dayar Sana. Yogyakarta.