BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam prakteknya, kehidupan sosial masyarakat Indonesia tidak

dokumen-dokumen yang mirip
Azmi Gumay-Lukas S. Ispandriarno

BAB I PENDAHULUAN. warga pendatang. ( diakses pada 30 November

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan,

BAB IV PENUTUP. kondusif. SKH Radar Timika yang mengusung ideologi jurnalisme damai, memiliki

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI. S.I.Kom pada Program Studi Ilmu Komunikasi. Disusun oleh : NINDIA RIADIANI. No. Mhs : / KOM.

Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan SKH Kedaulatan Rakyat Mengenai Kasus Ahmadiyah Periode Februari-Maret 2011

Jurnalisme damai dalam pemberitaan surat kabar harian Solopos mengenai konflik Keraton Kasunanan Surakarta periode Mei 2012-April 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan proses penyebaran informasi, saat ini media amat cepat dalam

BAB IV PENUTUP. di Lampung Selatan dalam Tribun Lampung online pada 28 Oktober sampai 5

Berita Konflik di Lampung Selatan dalam Media Online SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Daniditemukan tewas di Kampung Naena Muktipura di daerah Satuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS

BAB VI PENUTUP. media yang memberitakan konflik Sunni Syiah Sampang Madura karena alasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

Keberimbangan Pemberitaan. Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

Veronika/ Mario Antonius Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan SKH SOLOPOS Mengenai Konflik. Keraton Kasunanan Surakarta periode Mei 2012 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini, masyarakat kita disuguhi berulang-ulang berita

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama ini, Indonesia mengklaim dirinya sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN KERUSUHAN TEMANGGUNG

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim :

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap

Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan SKH SOLOPOS Mengenai Konflik Keraton Kasunanan Surakarta Periode Mei 2012 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti

NASKAH PUBIKASI. Disusun Oleh Jaya Priyantoko L

BAB I PENDAHULUAN. Maluku tahun , kemudian darurat sipil di Aceh karena adanya Gerakan

Bab III. Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. tanggungjawab sosial memiliki asumsi utama bahwa di dalam kebebasan terkandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. melakukan dan menerapkan kualitas isi berita dengan baik. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Konflik di Mata Media. B. Latar Belakang

menjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

A. Latar Belakang Masalah

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Jurnalisme Lingkungan, Pers Lokal

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB III PEMBAHASAN. penelitian berkaitan dengan jenis-jenis pelanggaran iklan jasa periode 1 Agustus 31

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

CITRA POLISI: PENGGAMBARAN CITRA POLISI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN POS KOTA PERIODE JANUARI AGUSTUS 2004

BAB IV P E N U T U P. pelaksanaan Penggantian Antar Waktu Wakil Bupati Kabupaten Parigi

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif.

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MATERI: 3 INDEPENDENSI DAN OBYEKTIFITAS MEDIA MASSA 1. Kamaruddin Hasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud

KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Yohanes Karol Hakim/ Lukas Ispandriarno PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Negara Jangan Cuci Tangan

BAB III METODE PENELITIAN. pengukuran variabel, dengan menggunakan perhitungan (angka-angka) atau uji statistik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau disingkat BNP2TKI menyatakan bahwa selama periode 1

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam prakteknya, kehidupan sosial masyarakat Indonesia tidak jauh dari adanya konflik, selalu ada pertentangan, perdebatan, antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik serta budaya dan tujuan hidupnya. Perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak akan dihindari dan selalu akan terjadi (Wirawan, 2010:1-2). Konflik di Indonesia, bukan merupakan hal asing lagi. Pasalnya hampir setiap hari media kita memberitakan berbagai macam jenis konflik di daerah-daerah yang ada di Indonesia. Di antara sekian banyak konflik yang terjadi, konflik agama merupakan salah satu konflik yang sangat menarik untuk dikaji. Selain dampaknya yang luar biasa kerugian yang ditimbulkan juga sangat besar. Konflik agama pada umumnya sulit untuk diselesaikan, karena ia melibatkan ranah psikologis manusia yang paling dalam (Musahadi, 2007:62). Seperti yang terjadi pada akhir bulan agustus sampai oktober 2012, Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo memberitakan konflik Syiah yang terjadi di Sampang Madura. Berawal pada tanggal 26 Agustus 1

2012, terjadi aksi penyerangan terhadap warga Syiah yang mengakibatkan satu orang tewas, empat orang kritis dan puluhan rumah terbakar. Saat sebagian besar warga Syiah sedang merayakan hari raya Idul fitri. Tibatiba ratusan orang menyerang mereka dengan melempari batu dan membawa senjata tajam. Pasca penyerangan itu, polisi menerjunkan ratusan personel di lokasi kejadian. Seluruh warga Syiah juga diungsikan ke Gelanggang Olahraga Sampang (Koran Tempo, 27 Agustus 2012). Sekitar 200 warga anti Syiah menyerbu pemukiman milik komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, kemarin pagi. Mereka melempari rumah dengan batu. Aksi tersebut dibalas pemuda Syiah sehingga bentrokan pun tak terhindarkan. Seorang penganut Syiah meninggal akibat sabetan celurit, empat orang lagi kritis. Sekitar 10 rumah juga terbakar (Koran Tempo, 27 Agustus 2012). Sesungguhnya pembakaran rumah milik warga Syiah juga bukan pertama kali terjadi di Sampang. Sebelumnya, akhir Desember 2011 warga anti Syiah membakar rumah Tajul Muluk, pemimpin Syiah Sampang yang saat ini tengah menjalani vonis 2 tahun penjara dalam kasus penodaan agama. Namun nampaknya pemerintah menampik jika telah gagal melindungi penganut Syiah sehingga kasus penyerbuan kembali terulang di Sampang, Jawa Timur (Koran Tempo, 27 Agustus 2012) Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menyangkal kabar soal lemahnya intelijen dalam mengantisipasi konflik Syiah yang berulang kali terjadi di Sampang. Menteri Koordianator dan Keamanan Djoko Suyanto menyatakan seharusnya ulama dan tokoh masyarakat ikut bertanggung jawab menghindari terjadinya bentrokan. Kok menyalahkan kepolisian? Mestinya ulama dan tokoh masyarakat ikut memberi pencerahan pada warganya, ujar dia (Koran Tempo, 27 Agustus 2012). 2

Ada dugaan yang menyebutkan bahwa penyebab kerusuhan di Sampang ini adalah masalah keluarga dan politik menjelang pilkada. Ternyata hal ini tidak tepat, karena konflik ini murni soal agama. Yaitu mayoritas penganut Sunni menilai ajaran Syiah di daerah tersebut sesat. Oleh karena itu solusi dari konflik yang ditempuh juga harus sesuai dengan pokok masalahnya agar dapat berjalan efektif (Koran Tempo, 28 Agustus 2012). Mulai dari penyerangan pertama, penyebabnya masalah agama, ajaran Syiah di sana yang disoal, bukan masalah keluarga, katanya. Andi mengatakan, jika salah menyimpulkan pokok masalah di Nangkernang, solusi dan kebijakan yang dibuat pemerintah tidak akan berjalan efektif menyelesaikan konflik. Nanti akan muncul penyerangan lagi, ujarnya (Koran Tempo, 28 Agustus 2012). Adanya rencana relokasi warga Syiah pasca terjadinya kerusuhan nampaknya merupakan langkah yang kurang tepat. Sudah sepantasnya warga Syiah mendapatkan perlindungan negara dari ancaman pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (Kompas, 12 September 2012). Usulan untuk merelokasi korban kekerasan ke Kampung Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang, Madura, dinilai inkonstitusional. Tugas negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dari ancaman pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jika kemudian yang muncul adalah rencana memindahkan korban ke tempat lain, hal itu dipandang tidak berpihak pada korban intoleransi (Kompas, 12 Sepetember 2012). Dalam penyelesaian konflik Syiah di Sampang Madura ini selain harus membangun rekonsiliasi antar pihak, hal lain yang tak kalah penting yaitu pemerintah harus menemukan solusi kultural agar kekerasan yang sama tidak akan terulang lagi (Kompas, 7 September 2012). 3

Pemerintah pusat dan daerah perlu memberikan perhatian lebih besar tidak hanya untuk membangun rekonsiliasi antarpihak, tapi juga mencari solusi kultural agar kasus kekerasan di Sampang, Madura, Jawa Timur, tidak terulang. Solusi lebih spesifik diperlukan karena dimensi kultural turut memicu terjadinya konflik (Kompas, 7 September 2012). Kasus di atas menambah deretan pemberitaan mengenai konflik agama yang terjadi di Indonesia. Banyak komentar untuk mengusut tuntas kasus Syiah yang terjadi di Sampang Madura. Media pun turut mengambil bagian dalam usaha memberitakan berbagai kejadian terkait kasus Syiah di Sampang Madura ini. Pemberitaan ini dianggap penting dan diangkat sebagai isu nasional. Peneliti ingin melihat bagaimanakah cara media memberitakan kasus Syiah di Sampang Madura. Apakah berita-berita tersebut mengarah pada solusi dan kedamaian, atau pemberitaan justru berpotensi untuk menyulut konflik. Serta bagaimanakah penerapan jurnalisme damai dalam media nasional, khususnya Harian Kompas dan Koran Tempo. Telah dilakukan beberapa penelitian yang sama dengan penelitian ini berdasarkan isu atau topik yang diangkat, yaitu mengenai konflik. Salah satunya berjudul Pers dan Konflik Perang Suku di Timika. Penelitiaan ini dilakukan oleh Noveina Silviyani Dugis (2008), mahasiswa komunikasi FISIP UAJY. Dengan menggunakan metode analisis framing, peneliti berusaha menemukan frame besar Radar Timika dalam memberitakan isu yang diangkat, yaitu mengenai pemberitaan konflik perang suku di Kwamki Lama, Timika. Hasil akhir dari penelitian ini adalah Radar Timika melakukan pembingkaian yang menunjukkan adanya 4

konflik dalam menuliskan berita yang ditulis secara simpang siur yang menyebabkan situasi memanas dan perang semakin berkepanjangan. Radar Timika menilai bahwa konflik perang suku di Kwamki Lama merupakan tanggung jawab pihak aparat keamanan dan pemerintah. Penelitian lain yang pernah dilakukan dan menggunakan teori yang sama dengan penelitian ini, antara lain berjudul Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan SKH Kedaulatan Rakyat mengenai Kasus Ahmadiyah Periode Februari-Maret 2011. Penelitian ini dilakukan oleh Bernardus Ferdiyanto (2012), mahasiswa Komunikasi FISIP UAJY. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana penerapan jurnalisme damai dalam pemberitaan yang dilakukan SKH Kedaulatan Rakyat mengenai kasus jamaah Ahmadiyah setelah peristiwa penyerangan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik pada bulan Februari sampai Maret 2011. Dengan metode analisis isi kuantitatif didapatkan bahwa dari 5 unit analisis yang peneliti buat, terdapat 4 unit analisis yang telah menerapkan jurnlisme damai dengan baik, sementara untuk pengungkapan kebenaran di kedua belah pihak belum diterapkan dengan baik. Penelitian lain yang menggunakan metode penelitian sejenis, yaitu Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Seputar Eksploitasi Hutan di Indonesia. Skripsi ini ditulis oleh Aninda Haswari (2010), mahasiswi FISIP UAJY. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif yang bertujuan mengetahui kecenderungan penerapan jurnalisme lingkungan dalam SKH Kompas. Penelitian difokuskan pada 5

tiga fungsi yang diemban oleh jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan seputar eksploitasi hutan. Melihat penelitian-penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti peran jurnalisme damai dalam pemberitaan konflik di wilayah Indonesia, khususnya mengenai kasus Syiah di Sampang Madura. Peran media cukup penting dalam memberitakan konflik ini. Peneliti melakukan penelitian pada media nasional, yaitu Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dewan Pers pada tahun 2004, Surat Kabar Harian Kompas menempati urutan pertama dan Koran Tempo pada urutan kedua sebagai media yang memiliki kualitas terbaik. Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo mempunyai sebaran sirkulasi di hampir seluruh Indonesia. Surat Kabar Harian Kompas yang pertama kali terbit pada 28 Juni 1965 telah mengalami pahit getirnya dunia jurnalisme di era Orde Baru yang dikenal mengekang terhadap kebebasan pers. Sementara, Koran tempo yang pertama kali terbit 2 April 2001, merupakan salah satu media cetak yang berkembang pesat selama booming kebebasan pers pada era pasca reformasi. Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo termasuk media yang secara intens menyajikan pemberitaan terkait topik kasus Syiah di Sampang Madura. Sebagai media nasional di Indonesia dengan kualitas yang baik, Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo diharapkan dapat secara profesioanl menerapkan jurnalisme damai disetiap pemberitaannya. 6

Maka dari latar belakang inilah peneliti ingin meneliti mengenai Penerapan Jurnalisme Damai Pemberitaan Kasus Syiah di Sampang Madura dalam Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo Periode Agustus-Oktober 2012. B. Rumusan Masalah Bagaimana penerapan jurnalisme damai dalam isi berita SKH Kompas dan Koran Tempo pada pemberitaan mengenai kasus Syiah di Sampang Madura? C. Tujuan Penelitian Mengetahui penerapan jurnalisme damai dalam berita SKH Kompas dan Koran Tempo pada pemberitaan mengenai kasus Syiah di Sampang Madura. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menambah referensi mengenai studi analisis isi kuantitatif dalam ilmu komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menambah pengayaan mengenai jurnalisme damai. 7

E. Kerangka Teori 1. Jurnalisme Damai Konsep jurnalisme damai dikembangkan berdasarkan penawaran bahwa membekali reporter dengan keahlian resolusi konflik akan memungkinkan reporter tersebut menjadi profesional yang lebih efektif. Jurnalisme damai merupakan suatu pengertian yang menunjukkan pada fungsi dan tujuan pers ke arah suatu kondisi damai. Fungsi jurnalisme damai ini sangat dibutuhkan guna meredam gejolak atau konflik untuk dikondisikan ke arah yang damai (Syahputra, 2006: 92) Jurnalisme damai membuka literasi non-kekerasan dan kreativitas yang diaplikasikan pada kerja praktis pelaporan yang dilakukan setiap hari. Jurnalisme damai berusaha menampilkan framing cerita dan penggambaran yang lebih luas, adil, dan akurat, dalam memahami analisa dan transformasi konflik. Pendekatan jurnalisme damai memberikan peta baru untuk menelusuri hubungan antara jurnalis, narasumber, dan cerita yang ia liput dan konsekuensi peliputanetika intervensi jurnalistik (Syahputra, 2006: 90-92). Ada banyak nama lain dari jurnalisme damai, antara lain jurnalisme baru, jurnalisme pascarealis, jurnalisme solusi, jurnalisme yang menguatkan, jurnalisme analisis konflik, jurnalisme perubahan, jurnalisme holistik, jurnalisme dengan kerangka besar, jurnalisme sebagai mediator (penengah), jurnalisme untuk masyarakat terbuka (open society), jurnalisme pembangunan, jurnalisme analisis, jurnalisme reflektif, dan jurnalisme konstruktif (Nurudin 2009:239). Istilah jurnalisme damai ini mulai diperkenalkan pertama kali oleh Johan Galtung, profesor Studi Perdamaian pada tahun 1970an. Galtung mencermati ada banyak jurnalisme perang yang mendasarkan kerja 8

jurnalistiknya pada asumsi yang sama seperti para jurnalis yang meliput pertandingan olahraga. Hal yang ditonjolkan hanyalah perkara menang dan kalah antara kedua pihak yang berhadapan. Disnilah nampak bagaimana peran seorang jurnalis dalam meliput dan mengumpulkan fakta dengan caranya dan dibagikan kepada masyarakat luas. Meskipun jurnalisme damai dan jurnalime perang selalu jalan bersama, namun tidak dapat disatukan. Berikut adalah kesimpulan yang dibuat oleh Professor Johan Galtung mengenai kedua jurnalisme tersebut (Nurudin, 2009: 240): TABEL 1 Perbedaan Jurnalisme Damai dan Jurnalisme Perang Menurut Profesor Johan Galtung JURNALISME DAMAI JURNALISME PERANG I Perdamaian diorientasikan I Perang diorientasikan Menggali formasi konflik dari pihak x, tujuan y, masalah z, orientasi win-win Fokus pada arena konflik, dua pihak, satu tujuan Buka ruang, buka waktu; sebab dan akibat, juga sejarah/budaya Tutup muka, tutup waktu, sebabsebab dan jalan keluar arena, siapa yang pertama melempar batu Menjadikan konflik transparan Membuat perang tak transparan/rahasia Memberikan suara ke seluruh Jurnalisme kita-mereka, pihak, empati dan pengertian Melihat konflik/perang sebagai masalah, fokus pada kreativitas konflik Memanusiakan semua sisi; sisi terburuk dari senjata Proaktif: pencegahan sebelum kekerasan/perang terjadi propaganda, pengaruh, untuk kita Melihat mereka sebagai masalah, fokus pada siapa yang menag perang Melepaskan atribut kemanusiaan dari mereka, sisi terburuk dari senjata Reaktif: menunggu kekerasan sebelum memberitakan 9

Fokus pada dampak yang tak Fokus hanya pada dampak kekerasan terlihat (trauma dan keinginan yang terlihat (pembunuhan, mendapatkan kejayaan, penglukaan, dan kerusakan materi) pengrusakan terhadap struktur/budaya) II Kebenaran diorientasikan II Propaganda diorientasikan Membeberkan ketidakbenaran Membeberkan ketidakbenaran dari semua sisi/mengungkap mereka /membantu menutupi semua yang ditutup-tutupi kita /berbohong III Golongan masyarakat III Golongan elite diorientasikan diorientasikan Fokus pada penderitaan secara keseluruhan; pada wanita, orang berumur, anak-anak, memberi Fokus pada penderitaan kita. P0ada bagaimana elite yang sehat, menjadi penyambung lidah mereka suara pada yang tidak dapat suara Menyebut nama-nama dari Menyebut nama-nama dia yang yang melakukan kejahatan melakukan kejahatan Fokus pada orang-orang yang membawa perdamaian Fokus pada pembawa perdamaian dari kalangan elite IV Penyelesaian diorientasikan IV Kemenangan diorientasiakan Perdamaian = tidak adanya kekerasan+kreativitas Menyoroti prakarsa-prakarsa kedamaian, juga mencegah lebih banyak perang Fokus pada struktur, budaya, masyarakat yang tentreram Akibat: resolusi, konstruksi ulang, rekonsiliasi Sumber: Nurudin, 2009 : 241 Perdamaian = kemenangan + gencatan senjata Menutup usaha perdamaian, sebelum kemenangan diraih Fokus pada fakta, lembaga, masyarakat yang terkontrol Pergi untuk perang yang lain, kembali jika yang lama bergejolak Jurnalisme damai melahirkan berita damai yang ditandai oleh (Syahputra, 2006:94): Mendalami konflik dengan pandangan menang-menang Tidak menekankan pada efek nyata kekerasan Empati untuk semua pihak 10

Proaktif: mencari cara untuk mengurangi kekerasan Berorientasi pada solusi (solution oriented) 2. Konflik dan Media Massa Bertugas untuk meliput konflik yang disertai kekerasan sesungguhnya merupakan hal yang biasa bagi seorang jurnalis. Bahkan untuk mengukur apakah suatu peristiwa layak diberitakan atau tidak adalah adanya unsur konflik di dalamnya. Semakin keras konflik yang terkandung dalam suatu peristiwa, semakin tinggi nilai beritanya. Rumus seperti ini, masih banyak dianut oleh kalangan jurnalis, dan dijadikan kebijakan pengelola news room. Istilah bad news is good news masih berlaku. Sulit dipungkiri bahwa media massa secara sadar atau tidak telah melakukan proses komodifikasi berita konflik. Media massa dengan sengaja mengemas sedemikian rupa berita tentang konflik dengan tujuan agar layak jual. Media sering mengalami persoalan ketika mewartakan konflik. Hal ini karena panasnya konflik, berbanding lurus dengan oplah atau tiras media. Dengan sendirinya media massa mempunyai kepentingan langsung dalam eskalasi dan kelanggengan konflik (Anto, 2007: 36-37). Salah satu kekurangan lain media dalam pemberitaan konflik adalah sifatnya yang reaksioner, dimana media memberitakan jika konflik sedang panas-panasnya. Media tidak menjelaskan latar historis konflik dan menawarkan solusinya. Selain itu, terutama berita yang berformat straight/hard news jarang menampilkan persoalan mendasar penyebab terjadinya konflik (Anto, 2007: 38). Liputan mengenai konflik sudah seharusnya menggambarkan situasi yang sebenarnya tanpa ditambah-tambahi hal lain. Semakin lengkap pemberitaan semakin baik, terutama perkembangan terbaru, kronologi kejadian, akar masalah serta kecenderungan konflik. Dan agar 11

semua itu dapat terwujud seorang jurnalis yang hendak meliput konflik setidaknya harus mengetahui hakikat konflik dan juga mengenal struktur utama konflik (Anto, 2007: 40). Sebenarnya untuk mengetahui hakikat dan struktur sebuah konflik tidaklah sulit. Dari bahan referensi saja sudah bisa diperoleh gambaran umum. Kemudian dari diskusi, wawancara serta pemantauan perkembangan secara intens jurnalis bisa menjaring detail untuk dipakai sebagai bahan rekonstruksi (Anto, 2007: 40-41). Dalam proses penyampaian isu tentang konflik jurnalis dapat berpotensi dalam mengobarkan, meredam, atau mempertajam konflik melalui pemberitaannya. Media massa mempunyai empat peran dalam memberitakan peristiwa konflik, yaitu (Setiati, 2005: 68) : Pertama, media berfungsi sebagai issue intensifier. Di sini, media berpotensi memunculkan isu atau konflik, dan mempertajamnya. Dengan posisi sebagai intensifier ini media dapat mem-blow up realita yang menjadi sebuah isu sehingga dimensi isu menjadi transparan. Kedua, media berfungsi sebagai conflict diminisher. Media dapat menenggelamkan suatu isu atau conflict. Secara sengaja media juga dapat meniadakan isu tersebut, terutama bila menyangkut kepentingan media bersangkutan, entah kepentingan ideologis atau lainnya. Ketiga, media berfungsi menjadi pengarah conflict resolution. Media menjadi mediator dengan menampilkan isu dari berbagai perspektif serta mengarahkan pihak yang bertikai pada penyelesaian konflik Keempat, media massa berfungsi sebagai pembentuk opini publik (Setiati, 2005: 68). F. Kerangka Konsep Untuk mengetahui penerapan jurnalisme damai dalam pemberitaan kasus Syiah di Sampang Madura dalam SKH Kompas dan Koran Tempo, maka penelitian ini dilakukan dengan proses koding yaitu proses mentransformasikan dan mengelompokkan data mentah ke dalam beberapa dimensi fungsi. Unit analisis ini diturunkan dari teori yang telah 12

dijabarkan sebelumnya. Tidak semua teori jurnalisme damai diturunkan menjadi unit analisis. Berikut adalah penjabaran dari unit-unit analisis yang telah diturunkan dari teori Jurnalisme Damai: TABEL 2 Unit Analisis Dimensi Unit Analisis Kategorisasi Sub Kategorisasi Orientasi Perdamaian Orientasi Kebenaran Orientasi Golongan Masyarakat 1. Akibat Konflik 2. Akar Masalah 3. Fokus Pemberitaan a.terlihat b. Tidak Terlihat c.terlihat dan TakTerlihat d. Tidak ada a. Ada b. Tidak ada a. Arena Konflik b. Solusi c. Arena Konflik dan Solusi 4. Diksi a. Ada b. Tidak ada 1. Opini a. Ada b. Tidak Ada 2. Balance a. Satu sisi b. Dua sisi c. Multi sisi 1. Narasumber a. Masyarakat -Ada -Tidak ada c. LSM -Ada -Tidak ada d. Pemerintah -Ada -Tidak ada e. Akademisi -Ada -Tidak ada f.tokoh Agama -Ada -Tidak ada 13

Orientasi Penyelesaian g. Aparat Keamanan -Ada -Tidak ada 2. Pelaku a. Disebut dengan label Kekerasan b. Disebut tanpa label c. Tidak disebut 1. Solusi a. Ada b. Tidak ada 2. Nama a. Ada pengusaha b. Tidak perdamaian G. Definisi Operasional 1. Dimensi: ditentukan dari teori Jurnalisme Damai yang dirumuskan oleh Profesor Johan Galtung, yaitu orientasi perdamaian, orientasi kebenran, orientasi golongan masyarakat, dan orientasi penyelesaian. Dimensi ini kemudian dijabarkan dalam beberapa unit analisis, kategorisasi, dan sub kategorisasi agar dapat dioperasionalkan dalam menganalisis teks berita. 2. Unit analisis, yaitu kategorisasi berita berdasarkan karakteristik jurnalisme damai, yaitu orientasi perdamaian, kebenaran, golongan masyarakat, dan penyelesaian. Unit analisis dan kategorisasi yang digunakan adalah: a. Akibat konflik, yaitu menampilkan akibat-akibat yang ditimbulkan dari konflik yang terjadi pada kasus Syiah di Sampang Madura. Hal ini diukur dari : 1. Terlihat: Berita lebih banyak memperlihatkan akibat pertikaian yang sifatnya terlihat (visible), seperti berapa korban yang tewas, cedera, bangunan hancur, desa yang hancur, dan lainnya. 2. Tidak terlihat: Berita lebih banyak memperlihatkan akibat pertikaian yang sifatnya tidak dapat dilihat, misalnya trauma psikologis korban, 14

hilangnya masa depan korban, rusaknya moral, ketakutan-ketakutan, dan lainnya. b. Akar permasalahan diukur berdasarkan ada atau tidaknya sebab atau awal mula terjadinya konflik atau kekerasan. Bisa dengan ditampilkannya sejarah terjadinya konflik. Bagaimana konflik tersebut bisa terjadi. 1. Ditampilkan: akar permasalahan disebutkan dalam teks berita 2. Tidak ditampilkan: hanya berfokus pada konflik yang saat itu terjadi, tidak menyinggung sebab atau akar permasalahan konflik. c. Fokus pemberitaan yaitu apa yang menjadi fokus atau dominan dalam teks berita, apakah hanya memaparkan konflik atau berfokus pada penyelesaian masalah. 1. Arena konflik: teks berita didominasi oleh pemberitaan seputar arena konflik, yaitu hanya meliput konfliknya saja, deskripsi di daerah pertikaian 2. Solusi: teks berita didominasi atau berfokus pada penyelesaian konflik, seperti melakukan maping, mencari latar belakang masalah, problem kultural dan politik yang mendasari serta memberi solusi. d. Diksi kekerasan/pemilihan kata yaitu kata-kata sifat yang menunjukkan kekerasan atau tidak. 1. Ada: terdapat kata-kata sifat kekerasan dalam teks berita, seperti kejam, brutal, sadis, barbar 2. Tidak ada: tidak ditemukan kata-kata sifat kekerasan dalam teks berita. 15

f. Opini diukur berdasarkan pemilihan kata dalam teks. Kata-kata yang merupakan opini seperti: tampaknya, seolah, agaknya, seakan-akan, mengejutkan, kesannya, diramalkan, dan sayangnya. 1. Ada opini: jika di dalam teks berita terdapat kata-kata seperti di atas, maka wartawan ikut ditampilkan dalam teks berita 2. Tidak ada opini: tidak terdapat kata-kata opini seperti di atas g. Balance, yaitu keseimbangan berita yang dapat diukur dari: 1. Satu sisi: jika berita hanya diliput dari satu sisi, baik hanya dari korban maupun para elite. Tidak ada kesempatan yang sama terhadap kedua pihak. 2. Dua sisi: berita diliput dari dua yang bertikai. 3. Multisisi: teks berita tidak hanya menyoroti dari dua sisi yang bertikai, tetapi juga pihak ketiga yang menengahi konflik tersebut. h. Narasumber, yaitu orang-orang atau pihak yang turut memberi komentar atau menjadi sumber informasi dalam teks berita yang diliput. Indikatornya: 1. Masyarakat: misalnya warga yang tinggal di sekitar daerah konflik 2. LSM: pihak yang memperjuangkan hak-hak manusia 3. Pemerintah: yaitu bagian pemerintahan, baik daerah maupun pusat. Misalnya menteri, anggota DPR, DPRD, Bupati, Gubernur 4. Akademisi: orang-orang yang bergerak dalam institusi pendidikan 5. Tokoh agama: misalnya ulama atau aktivis keagamaan 6. Aparat keamanan: contohnya pihak kepolisian dan TNI 16

i. Pelaku kekerasan, apakah disebutkan atau tidak di dalam teks berita 1. Disebutkan dengan label: jika di dalam teks berita pelaku kekerasan tidak disebutkan dengan jelas, melainkan menggunakan label seperti teroris, kelompok bersenjata, kelompok fanatik, fundamentalis, kelompok separatis. 2. Disebutkan tanpa label: jika nama-nama pelaku, provokator, dan pemicu kekerasan atau konflik disebutkan dengan jelas tanpa label apapun 3. Tidak disebutkan: nama-nama pelaku tidak disebutkan j. Solusi, yaitu teks yang mengarah pada solusi atau pemecahan masalah atas konflik yang terjadi dengan mengambil pendapat para ahli sesuai bidangnya, olah data, dan lain-lain. Indikatornya: 1. Ada solusi: di dalam teks berita disebutkan solusi atau pemecahan atau jalan keluar dari konflik yang terjadi. 2. Tidak ada solusi: teks berita hanya berbicara tentang konflik tanpa memberikan solusi. k. Nama pengusaha perdamaian, yaitu pihak-pihak atau orang-orang yang sudah mengusahakan penyelesaian atau perdamaian dalam konflik. Indikatornya: 1. Disebut: jika dalam teks berita disebutkan nama-nama pihak atau orang yang berjuang untuk mengusahakan penyelesaian atau perdamaian dalam konflik, baik yang sudah dilakukan, sementara, atau akan dilakukan 17

2. Tidak disebut: jika dalam teks berita tidak disebutkan nama-nama pihak atau orang yang berjuang untuk mengusahakan penyelesaian atau perdamaian dalam konflik. H. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasi. Penelitian kuantitatif tidak memerlukan kedalaman informasi. Hal yang paling utama adalah bahwa riset dapat digunakan sebagai representasi objek penelitian (Kriyantono, 2008:55). Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif karena metode pengumpulan data yang dilakukan adalah analisis isi yang menggunakan penghitungan secara kuantitatif. Peneliti akan menghitung kemunculan unit analisis atau distribusi frekuensi kemunculan unit analisis dari teks berita untuk menjawab rumusan masalah penelitian. 2. Populasi dan Sampel Populasi berita dalam penelitian ini adalah seluruh berita mengenai kasus Syiah di Sampang Madura yang dimuat dalam SKH Kompas dan Koran Tempo bulan Agustus sampai Oktober 2012. Alasan memilih periode waktu Agustus Oktober 2012 karena selama rentang waktu tersebut, SKH Kompas dan Koran Tempo banyak memberitakan mengenai kasus Syiah di Sampang 18

Madura. Jumlah berita keseluruhan mencapai 51 judul berita. Seluruh populasi akan diteliti sehingga jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. 3. Metode Pengumpulan Data Lebih lanjut dijelaskan terdapat beberapa konsep tentang analisis isi yaitu sebagai berikut (1) Observasi dokumentasi, yaitu mencermati pemberitaan mengenai kasus Syiah di Sampang Madura pada SKH Kompas dan Koran Tempo bulan Agustus Oktober 2012, (2) Kepustakaan, yaitu dengan membaca buku, hasil penelitian yang telah ada atau literatur lainnya yang mendukung dan relevan dengan penelitian, (3) Pengkodingan, dipakai dalam analisis isi dan pengukuran unit analisis pemberitaan mengenai kasus Syiah di Sampang Madura periode Agustus Oktober 2012 di SKH Kompas dan Koran Tempo. Coding sheet (lembar koding) terstruktur, yang telah memuat nilai item-item indikator variabel yang dikoding. Pengkoding dalam penelitian ini adalah sebanyak 2 orang yang ditentukan oleh peneliti. Pengkoding akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi dan batasan-batasan dalam unit analisis dan kategorisasi yang berkaitan dengan lembar koding (coding sheet), agar mempermudah dalam melakukan pengkodingan. Hasil koding akan dilakukan uji reliabilitas agar penelitian ini mencapai hasil yang obyektif dan reliable. 4. Uji Reliabilitas Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid, maka harus diukur dengan tepat. Alat ukur pun harus reliable. Alat ukur harus secara konsisten 19

memberikan hasil atau jawab yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan berulang kali. Untuk itu, harus dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas berarti alat ukur tersebut stabil (tidak berubah), dapat diandalkan (dependable), dan tetap/ajeg (consistent) (Kriyantono, 2008:140). Peneliti akan mengkoding sampel ke dalam kategorisasi. Selain dilakukan oleh peneliti, juga akan dilakukan oleh pengkoding lain yang ditunjuk oleh peneliti sebagai pembanding. Uji ini dikenal dengan uji antarkode. Hasil pengkodingan inilah yang akan dihitung berdasarkan rumus Holsti, yaitu (Eriyanto, 2011:290): CR= 2M Keterangan : N1+N2 CR M = Coeficient Reliability = Jumlah pertanyaan yang disetujui oleh pengkoding dan penulis N1, N2 = Jumlah pertanyaan yang diberi kode oleh pengkoding dan penulis Semakin tinggi persamaan hasil pengkodingan di antara dua pengkoding maka semakin reliable kategori yang telah disusun. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Jika hasil penghitungan menunjukkan angka di atas 0,7 berarti alat ukur benar-benar reliable. 20

5. Uji Beda Untuk menganalisis tingkat profesionalisme SKH Kompas dan Koran Tempo digunakan uji perbedaan, yaitu uji independent sample t-test. Uji independent sample t-test digunakan untuk mengukur apakah ada perbedaan rata-rata dua sampel dari populasi yang berbeda. Melalui pengujian ini, dapat diketahui signifikansi perbedaan rata-rata dua kelompok sampel yang saling tidak berhubungan (Sugiyono, 2006:138). Dalam penelitian ini, uji independent sample t-test dilakukan untuk menguji siapa yang lebih profesional dalam memberitakan jurnalisme damai antara SKH Kompas dan Koran Tempo pada kasus Syiah di Sampang Madura. Dalam analisis data ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows. 6. Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah analisis dengan menggunakan statistik (Sugiyono, 2006:207) berupa tabulasi data yang sudah dalam bentuk angka-angka. Data hasil penelitian ini diolah secara kuantitatif dengan mencatat distribusi frekuensi kemunculan unit analisis yang sudah ditetapkan melalui lembar coding sheet yang disusun ke dalam tabel untuk mempermudah dan mempercepat penelitian. Selanjutnya hasil penelitian ini akan memberikan deskripsi bagaimana jurnalisme damai diterapkan dalam pemberitaan kasus Syiah di Sampang Madura. 21