KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA ZONA DENGAN KARAKTERISTIK MASSA AIR YANG BERBEDA DI PERAIRAN TELUK BANTEN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Menentukan Stasiun dan Titik Pengambilan Contoh

SEBARAN KLOROFIL-A DI DAERAH FISHING GROUND IKAN PELAGIS BESAR PERAIRAN KEPALA BURUNG PULAU PAPUA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Oseanografi. Suhu perairan selama penelitian di perairan Teluk Banten relatif sama di

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

BAB III BAHAN DAN METODE

Hubungan Kandungan Klorofil-A dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Berau Kalimantan Timur

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

BAB III METODELOGI PENELITIAN

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

METODE PENELITIAN. Tabel 1. Waktu sampling dan pengukuran parameter in situ di perairan Pesisir Maros

TEKNIK SAMPLING DAN MEMPERKIRAKAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA EKOSITEM MANGROVE DI SEKITAR P. PARANG, KEP. KARIMUNJAWA

TEKNIK PENGAMBILAN, IDENTIFIKASI, DAN PENGHITUNGAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

Oseanologi di Indonesia 1993 No. 26 : ISSN BAKTERI HETEROTROFIK DAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI UTARA PULAU JAWA.

PENGARUH MUSIM TERHADAP KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR

BAB III BAHAN DAN METODE

Struktur Komunitas Zooplankton Secara Horisontal Di Desa Mangunharjo, Kec. Tugu, Semarang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN ANALISA STRUKTUR KOMUNITAS SPESIES PLANKTON. Encik Weliyadi, 2) Dedy Harto

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT

KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN BANGKA-BELITUNG DAN LAUT CINA SELATAN, SUMATERA, MEI - JUNI 2002

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI DADAP TELUK JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Kelimpahan dan Sebaran Horizontal Fitoplankton di Perairan Pantai Timur Pulau Belitung

Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sekitar Pulau Maspari, Ogan Komering Ilir

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

TEKNIK PENGAMBILAN, IDENTIFIKASI, DAN PENGHITUNGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

BAB III BAHAN DAN METODE

HIDRODINAMIKA FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

Konsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton

STUDI FITOPLANKTON DI DANAU TONDANO PROPINSI SULAWESI UTARA. Gaspar Manu, Martinus Baroleh, Alex Kambey

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN DISTRIBUSI KELIMPAHAN FITOPLANKTON SECARA TEMPORAL DAN SPASIAL DI PERAIRAN TIMUR PULAU BARRANG LOMPO KOTA MAKASSAR

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

STRUKTUR KOMUNITAS DAN KERAGAMAN PLANKTON ANTARA PERAIRAN LAUT DI SELATAN JAWA TIMUR, BALI DAN LOMBOK

Burhanuddin. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

Distribusi Spasial Fitoplankton di Perairan Pesisir Tangerang. (Spatial Distribution of Phytoplankton in the Coast of Tangerang)

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

VARIASI MUSIMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR PULAU AYER. o l e h MALIKUSWORO HUTOMO *

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH

3 METODE PENELITIAN. Pulau Barrang Lompo. Pulau Laelae. Sumber :Landsat ETM+Satellite Image Aquisition tahun 2002

3. METODE PENELITIAN

PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KAITANNYA DENGAN UNSUR HARA DAN CAHAYA DI PERAIRAN MUARA JAYA TELUK JAKARTA USMAN MADUBUN

Struktur Komunitas Fitoplankton Di Ekosistem Padang Lamun Alami dan Buatan Di Perairan Teluk Awur Jepara

Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

VIS VITALIS VIS VITALIS ISSN DAFTAR ISI

3. METODOLOGI. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Oktober Survei

Struktur Komunitas Plankton di Perairan Pesisir Bukit Piatu Kijang, Kabupaten Bintan

KOMPOSISI JENIS DAN KELIMPAHAN PL ANKTON DI PERAIRAN PUL AU SEGARA KABUPATEN PANGKEP

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

SUSPENSI DAN ENDAPAN SEDIMEN DI PERAIRAN LAUT JAWA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR PULAU SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 1-9 ISSN : ANALISIS MASSA AIR DI PERAIRAN MALUKU UTARA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

PENGAMATAN JENIS-JENIS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN

Diversity of Plankton in the Part of Downstrem Siak River, Tualang Village, Tualang Sub-Regency, Siak Regency, Riau Province. By :

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang

PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN UNSUR HARA DAN CAHAYA DI PERAIRAN TELUK BANTEN 1

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C

KETERIKATAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI ESTUARI SUNGAI BRANTAS (PORONG), JAWA TIMUR DEWI WULANDARI` SKRIPSI

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

KAJIAN KONSENTRASI NITRAT DAN SILIKAT PADA KONDISI PASANG DAN SURUT DI PERAIRAN MOROSARI KABUPATEN DEMAK

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS

KONDISI KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA. Triana Mansye Kubelaborbir 1 dan Joselina Akerina 1

Kebiasaan makanan benih ikan patin siam Pangasianodon hypophthalmus (Sauvage, 1878)

Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Pesisir Pulau Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau ABSTRACT

KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI FITOPLANKTON SECARA DIURNAL DI WADUK IR. H. JUANDA, JATILUHUR

KEADAAN NET-FITOPLANKTON PERAIRAN ESTUARI DI SEBELAH SELATAN BETING PASm PANTAI MARUNDA, TELUK JAKARTA PADA SAAT PASANG DAN SURUT

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

TINGKAT PRODUKTIVITAS PRIMER DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON BERDASARKAN WAKTU YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN PULAU BANGKA KABUPATEN MINAHASA UTARA

INDEKS TROFIK-SAPROBIK SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR DI BENDUNG KEMBANG KEMPIS WEDUNG, KABUPATEN DEMAK

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

Pencemaran Teluk Jakarta

METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.24 (3) Desember 2014: ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA ZONA DENGAN KARAKTERISTIK MASSA AIR YANG BERBEDA DI PERAIRAN TELUK BANTEN MS-02 Alianto 1 * & Ario Damar 2 1 Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua 2 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor *e-mail: a.alianto@unipa.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kelimpahan fitoplankton pada zona dengan karakteristik massa air yang berbeda. Penelitian berlangsung dari bulan April 2008 sampai September 2008 di Perairan Teluk Banten. Posisi stasiun 1 di zona pantai dengan karakteristik massa airnya dominan dipengaruhi darat, stasiun 2 di zona tengah teluk dekat pantai dengan karakteristik massa airnya dipengaruhi pantai, stasiun 3 di tengah teluk dengan karakteristik massa airnya kurang dipengaruhi pantai dan laut, stasiun 4 di zona tengah dengan karakteristik massa airnya dipengaruhi laut dan stasiun 5 di zona luar teluk dengan karakteristik massa airnya lebih didominasi oleh laut. Pengambilan contoh air di stasiun 1 dilakukan pada kedalaman zona eufotik 10%, 5% dan 1%, stasiun 2-4 pada kedalaman zona eufotik 50%, 25%, 10% dan 5% dan stasiun 5 pada kedalaman zona eufotik 50%, 25%, 10%, 5% dan 1% dari cahaya permukaan. Hasil diperoleh menunjukkan bahwa distribusi kelimpahan fitoplankton selama pengamatan dari bulan April sampai September tergolong tinggi dengan kelimpahan tertinggi pada bulan April sebesar 2.639.351 sel/l (±527870,2 sel/l) dan terendah bulan September sebesar 178.775 sel/l (±35.755 sel/l). Sedangkan berdasarkan stasiun pengamatan diperoleh kelimpahan fitoplankton tergolong tinggi dengan kelimpahan tertinggi pada stasiun 1 sebesar 3.973.149 sel/l (±66219,5 sel/l) dan terendah pada stasiun 4 sebesar 24.378 (±4.063). Genera fitoplankton yang memberikan kontribusi tertinggi adalah Chaetoceros spp. sebesar 3.998.633 sel/l dan terendah adalah Gymnodinium sp. hanya sebesar 425 sel/l. Hasil tersebut menunjukkan distribusi kelimpahan fitoplankton semakin berkurang ke arah laut. Kata kunci: Chaetoceros spp., fitoplankton, Gymnodinium sp., kelimpahan Pengantar Perairan Teluk Banten memiliki karakteristik dengan diameter sekitar 15 km 2 (Douven, 1999), topografi semi tertutup dan memiliki kedalaman rata-rata yang relatif dangkal 8 m (Kelderman et al., 1999). Teluk Banten menerima beban berupa masukan air tawar dengan volume diperkirakan sebesar 24.439.197 m 3 (Heun, 1996; Booij et al., 2001) yang terdiri atas buangan domestik dari pemukiman sekitarnya diperkirakan sekitar 14.204.307 m 3 /tahun dan air buangan industri yang berada disekitarnya sekitar 7.047.169 m 3 /tahun (Heun, 1996). Massa air tawar ini secara vertikan tercampur secara sempurna atau well-mixed dan secara horizontal terdistribusi secara tidak merata dengan persentase di perairan pantai atau muara sungai sebesar 2-4%, tengah teluk sebesar 1,5% dan luar teluk sebesar 0,5% (Nurhayati, 2002 cit. Ruyitno et al., 2002). Walaupun demikian, air tawar yang berasal dari dua sumber seperti disebutkan di atas diperkirakan akan mengalami peningkatan volumenya terutama pada saat musim penghujan dan sebaliknya akan menurun atau berkurang pada musim kemarau. Kondisi perairan seperti ini tentu akan sangat berpengaruh pada distribusi berbagai komponen perairan yang berada di dalam teluk baik itu fisika, kimia, maupun biologi. Salah satu komponen biologi yang diperkirakan mendapat pengaruh dari kondisi ini adalah distribusi kelimpahan fitoplankton pada ketiga zona dengan persentase massa air tawar yang berbeda-beda tersebut. Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MS-02)-1

Hal tersebut disebabkan karena setiap kelompok atau jenis fitoplankton memiliki karakteristik yang berbeda dalam merespon perubahan di lingkungannya (Huismann et al., 2006). Karakteristik lingkungan perairan yang berbeda tersebut umumnya pada perairan pantai yang dangkal umumnya yang dominan pengaruh dari darat yang dicirikan oleh percampuran massa air yang sempurna karena mendapat suplai dari aliran sungai dan run-off serta dari proses pengadukan dari dasar perairan. Sebaiknya, pada perairan tengah teluk yang merupakan zona transisi antara pantai dan laut biasanya dicirikan oleh pengaruh darat yang mulai berkurang. Sedangkan pada perairan luar teluk lebih didominasi oleh pengaruh perairan laut yang umumnya dicirikan oleh kondisi perairan yang jernih. Pada ketiga karakteristik perairan tersebut di atas diperkirakan fitoplankton akan menimbulkan respon yang berbeda antara kelompok atau jenis fitoplankton satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak semua kelompok atau jenis fitoplankton dapat menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Hal ini akan menyebabkan pula kelompok atau jenis fitoplankton tertentu lebih dominan dari kelompok lainnya. Berdasarkan hal ini maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui distribusi kelimpahan, kelompok dan genera fitoplankton pada zona dengan karakteristik massa air yang berbeda di Perairan Teluk Banten. Bahan dan Metode Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Perairan Teluk Banten, Propinsi Banten (Gambar 1.) dari bulan April- September 2008. Penelitian dilaksanakan pada musim peralihan I (hujan ke kemarau) dari bulan April-Juni 2008. Lokasi penelitian (Gambar 1.) terdiri atas 5 stasiun dimana posisi stasiun 1 di zona pantai dengan karakteristik massa airnya dominan dipengaruhi darat, stasiun 2 di zona tengah teluk dekat pantai dengan karakteristik massa airnya dipengaruhi pantai, stasiun 3 di tengah teluk dengan karakteristik massa airnya kurang dipengaruhi pantai dan laut, stasiun 4 di zona tengah dengan karakteristik massa airnya dipengaruhi laut dan stasiun 5 di zona luar teluk dengan karakteristik massa airnya lebih didominasi oleh laut. 5 4 2 1 3 Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Perairan Teluk Banten. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plankton net mesh size 20 µm, botol sampel polyetilene kapasitas 100 ml dan Van Dorn kapasitas 5 l. 2-Semnaskan_UGM / Alianto & Ario Damar

Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas contoh air laut dan lugol 1%. Metode Pengambilan contoh air laut Contoh air laut diambil sebanyak 6 kali dengan interval 1 kali setiap bulan. Contoh air laut tersebut diambil dengan menggunakan Van Dorn dimana pada stasiun 1 contoh air laut diambil pada kedalaman 10%, 5% dan 1% dari cahaya permukaan, stasiun 2, 3 dan 4 pada kedalaman 50%, 25%, 10% dan 5% dari cahaya permukaan dan stasiun 5 contoh air laut diambil pada kedalaman 50%, 25%, 10%, 5% dan 1% dari cahaya permukaan. Penentuan kedalaman zona eufotik dilakukan berdasarkan distribusi cahaya pada setiap kedalaman kolom air menurut hukum Beer-Lambert (Kirk, 1994). Menghitung kelimpahan fitoplankton Contoh air laut untuk analisis fitoplankton diambil sebanyak 25 l pada setiap kedalaman eufotik. Selanjutnya contoh air laut tersebut disaring dengan menggunakan plankton net dengan mesh size 20 μm. Contoh air laut yang telah disaring dimasukkan kedalam botol sampel 100 ml lalu diawetkan dengan larutan lugol 1% atau 1 ml per 100 ml sampel (Rao & Pan, 1993). Identifikasi fitoplankton mengacu pada Vilicic (Vilicic, 1988) dan dilakukan hanya pada tahap genera. Identifikasi fitoplankton dilakukan dengan mikroskop bolak balik XSP-00 Series (L-301) dengan perbesaran 40 kali dan 100 kali (Vilicic, 1988; Thomas, 1997). Identifikasi genera fitoplankton dilakukan dengan menggunakan literatur dari Yamaji (1979), Mizuno (1993) dan Thomas (1997). Kelimpahan fitoplankton dihitung dengan menggunakan metode sensus (penyapuan) di atas Sedwick Rafter Cell dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (APHA, 2005): Keterangan: N = kelimpahan fitoplankton (sel l -1 ) N = jumlah sel yang teramati V t = volume air tersaring (ml) V cg = volume Sedwick Rafter Cell (ml) = volume air tersaring (l). V d Hasil dan Pembahasan... (1) Distribusi kelimpahan fitoplankton selama pengamatan Total kelimpahan fitoplankton yang diperoleh selama pengamatan adalah sebesar 5.078.272 sel/l (Tabel 1). Pada Tabel 1. terlihat bahwa bulan April merupakan bulan yang memberikan kontribusi terbesar bagi kelimpahan fitoplankton selama pengamatan yaitu sebesar 2.639.351 sel/l (±527870,2 sel/l). Sedangkan pada bulan-bulan berikutnya seperti bulan Mei, Juni, Juli, Agustus dan September terlihat kelimpahan fitoplankton cenderung berkurang. Walaupun demikian, kelimpahan fitoplankton mengalami penurunan pada bulan-bulan tersebut, namun kelimpahan fitoplankton yang diperoleh selama pengamatan dari bulan April sampai September di Perairan Teluk Banten seperti yang disajikan pada Tabel 1. masih tergolong tinggi. Kelimpahan fitoplankton yang diperoleh tersebut masih tergolong tinggi karena kelimpahan fitoplankton selama pengamatan masih berada di atas 100.000 sel/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Livingston (2001), bahwa kelimpahan fitoplankton tergolong tinggi apabila kelimpahannya berada di atas 100.000 sel/l. Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MS-02)-3

Tabel 1. Kelimpahan fitoplankton (sel/l) selama pengamatan di Perairan Teluk Banten. Kelimpahan Fitoplankton (sel/l) Bulan Stasiun 1 2 3 4 5 Total (sel/l) April 2.373.382 226.708 26.262 8.606 4.393 2.639.351 Mei 206.967 139.558 4.268 2.782 4.012 357.587 Juni 694.239 151.607 22.780 3.914 1.602 874.142 Juli 631.266 153.719 12.105 1.495 31.389 829.974 Agustus 33.675 121.308 18.936 3.751 20.773 198.443 September 33.620 121.135 14.151 3.830 6.039 178.775 Rata-rata 662.191,5 152.339,2 16.417 4.063 11.368 Total 3.973.149 914.035 98.502 24.378 68.208 5.078.272 Sedangkan distribusi kelimpahan fitoplankton berdasarkan stasiun pengamatan yang termasuk dalam kategori kelimpahan tinggi pada stasiun 1 dan 2 dengan rata-rata kelimpahan fitoplankton secara berturut-turut sebesar 662191,5 sel/l dan 152339,2 sel/l (Tabel 1). Pada Tabel 1. terlihat bahwa pada stasiun 2 terlihat kelimpahan fitoplankton mulai mengalami penurunan. Namun kelimpahan fitoplankton pada stasiun 2 masih tergolong tinggi karena kelimpahannya masih di atas 100.000 sel/l (Gambar 2). Penurunan kelimpahan fitoplankton terlihat jelas pada stasiun-stasiun yang mengarah ke arah laut mulai dari stasiun 2, 3, 4 dan 5 (Tabel 1 dan Gambar 2). Pada stasiun 3, 4 dan 5 rata-rata kelimpahan fitoplankton secara berturut-turut sebesar 16.417 sel/l, 4.063 sel/l dan 11.368 sel/l (Tabel 1.) dan tergolong tidak tinggi kelimpahan karena kelimpahannya di bawah 100.000 sel/l (Gambar 2). Gambar 2. Profil distribusi kelimpahan fitoplankton selama pengamatan di Perairan Teluk Banten. Distribusi fitoplankton menurut stasiun pengamatan Pada bulan April dan Mei terlihat distribusi kelimpahan fitoplankton memiliki kecenderungan umumnya pada stasiun yang berada di zona pantai (stasiun 1) sampai dengan stasiun yang masih mendapat pengaruh pantai (stasiun 2) memperlihatkan kelimpahan fitoplankton yang tinggi (Gambar 3). Pada Gambar 2. terlihat bahwa di stasiun 1 dan 2 kelimpahan fitoplankton secara berturut-turut sebesar 2.373.382 sel/l dan 226.708 sel/l. Kelompok fitoplankton yang memberikan kontribusi terbesar di kedua stasiun ini adalah Bacillariohyceae dengan persentase kontribusi sebesar 98,7%. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Mochizuki et al. (2002) bahwa Bacillariophyceae persentasenya selalu lebih besar dari fitoplankton lainnya pada setiap musim yang berkisar dari 62-92% dari total kelimpahan sel. 4-Semnaskan_UGM / Alianto & Ario Damar

Gambar 3. Profil distribusi kelimpahan ftiplankton pada bulan April dan Mei di Perairan Teluk Banten. Kelimpahan fitoplankton pada kedua stasiun seperti diuraikan di atas (Gambar 3.) termasuk secara berturut-turut Gambar 4. dan Gambar 5. merupakan kontribusi dari 27 genera Bacillariophyceae yang diperoleh selama pengamatan. Pada ke-27 genera Bacillariophyceae ini yang predominan di atas 5% hanya lima genera yang terdiri dari Chaetoceros spp., Bacteriastrum sp., Leptocylindrus sp., Rhizosolenia sp. dan Skeletonema sp. Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MS-02)-5

Gambar 4. Profil distribusi kelimpahan ftiplankton pada bulan Juni dan Juli di Perairan Teluk Banten. Pada kelima genera fitoplankton yang predominan di atas 5% tersebut hanya Chaetoceros spp. yang memberikan kontribusi terbesar pada ketersediaan kelimpahan fitoplankton secara keseluruhan dengan persentase sebesar 61,41%. Tingginya kontribusi Chaetoceros spp. tersebut berkaitan dengan pernyataan Luis & Kawamura (2004) bahwa kelimpahan Chaetoceros spp. di perairan pantai umumnya berada di atas 75% dan berkurang ke arah laut. Hal ini terlihat pada distribusi kelimpahan Chaetoceros spp. yang semakin berkurang pada stasiun-stasiun yang mengarah ke arah laut seperti pada stasiun 3, 4 dan 5 terlihat distribusi kelimpahan fitoplankton semakin menurun (Gambar 3-5). Pada Gambar 3-5. terlihat bahwa pada stasiun 3-5 kelimpahan fitoplankton hanya berkisar dari 1.495-31.389 sel/l. 6-Semnaskan_UGM / Alianto & Ario Damar

Gambar 5. Profil distribusi kelimpahan ftiplankton pada bulan Agustus dan September di Perairan Teluk Banten. Menurunnya genera Chaetoceros spp. tidak diikuti dengan meningkatnya kelimpahan generagenera Bacillariophyceae lainnya seperti Bacteriastrum sp., Leptocylindrus sp., Rhizosolenia sp. dan Skeletonema sp. hingga distribusinya tetap cenderung menurun. Genera Bacteriastrum sp., Leptocylindrus sp., Rhizosolenia sp. dan Skeletonema sp. ini hanya memberikan kontribusi yang cenderung lebih lebih rendah dengan persentase tertinggi hanya sampai 10,43%. Rendahnya kontribusi beberapa genera fitoplankton ini disebabkan karena Chaetoceros spp. berada pada kondisi blooming sehingga genera lainnya terhambat perkembangannya. Sama pula halnya dengan kelompok fitoplankton lainnya seperti Dinophyceae hanya memberikan kontribusi pada total kelimpahan fitoplankton sebesar 2,31%. Hal ini masih jauh dari persentase Dinophyceae yang umumnya terdapat di perairan laut yang dapat memberikan kontribusi sampai 6% (Luis & Kawamura, 2004). Genera Dinophyceae yang memberikan kontribusi terbesar pada seluruh kelimpahan Dinophyceae hanya Noctiluca sp. Hal ini berkaitan dengan Noctiluca sp. memiliki karakteristik yang mengapung di permukaan atau melayang dekat permukaan perairan (Lalli & Parsons, 1994). Sedangkan genera Dinophyceae yang memberikan kontribusi terendah adalah Gymnodinium sp. dengan kontribusi hanya sebesar 425 sel/l. Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MS-02)-7

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kelimpahan fitoplankton tergolong tinggi pada stasiun-stasiun yang berada di zona pantai termasuk zona yang mendapat pengaruh pantai dan menurun atau tidak tinggi pada zona-zona yang mengarah ke arah laut. Genera fitoplankton yang memberikan kontribusi terbesar pada total kelimpahan fitoplankton adalah Chaetoceros spp. dan terendah adalah Gymnodinium sp. Saran Untuk mendapatkan hasil secara holistik yang berkaitan dengan distribusi kelimpahan fitoplankton di Perairan Teluk Banten maka perlu adanya penelitian lanjutan dengan memperbanyak stasiun penelitian secara terutama horizontal pada sisi barat dan timur Perairan Teluk Banten. Selain itu, faktor-faktor yang berpengaruh seperti cahaya, nutrien, pola dan kecepatan arus perlu juga diteliti. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, atas bantuan dana penelitian melalui Hibah Bersaing dan Hibah Doktor. Daftar Pustaka APHA. 2005. Standard methods for the examination of water and wastewater. 21 th Edition. APHA (American Public Health Association), AWWA (American Water Works Association) and WPCF (Water Pollution Control Federation), Washington. Booij, K., M.T.J. Hillebrand, R.F. Nolting & J.V. Ooijen. 2001. Nutrients, trace metals and organic contaminants in Banten Bay, Indonesia. Mar. Poll. Bull. 42: 1187-1190 Douven, W.J.A.M. 1999. Human pressure on marine ecosystems in the Teluk Banten coastal zone: Present situation and future prospects. Teluk Banten Research Program Report Series No. 3. 40 p. Heun, J.C. 1996. Main conclusions and recommendations (ICZM-Research Group,Phase 1). Paper presented at the workshop on Marine and Coastal Research Jakarta. Delft, Netherlands. Huisman, J., N.N.P. Thi, D.M. Karl & B. Sommeijer. 2006. Reduced mixing generates oscillations and chaos in the oceanic deep chlorophyll maximum. Nature. 439: 322-325 Kelderman, P., A. Barendregt, S. Normala, W.J.A.M. Douven & J.C. Heun. 1999. Using mass budgets for the assessment of water and nutrient inputs from the Banten River into Banten Bay (Indonesia). Delft, Netherlands. Kirk, J.T.O. 1994. Light and photosynthesis in aquatic ecosystem. Cambridge University Press. Cambridge. Lalli, C.M. & T.R. Parsons. 1995. Biological oceanography: An introduction Butterworth- Heinemann. Oxford. 301 p. Livingston, R.J. 2001. Eutrophication processes in coastal systems. CRC Press. Washington D.C. 327 p. Luis, A.J. & H. Kawamura. 2004. Air-sea interaction, coastal circulation and primary production in the eastern Arabian Sea: A reviev. J. Oceanogr. 60: 205-218 Mizuno, T. 1993. Illustrations of the freshwater plankton of Japan. Hoikusha, Japan. 353 p. 8-Semnaskan_UGM / Alianto & Ario Damar

Mochizuki, M.N., S.M. Saito, K. Imai & Y. Nojiri. 2002. Seasonal changes in nutrients, chlorophyll-a and the phytoplankton assemblage of the western subarctic gyre in the Pacific Ocean. Deep Sea Res. 49: 5621-5439 Ruyitno, M. Muchtar & I. Supangat. 2002. Perairan Indonesia: Oseanografi, biologi dan lingkungan. P3O-LIPI. Jakarta. 129-132 Rao, D.V.S. & Y. Pan. 1993. Photosynthetic characteristics of Dinophysis norvegica Claparede and Lachmann, a red-tide dinoflagellata. J. Plankton Res. 15: 939-951 Tomas, C.R. 1997. Indentifying marine phytoplankton. Academic Press. USA. 858 p. Vilicic, D. 1988. Phytoplankton population density and volume as indicators of eutrophication in the eastern part the Adriatic Sea. Hydrobiologia. 71: 72-32 Yamaji, C.S. 1979. Illustrations of the marine plankton of Japan. Hoikusha. Japan. 369 p. Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MS-02)-9