PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

PENGARUH TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS PUPUK FOSFAT PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI DAN LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Februari 2013 sampai dengan September 2013 pada lahan pertanaman tebu di PT

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

RESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

MENENTUKAN KONSENTRASI MOLIBDENUM TERBAIK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 15 (3): ISSN eissn Online

JURNAL SAINS AGRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

Metha Deviana, Dermiyati, Jamalam Lumbanraja, Ainin Niswati & Sutopo Ghani Nugroho

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 10 Nomor 2 September 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Kajian Pemberian Lumpur Sawit dan BFA Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Mains Nursery

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Sari et al.: Pengaruh Dosis dan Ukuran Pupuk Fosfat Super yang Diasidilasi 81 Vol. 4, No. 1: 81 85, Januari 2016 PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Debby Novita Sari, Sri Yusnaini, Ainin Niswati & Sarno Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35141 Email: Deby.db62@gmail.com ABSTRAK Sumber P yang saat ini digunakan dalam pertanian umumnya adalah pupuk kimia seperti SP-36 dan TSP, dengan ditiadakannya subsidi pupuk P ini maka harga pupuk meningkat di pasaran karena semua bahan baku pembuatan pupuk tersebut berasal dari impor sehingga harga pupuk menjadi mahal. Oleh karena itu perlu dicari alternatif untuk mengatasinya, yaitu dengan menggunakan batuan fosfat yang dicampur limbah cair tahu dan asam sulfat. Pupuk tersebut dinamakan Fosfatsuper, yang merupakan hasil asidulasi batuan fosfat dengan kombinasi antara 85% limbah cair tahu dan 15% H 2 1 N. Pupuk Fosfatsuper akan diuji kelarutannya dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan mencari dosis dan ukuran butir pupuk Fosfatsuper yang terbaik dalam pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan Laboratorium Teknologi Pertanian Universitas Lampung bulan Agustus 2014 sampai April 2015. Penelitian disusun secara faktorial 2x4 dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kelompok. Faktor pertama adalah dosis pupuk Fosfatsuper (360 kg ha -1 ; 720 kg ha -1 ) dan faktor kedua adalah ukuran butiran pupuk fosfat super (1 mm, 2 3 mm, 3 5 mm, > 5mm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-tersedia terbaik pada dosis 50% (setara dengan dosis SP-36 360 kg ha -1 ) pada ukuran butir 1 mm dan jumlah daun terbaik pada dosis 50% pada ukuran butir 1 mm. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan korelasi nyata antara serapan P dengan bobot berangkasan kering, P-tersedia dengan bobot berangkasan kering, dan ph dengan bobot akar kering tanaman jagung. Kata kunci: asam sulfat, dosis pupuk, fosfatsuper, jagung, ukuran butir. PENDAHULUAN Unsur fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Sumber P yang saat ini digunakan dalam pertanian umumnya adalah pupuk kimia seperti SP-36 dan TSP. Dengan ditiadakannya subsidi pupuk P ini maka harga pupuk meningkat di pasaran karena semua bahan baku pembuatan pupuk tersebut berasal dari impor (Pramono, 2000). Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain untuk mengatasinya, yaitu dengan menggunakan pupuk Fosfatsuper. Pupuk alternatif Fosfatsuper merupakan hasil asidulasi batuan fosfat, 85% limbar cair tahu, dan 15% H 2. 1 N (Aini, 2013). Berdasarkan penelitian Niswati dkk., (2014) limbah cair agroindustri yang berpotensi tinggi sebagai pelarut fosfat adalah limbah cair tahu. Hasil penelitian Aini (2013) menunjukkan kelarutan P- total batuan fosfat yang diasidulasi dengan 85% limbah cair tahu dan 15% H 2 1 N adalah 10,80%. Fosfatsuper akan diujikan terhadap tanaman, indikator tanaman yang digunakan adalah tanaman jagung. Hal ini karena jagung merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap pemupukan P. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dosis pupuk Fosfatsuper terbaik terhadap serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung, mencari ukuran butir pupuk Fosfatsuper terbaik terhadap serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung, dan mencari interaksi antara dosis dan ukuran butir pupuk Fosfatsuper terbaik terhadap serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung. BAHAN DAN METODE Penelitian ini disusun secara faktorial 2x4 dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kelompok. Faktor pertama adalah dosis pupuk Fosfatsuper (P) yaitu P 1 = 360 kg ha -1 atau setara dengan pupuk SP-36 dosis 100 kg ha -1 ; P 2 = 720 kg ha -1 atau setara dengan pupuk SP-36 dosis 200 kg ha -1. Faktor kedua adalah ukuran butir pupuk Fosfatsuper (T) yaitu = 1 mm; = 2-3 mm; = 3-5 mm; dan = > 5 mm. Sehingga kombinasi perlakuan dari penelitian ini adalah : P 1 =

82 Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 81-85, 2016 360 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran 1 mm, P 1 = 360 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran 2-3 mm, P 1 = 360 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran 3-5 mm, P 1 = 360 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran > 5 mm, P 2 = 720 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran 1 mm, P 2 = 720 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran 2-3 mm, P 2 = 720 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran 3-5 mm, dan P 2 = 720 kg ha -1 pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran > 5 mm. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Uji korelasi dilakukan antara variabel utama dengan variabel pendukung. Pada pembuatan pupuk fosfat super dan pemupukan, limbah cair tahu disiapkan dalam keadaan segar dan pelarut asam sulfat (H 2 1 N). Tepung fosfat (lolos saringan1 mm) ditimbang 0,5 kg. Kemudian sebanyak 0,5 kg tepung batuan fosfat, 425 ml limbah cair tahu, dan 75 ml (H 2 1 N) secara bersamaan dan perlahan-lahan dimasukkan ke dalam mixer selama 5 menit. Setelah itu campuran tersebut dituang ke dalam toples dan di diamkan selama seminggu, kemudian Fosfatsuper dibuat granul menggunakan alat granulator yang ada di Laboratorium Teknologi Pertanian Universitas Lampung. Setelah operasi granulasi selesai, hasilnya diambil dan dikeringkan dengan cara penjemuran langsung oleh sinar matahari. Pupuk yang sudah kering dianalisis distribusi diameter granul dengan menggunakan ayakan (1 mm, 2-3 mm, 3-5 mm, dan >5 mm). Pada persiapan media tanam dan pemupukan, sebelum digunakan, tanah terlebih dahulu diayak dan dikeringkan. Selanjutnya 5 kg tanah dimasukkan ke dalam polibag, sebanyak 24 polibag sebagai perlakuan dan 3 polibag sebagai kontrol. Pemberian pupuk dasar dilakukan 1 MST dengan aplikasi urea dengan dosis 3 gram polibag -1, dan aplikasi KCl dengan dosis 3 gram polibag -1. Selain itu diberikan pupuk Fosfat Super dengan ukuran butiran 1 mm, 2-3 mm, 3-5 mm, dan > 5 mm sehari setelah pemberian pupuk dasar dengan dosis rekomendasi 10,8 g polibag 1 atau setara dengan 720 kg ha -1 dan 5,4 g polibag -1 atau setara dengan 360 kg ha -1 sesuai perlakuan. disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa, terjadi peningkatan serapan P yang cukup signifikan pada tanaman jagung setelah diberi perlakuan dosis dan ukuran butir Fosfatsuper jika dibandingkan dengan kontrol atau yang tidak diberi perlakuan dosis dan ukuran butir Fosfatsuper. Hal ini diduga karena menurut (Idawati, 1996) bahwa efisiensi pemupukan P pada umumnya sangat rendah, yaitu kurang dari 10%. Hal tersebut disebabkan oleh fiksasi P dalam tanah sehingga unsur P yang diberikan tidak seluruhnya tersedia bagi tanaman. Tingginya fiksasi P dalam tanah menyebabkan penimbunan P dalam tanah dari waktu ke waktu selama pemberian pupuk P dilakukan. Selain itu Sanchez (1992) menyatakan bahwa sebagian besar pupuk P yang tidak terserap oleh tanaman tidak hilang tercuci, tetapi menjadi non labil P yang tidak tersedia bagi tanaman. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah pada tanaman jagung. Namun terdapat interaksi yang nyata antara dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap P-tersedia tanah pada tanaman jagung. Pengaruh interaksi antara dosis dan ukuran butiran pupuk fosfat super terhadap P-tersedia tanah pada tanaman jagung disajikan pada Tabel 1. Hal ini disebabkan karena fosfat alam yang digunakan secara langsung reaktivitasnya dipengaruhi oleh ukuran butir. Semakin halus ukuran butir fosfat alam maka semakin reaktif, karena semakin tinggi permukaan fosfat alam yang bersentuhan dengan permukaan koloid tanah. Selain HASIL DAN PEMBAHASAN Pada serapan P tanaman, dosis dan ukuran butiran tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P tanaman jagung. Sedangkan dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap serapan P pada tanaman jagung Gambar 1. Pengaruh perlakuan dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap serapan P pada tanaman jagung.

Sari et al.: Pengaruh Dosis dan Ukuran Pupuk Fosfat Super yang Diasidilasi 83 Tabel 1. Pengaruh interaksi antara dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap P-tersedia tanah dan jumlah daun tanaman jagung. Perlakuan P tersedia (ppm) Jumlah daun (helai) P 1 P 2 P 1 P 2 13,80 a 9,20 b 7,83 c 6,21 d 8,05 a 7,83 a 7,16 b 6,14 c 43 a 38,5c 39 c 42 b BNT 5% 0,66 0,74 41 a 40 b 42 c 35 d Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%. Huruf kecil dibaca arah vertikal dan huruf besar (dalam tanda kurung) dibaca arah horizontal. P 1 = 360 kg ha -1 Fosfatsuper; P 2 = 720 kg ha -1 Fosfatsuper; = ukuran butiran 1 mm; = ukuran butiran 2-3 mm; = ukuran butiran 3-5 mm; = ukuran butiran >5 mm. itu hal ini diduga karena meningkatnya 100% dosis rekomendasi, menyebabkan semakin banyak P yang teretensi sehingga P tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu, diketahui bahwa P-tersedia pada tanah dipengaruhi oleh ph tanah. Unsur hara P paling mudah diserap oleh tanaman pada ph sekitar 6-7 (Hardjowigeno, 1987). Pada ph > 5,0 unsur hara fosfat kurang tersedia pada tanah masam. Ketersediaan P di dalam tanah berbanding lurus dengan ph tanah. Bila tanah masam ketersediaan P akan menurun, sebaliknya jika ph tanah meningkat sampai ph tertentu, maka ketersediaan P juga akan meningkat. Pengaruh interaksi antara dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap jumlah daun tanaman jagung disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis ragam ukuran butiran berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman jagung, sedangkan dosis pupuk Fosfatsuper tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman jagung. Namun interaksi antara dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman jagung. Terjadinya interaksi yang nyata antara dosis dan ukuran butiran terhadap jumlah daun tanaman jagung menunjukkan bahwa tanaman jagung sangat responsif terhadap pemupukan P. Di samping itu fosfor berperan sebagai bahan penyusun nukleoprotein (inti sel) yang menentukan proses pembelahan inti sel (Hakim, 1982). Dengan demikian kekurangan P dapat menghambat proses pembelahan inti sel sehingga pertumbuhan akan terhambat. Selain itu juga peningkatan jumlah daun karena unsur fosfor berperan dalam proses pembentukan energi pada tanaman sehingga dengan peningkatan pemberian P maka akan meningkatkan laju fotosintesis, sejalan dengan itu dapat merangsang pembentukan daun baru yang meningkat. Berdasarkan hasil analisis ragam dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada 9 MST. Pengaruh dosis dan ukuran butiran terhadap tinggi tanaman jagung disajikan pada Gambar 2. Pada gambar 2 dapat dilihat peningkatan tinggi tanaman pada setiap minggu pengamatan adalah sama antar semua perlakuan dan kurva peningkatan tinggi tanaman sesuai dengan kurva tinggi tanaman pada umumnya, yaitu sigmoid, dengan kecepatan peningkatan tertinggi diperoleh pada tanaman jagung umur 4-7 MST, kemudian melambat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Komariah (2007) yang menunjukkan perlakuan pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung semi. Danarti (1992) pertumbuhan tinggi tanaman jagung tidak terlepas dari sifat fisika tanah yang mampu menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan akar. Dengan sifat fisika tanah yang lebih baik maka ketersedian air, unsur hara yang ada akan lebih mudah diserap oleh akar tanaman dan mampu menstimulir tinggi tanaman. Dosis dan ukuran butiran tidak berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan kering pada tanaman jagung. Pengaruh dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap bobot berangkasan kering disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa, pada perlakuan bobot berangkasan kering tanaman lebih rendah berkisar antara 23,16 g tanaman -1 dibanding

84 Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 81-85, 2016 perlakuan lainnya. Sedangkan pada semua perlakuan berkisar antara (23,16-37,52 g tanaman -1 ). Sugito (1994) dengan semakin meningkatnya sumber karbohidrat yang dihasilkan daun akan semakin besar jumlah asimilat. Akibatnya terbentuk sistem perakaran yang lebih luas Gambar 2. Pengaruh pemberian dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap tinggi tanaman jagung. = kontrol, = P2T4, = P2T3, = P2T2, = P2T1, = P1T4, = P1T3, = P1T2, = P1T1. dan struktur vegetatif yang lebih besar saat terjadi pembentukan biji dan buah. Dengan begitu pertumbuhan tajuk biasanya sebanding dengan pertumbuhan akar. Namun pada penelitian ini penambahan pupuk Fosfatsuper tidak berpengaruh pada bobot basah maupun bobot kering tajuk dan akar. Hal ini berarti pencapaian konsentrasi fosfat pada tajuk belum mampu menghasilkan fotosintat baru yang lebih efisien dan memindahkan lebih banyak fotosintat ke akar untuk mempertahankan laju penyerapan hara. Dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper tidak berpengaruh nyata terhadap ph tanah pada tanaman jagung. Pengaruh dosis dan ukuran butiran pupuk fosfat super disajikan pada Gambar 4. Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa, ph tanah berkisar antara (5,74-6,50). Data ph ini menunjukkan bahwa ph tergolong kriteria ph agak masam. Hal ini terjadi diduga karena tanaman dapat mempengaruhi ph, perubahan ph pada rizosfer mengakibatkan ketidakseimbangan anion dan kation. Berdasarkan hasil uji korelasi (Tabel 3) menunjukkan korelasi yang nyata antara Serapan P dan P-tersedia dengan bobot berangkasan kering. Peningkatan bobot berangkasan kering tanaman menurut Rao (1994), P berperan dalam transfer energi. Senyawa P untuk transfer energi terdapat dalam bentuk ADP ( Adenosin Difosfat), ATP ( Adenosin Trifosfat) dan fosfor organik. Apabila unsur P dalam keadaan kurang maka akan mengganggu metabolisme tanaman. Dengan terganggunya metabolisme tanaman maka pertumbuhan tanaman akan terganggu pula. Selain itu Gambar 3. Pengaruh perlakuan dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper terhadap bobot berangkasan kering pada tanaman jagung. Gambar 4. Perubahan ph tanah dengan menggunakan perlakuan dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper pada tanaman jagung.

Sari et al.: Pengaruh Dosis dan Ukuran Pupuk Fosfat Super yang Diasidilasi 85 Tabel 3. Hasil korelasi antara serapan P tanaman, P-tersedia, dan ph dengan Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Bobot Berangkasan Kering Tanaman, Bobot Akar Kering. Variabel Koefisisen korelasi (r) Tinggi tanaman Jumlah daun Bobot akar kering Bobot tajuk kering Serapan P 0,20 tn 0,24 tn 0,41 * 0,20 tn P-tersedia -0,16 tn -0,16 tn 0,42 * 0,13 tn ph 0,10 tn -0,12 tn 0,12 tn 0,52 * Keterangan:*= berkorelasi nyata pada taraf 5% tn= tidak berkorelasi nyata padataraf 5% terjadi korelasi positif antara ph tanah dengan bobot kering akar tanaman. Hal ini disebabkan karena sumbangan P dari fosfat alam ke dalam tanah diserap akar tanaman digunakan dalam penyusunan organ tanaman. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi P dalam tanah meningkat sehingga merangsang pertumbuhan perakaran tanaman. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa idak terdapat dosis pupuk fosfatsuper yang terbaik dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung. Tidak terdapat ukuran butir pupuk fosfatsuper yang terbaik dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung. Terdapat interaksi antara dosis dan ukuran butir pupuk Fosfatsuper terhadap P-tersedia dan jumlah daun. P-tersedia terbaik pada dosis 50% pada ukuran butir 1 mm. Sedangkan Jumlah daun terbaik pada dosis 50% pada ukuran butir 1 mm. DAFTAR PUSTAKA Aini, S. N. 2013. Pengaruh Perbandingan Campuran Limbah Cair Tahu dengan Asam Sulfat serta Lama Inkubasi dalam Proses Asidulasi Batuan Fosfat terhadap Fosfat Larut. Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung. 54 hlm. Danarti, S. dan Najiati. 1996. Bercocok Tanam Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. 67 hlm. Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. 286 hlm. Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R Saul, M. A. Diha, G. B. B. Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 488 hlm. Idawati A., Haryanto, dan H. Rasjid. 1996. Serapan hara dan Pertumbuhan Padi Sawah Sehubungan dengan status Unsur Hara P pada Tanah Pustaka Negara. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. Batan. 103 108 hlm. Niswati A., S. Yusnaini, dan Sarno. 2014. The potency of agroindustrial wastewaters for increasing soluble-p from phosphate rock. J. Trop. Soils 19 (1) : 2. Raihana, Y. 1992. Pengaruh pemberian kapur dan fosfat alam pada tanaman jagung di lahan pasang surut sulfat masam. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Peneliti Agronomi Balittan Banjarbaru. 183-189 hlm. Rao, S.N.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Shancez, P. A. 1992. Sifat dan Pengolahan Tanah Tropika. Terjemahan: Jayadinata, Jilid I. ITB. Bandung. 162 181.